3 Mitos Sejarah yang Terjadi di Indonesia

Pemalsuan sejarah di Indonesia bukan sekadar permainan kata, melainkan upaya sistematis untuk mengaburkan kebenaran, menghakimi masa lalu, dan bahkan memanipulasi identitas nasional.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 13 Jan 2025, 15:00 WIB
Diterbitkan 13 Jan 2025, 15:00 WIB
Candi Borobudur
Candi Borobudur menjadi daya tarik wisatawan domestik maupun mancanegara. Foto: (Switzy Syabandar/Liputan6.com)... Selengkapnya

Liputan6.com, Yogyakarta - Indonesia, dengan kekayaan sejarah dan budaya yang begitu melimpah, tak luput dari upaya pemalsuan sejarah yang bertujuan untuk kepentingan tertentu. Sejak masa penjajahan hingga era digital, sejarah Indonesia kerap kali direkayasa dan diputarbalikkan, menciptakan narasi-narasi palsu yang menyesatkan.

Pemalsuan sejarah di Indonesia bukan sekadar permainan kata, melainkan upaya sistematis untuk mengaburkan kebenaran, menghakimi masa lalu, dan bahkan memanipulasi identitas nasional.

Dari peristiwa besar seperti Perang Kemerdekaan hingga peristiwa kecil dalam kehidupan sehari-hari, semuanya rentan terhadap distorsi dan pemalsuan sejarah. Motif di balik pemalsuan sejarah di Indonesia sangat beragam, mulai dari kepentingan politik, ekonomi, hingga upaya untuk membangun legitimasi kekuasaan.

1. Candi Borobudur

Candi Borobudur, meskipun tak termasuk dalam daftar 7 Keajaiban Dunia, diakui dunia sebagai warisan budaya yang tak ternilai. Daftar 7 Keajaiban Dunia yang ada saat ini dibuat ribuan tahun lalu, jauh sebelum Candi Borobudur dibangun pada abad ke-8 Masehi.

Upaya penobatan 7 Keajaiban Dunia Baru pun tidak memasukkan Candi Borobudur dalam daftarnya. Namun, UNESCO telah mengakui keistimewaan Candi Borobudur dengan menetapkan situs ini sebagai warisan dunia pada tahun 1991.

Keputusan ini didasarkan pada nilai-nilai universal yang terkandung dalam Candi Borobudur, seperti nilai estetika, budaya, seni, arsitektur, dan spiritual. Sebagai monumen Buddha terbesar di dunia, Candi Borobudur menyajikan perpaduan unik antara stupa, candi, dan simbolisme gunung yang memukau.

2. Penjajah tak tahu gold, glory, gospel, karena itu hanya peristilahan dari Indonesia

Mengutip dari buku Hystory of Western Philosophy karya Russel Betrand, semboyan 3G, yaitu gold (kekayaan), glory (kejayaan), dan gospel (agama), merupakan kebijakan yang dikeluarkan oleh Paus Alexander VI dari Vatikan. Semboyan ini menjadi motivasi bangsa Eropa untuk melakukan penjelajahan samudra dan imperialisme.

Semboyan 3G ini menjadi faktor pendorong bangsa Eropa untuk melakukan penjelajahan samudra ke berbagai tempat, termasuk Indonesia. Kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia membawa dampak yang besar, seperti perubahan wajah Indonesia dan sejarah dunia.

Pemahaman tentang 3G di Indonesia berbeda. Masyarakat menngira bahwa semboyan tersebut berasal dari para penjajah, melainkan dari Paus Alexander VI dari Vatikan.

3. Indonesia Dijajah 350 Tahun

Pernyataan bahwa Indonesia dijajah Belanda selama 350 tahun adalah mitos. Menurut para ahli sejarah, seperti G.J Resink, penjajahan Belanda di Indonesia tidak berlangsung selama 350 tahun, melainkan hanya sekitar 40–50 tahun.

Menurut Jurnal Widya Winayata: Jurnal Pendidikan Sejarah, Belanda pertama kali tiba di Nusantara pada 22 Juni 1596, namun ekspedisi ini tidak bertujuan untuk menjajah. Penjajahan Belanda secara langsung baru dimulai pada abad ke-19, setelah VOC dibubarkan dan dibentuknya pemerintah kolonial Hindia Belanda.

Belanda baru bisa menguasai seluruh wilayah Indonesia pada tahun 1912, dengan pengecualian Timor Timur yang dikuasai oleh Portugis. Penjajahan Belanda di Indonesia tidak berjalan mulus karena banyak perlawanan yang terjadi di berbagai daerah.

Pernyataan bahwa Indonesia dijajah Belanda selama 350 tahun dipopulerkan oleh politisi Belanda dan buku-buku pelajaran sekolah kolonial. Pernyataan ini semakin kuat dipercaya sebagai kebenaran sejarah ketika Sukarno dan para pejabat juga politisi kerap menggunakannya dalam pidato-pidato.

 

Penulis: Ade Yofi Faidzun

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya