Liputan6.com, Gorontalo - Indonesia memiliki beragam kudapan khas daerah yang kerap disajikan saat Ramadan. Salah satu kuliner tradisional yang masih lestari di Gorontalo adalah Tiliaya, kudapan khas yang biasa disajikan saat sahur maupun dalam ritual keagamaan.
Tiliaya merupakan hidangan turun-temurun yang diwariskan sejak zaman dahulu. Hingga kini, masyarakat Gorontalo tetap mempertahankan tradisi mengolah dan menyajikan makanan ini, terutama saat bulan suci Ramadan.
Makanan ini dibuat dengan bahan sederhana yang mudah ditemukan, serta proses pembuatan yang tidak rumit. Keunikan Tiliaya terletak pada teksturnya yang lembut dan cita rasa manis yang khas.
Advertisement
Bagi Anda yang ingin mencoba membuatnya di rumah, bahan utama yang dibutuhkan adalah telur ayam, gula aren, dan santan kelapa. Berikut langkah-langkah pembuatannya:
- Kocok gula aren dan telur hingga merata.
- Tambahkan santan kelapa sedikit demi sedikit sambil terus diaduk.
- Pastikan perbandingan antara telur, gula aren, dan santan sesuai agar rasa tetap seimbang.
- Kukus adonan selama kurang lebih 30 menit.
- Dinginkan sebelum disajikan agar lebih segar dan nikmat.
Santapan Wajib Saat Sahur
Di Desa Huluduotamo, Kecamatan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango, Tiliaya menjadi hidangan wajib saat sahur, terutama di awal Ramadan. Masyarakat percaya bahwa kudapan ini mampu memberikan energi tambahan untuk menjalani ibadah puasa sepanjang hari.
"Selain rasanya yang lezat, Tiliaya mengandung protein, lemak, dan karbohidrat yang cukup untuk menunjang stamina saat berpuasa," kata Idrus, salah satu pemuda Gorontalo.
Untuk menikmati Tiliaya dengan lebih lengkap, masyarakat Gorontalo sering menyajikannya bersama nasi kuning. Perpaduan rasa manis dari Tiliaya dan pedasnya nasi kuning menciptakan keseimbangan yang pas.
"Kalau sahur makan nasi kuning pedas, Tiliaya jadi penawarnya sebagai manisan," ujar seorang warga setempat.
Nilai Historis
Kuliner tradisional ini memiliki nilai historis tinggi. Konon, Tiliaya sudah ada sejak masa penjajahan dan menjadi bagian dari budaya Gorontalo. Hingga kini, makanan ini masih sering dijumpai dalam berbagai upacara adat dan ritual keagamaan.
"Tiliaya bukan sekadar kudapan, melainkan warisan budaya yang memiliki makna mendalam. Hidangan ini biasanya disajikan dalam acara doa arwah atau ritual keagamaan lainnya," ujar Abdul Demolawa, seorang pemangku adat di Gorontalo.
Menurut Abdul, dalam tradisi masyarakat setempat, Tiliaya kerap muncul dalam acara doa arwah (dua aruwa), serta berbagai perayaan keagamaan Islam lainnya.
Dengan cita rasa yang khas dan nilai historis yang tinggi, Tiliaya tetap menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat Gorontalo, khususnya saat Ramadan. Kudapan ini tidak hanya menggugah selera, tetapi juga menjadi simbol warisan budaya yang harus terus dilestarikan.
Advertisement
