BW Plantation Bersiap Masuk Industri Hilirisasi

PT BW Plantation Tbk sedang mempersiapkan pabrik kelapa sawit ke lima di Kalimantan Tengah yang akan dibangun pada akhir 2014.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 07 Mei 2014, 17:03 WIB
Diterbitkan 07 Mei 2014, 17:03 WIB
Kelapa Sawit
(Foto: Antara)

Liputan6.com, Jakarta - Produsen kelapa sawit, PT BW Plantation Tbk (BWPT) menyatakan masih mempertimbangkan untuk masuk ke bisnis hilirisasi, mengingat kapasitas produksi minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) belum memadai.

Presiden Direktur BW Plantation, Abdul Halim Anshari memperkirakan, kapasitas produksi CPO harus harus menembus 200-300 ribu ton untuk masuk ke industri hilirisasi.

"Mungkin bisa masuk hilirisasi 3-4 tahun ke depan, karena industri tersebut memerlukan economic skill dan menciptakan pasar khusus produk olahan. Sekarang saja kapasitas produksi kami di empat Pabrik Kelapa Sawit (PKS) baru 210 ribu ton per jam," terang dia di Jakarta, Rabu (7/5/2014).

Sementara Direktur dan Sekretaris Perusahaan BW Plantation, Kelik Irwantono menambahkan, pihaknya sedang mempersiapkan pabrik kelapa sawit ke lima di Kalimantan Tengah.

Pabrik ini, tambahnya, akan memiliki kapasitas produksi 45 ribu ton per jam. Dia menargetkan konstruksi PKS ini akan mulai digarap pada kuartal IV ini dan mulai commisioning pada akhir tahun depan.

"Investasi lagi dihitung, tapi kurang lebih angka investasinya US$ 2,5 juta per 10 ton. Dan investasi ini akan dipenuhi dari kas internal perseroan mengingat harga CPO mulai membaik," ucap Kelik.

Meski beberapa tahun lagi produksi emiten berkode BWPT ini bertambah, namun bukan berarti perseroan akan beralih ke industri hilirisasi.

"Masuk ke down stream itu nggak gampang, sebab CPO kami banyak diserap oleh perusahaan besar seperti Sinarmas, Wilmart . Lagi pula marjin di bisnis hulu masih lebih banyak dengan ebitda marjin 50%," jelas Kelik.

Dia mengaku, perseroan masih memiliki 20 ribu hektare (ha) yang akan ditanam. Namun setiap tahun, diperkirakan yang tertanam sekitar 3.000-4.000 ha.

"Biaya tanam dan perawatan setiap tahun naik, sekitar Rp 90 juta per lahan. Itu karena ada kenaikan upah minimum dan lainnya," ujar Kelik.

Sampai kuartal I 2014, perseroan mencatatkan peningkatan produksi tandan buah segar dari 138 ribu ton menjadi 158 ribu ton. Sedangkan produksi CPO naik menjadi 32 ribu dari periode yang sama sebelumnya 30 ribu ton.

Sementara harga rata-rata CPO di periode tiga bulan pertama sebesar Rp 8,2 juta per ton. Dan diharapkan harga stabil pada kuartal II 2014. (Fik/Ahm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya