Rights Issue, Adhi Karya Incar Dana Rp 2,7 Triliun

Dana hasil rights issue PT Adhi Karya Tbk antara lain digunakan untuk proyek transportasi massal berbasis rel kereta.

oleh Agustina Melani diperbarui 13 Mei 2015, 20:45 WIB
Diterbitkan 13 Mei 2015, 20:45 WIB
Adhi Karya
Ilustrasi Adhi Karya (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Liputan6.com, Jakarta - PT Adhi Karya Tbk (ADHI), perusahaan konstruksi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mencari dana di pasar modal lewat penawaran umum terbatas dengan mekanisme Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD)/Rights Issue.

PT Adhi Karya Tbk akan menawarkan sebanyak-banyaknya 1,37 miliar saham biasa atau sebanyak-banyaknya sebesar 43,2 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah rights issue dengan nilai nominal Rp 100.

Mengutip dari prospektus singkat yang diterbitkan, Rabu (13/5/2015), harga pelaksanaan rights issue Rp 2.000-Rp 2.700 per saham.  Jadi total dana yang diincar dari rights issue ini sebanyak-banyaknya sebesar Rp 2,74 triliun.

Perseroan akan menggunakan dana hasil rights issue ini untuk proyek transportasi massal berbasis rel kereta beserta stasiun dan properti pendukungnya.
Setiap pemegang 100 ribu saham lama yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham (DPS) pada 1 Juli 2015 berhak memperoleh sebanyak-banyaknya 76.190 HMETD. Setiap satu HMETD memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli sebanyak satu saham baru.

Pemegang saham perseroan yaitu Pemerintah Republik Indonesia akan melaksanakan haknya dalam rights issue ini sesuai dengan porsi kepemilikannya. Hal itu sebagaimana diatur dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2014 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2015.

Bila pemegang saham lama tidak melaksanakan haknya untuk membeli saham baru yang ditawarkan dalam rights issue maka sesuai HMETDnya akan mengalami penurunan persentase kepemilikan sahamnya dalam jumlah maksimum sebesar 43,2 persen.

Pemegang saham sebelum pelaksanaan rights issue antara lain Pemerintah Indonesia sebesar 51 persen dan masyarakat sebesar 49 persen.

Untuk melakukan aksi korporasi ini, perseroan harus mendapatkan pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 18 Juni 2015. Perseroan akan meminta persetujuan pemegang saham pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 19 Juni 2015.

Adapun perdagangan terakhir saham dengan HMETD (cum-right) di pasar reguler dan negosiasi pada 26 Juni 2015 dan pasar tunai pada 1 Juli 2015.

Sedangkan mulai perdagangan saham tanpa HMETD pada 29 Juni 2015 di pasar reguler dan tunai. Di pasar tunai pada 2 Juli 2015. Pencatatan HMETD di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 3 Juli 2015.

Kontrak Baru Adhi Karya

Kontrak Baru

PT Adhi Karya Tbk mencatatkan kontrak baru mencapai Rp 3,3 triliun hingga akhir April 2015. Realisasi kontrak baru itu diraih mayoritas berasal dari lini bisnis konstruksi sebesar 86 persen, sedangkan sisanya sebesar 14 persen merupakan proyek-proyek dari lini bisnis lainnya.

Sedangkan segmentasi sumber dana, realisasi kontrak baru terdiri dari swasta/lainnya sebanyak 56 persen, APBN/APBD sebesar 30 persen, dan BUMN tercatat 14 persen.

Realisasi kontrak baru PT Adhi Karya Tbk hingga April 2015 antara lain proyek pembangunan jalan Simpang Bayah sebesar Rp 84,5 miliar, dan proyek RSPI Bintaro Jaya sebesar Rp 192,8 miliar yang diraih melalui anak perusahaan PT Adhi Karya Tbk yaitu PT Adhi Persada Gedung.

Perseroan menargetkan kontrak baru sebesar Rp 15,2 triliun pada 2015. Kontrak baru itu berasal dari jasa konstruksi sebesar Rp 12,5 triliun, bisnis EPC sebesar Rp 460,1 miliar, bisnis properti Realti sebesar Rp 1,7 triliun, dan bisnis precast concrete sebesar Rp 479,6 miliar.

Pada penutupan perdagangan saham Rabu (13/5/2015), harga saham PT Adhi Karya Tbk turun 3,71 persen menjadi Rp 2.725 per saham. Harga saham ADHI tertinggi di level Rp 2.800 dan terendah Rp 2.700 per saham. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 4.107 kali dengan nilai transaksi harian saham sekitar Rp 52,3 miliar. (Ahm/)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya