Liputan6.com, London - Pasar modal dan keuangan bereaksi terhadap hasil referendum Yunani pada 5 Juli 2015. Hasil referendum Yunani menyatakan 61,3 persen masyarakat Yunani menolak seluruh ketentuan dana talangan internasional.
Sejumlah bursa saham utama global dan euro tertekan setelah pemilih Yunani mengatakan tidak untuk tawaran tersebut. Euro turun lebih dari 1 persen terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjadi US$ 1.10. Bursa saham berjangka AS pun turun sekitar 1,3 persen.
Sementara itu, bursa saham Asia dibuka melemah dengan indeks saham acuan Jepang Nikkei merosot 1,3 persen. Indeks saham Australia susut 1,2 persen. Sementara itu, indeks saham Korea Selatan Kospi melemah 0,8 persen.
Advertisement
Selain indeks saham tertekan, pelaku pasar juga fokus terhadap obligasi yang diterbitkan pemerintah Eropa. Sejumlah analis mengatakan, obligasi AS bisa reli karena investor melihat untuk menghindari risiko.
Akan tetapi, pemungutan suara dapat memicu serangkaian peristiwa yang dapat membuat Yunani menjadi negara pertama yang meninggalkan kawan Euro.
Yunani pun berada di ambang kebangkrutan. Apalagi pemerintahan Yunani harus membayar pensiun dan upah pegawai negeri. Tak hanya itu juga membuka kembali bank-bank yang telah ditutup selama sepekan setelah pembicaraan dengan kreditor runtuh.
Jika Eropa tidak siap untuk bersantai atau menawarkan dana talangan ke Yunani, maka Yunani harus mulai mencetak mata uang segera mungkin.
Akan tetapi sisi lain, jika Eropa kompromi dan setuju untuk menghapus utang besar Yunani dapat memicu kredibilitas mata uang Euro makin jatuh.
"Apapun hasil dari beberapa hari ke depan, tidak ada kalau zona Euro dan mata uang tunggal dapat keluar kuat sebagai hasilnya," ujar Analis FxPro, Simon Smith seperti dikutip dari CNN Money, Senin (6/7/2015).
Dampak risiko Yunani jatuh dinilai hanya relatif kecil terhadap negara-negara Eropa. Sebagian besar utang pemerintah Yunani dipegang oleh negara yang dapat mengatasi gagal bayar.
Bisnis di Eropa diperkirakan juga penuh ketidakpastian dalam beberapa bulan ke depan. Ekonomi zona Euro mulai pulih kecuali Yunani. Namun investor khawatir terhadap dampak perlambatan China.
Bank-bank sentral pun telah bersiap untuk yang terburuk. Bank sentral Eropa meluncurkan amunisi baru dengan berecana membeli obligasi dari sejumlah perusahaan di negara-negara zona Euro yang rentan seperti Italia, Portugal dan Spanyol sebagai bagian dari program stimulus besar-besaran. (Ahm/)