Liputan6.com, Athena - Hasil final yang dikeluarkan oleh Kementerian Dalam Negeri Yunani mengatakan bahwa 61,3% rakyat memilih "tidak" dan hanya 38.7% memilih "ya", pada referendum bailout -- draf penyelamatan finansial yang ditolak Yunani atau menolak permintaan Eropa.
Partai pemerintah Syriza gencar berkampanye untuk berkata tidak, karena menurut mereka perjanjian bailout sangat merendahkan rakyat Yunani, demikian seperti dikutip dari BBC, Senin (6/7/2015).
Sementara itu, lawan partai mereka sudah memperingatkan bahwa konsekuensi memilih tidak, berarti Yunani akan keluar dari Eurozone, dan pertemuan kepala negara Uni Eropa akan berlangsung Selasa 7 Juli 2015 besok. Perdana Menteri Yunani, Alexis Tsipras, berkomentar bahwa apa pun hasil referendum adalah sebuah "solidaritas dan demokrasi Eropa".
"Karena besok (Senin 6 Juli waktu setempat) Yunani akan kembali bernegosiasi dan prioritas kami adalah untuk merumuskan kembali stabilitas keuangan negara ini," ujar Tsipras dalam pidatonya di televisi.
"Kali ini, semua akan dinegosiasikan lagi," tambahnya setelah IMF memublikasikan pernyataannya tentang "konfirmasi Yunani untuk restrukturing utang sangatlah penting."
Namun, beberapa pemerintahan Uni Eropa berkata kalau pilihan "tidak" akan ada penolakan dari para kreditor. Josep Dijsselbloem, kepala menteri-menteri keuangan Uni Eropa berkata bahwa hasil dari referendum sangat disesalkan untuk masa depan Yunani.
Senada dengannya, deputi kanselor Jerman, Sigmar Gabriel, mengatakan memperbarui negosiasi dengan Yunani merupakan sesuatu yang susah dibayangkan.
"Tsipras dan pemerintahannya menggambarkan negaranya ke jalan 'penelantaran yang pahit dan tidak berdaya'," sebutnya kepada sebuah harian Yunani.
Rakyat Yunani pun menyambut gegap gempita hasil referendum. Channelnewsasia menggambarkan para warga di sana bersorak, saling berpelukan saat mengetahui suara terbanyak adalah "tidak".
"Ini adalah kemenangan bagi rakyat Yunani, dan kesempatan untuk Eropa," kata Giorgos, salah satu demonstran yang memenuhi jalanan Yunani bersama 6.000 demonstran lainnya.
"Spanyol dan Portugal harus mengikuti jalan kami. Kita adalah orang Eropa," tambahnya tanpa memperdulikan bahwa hasil dari referendum ini akan memungkinkan negara mereka jatuh ke krisis finansial yang lebih dalam. Kebanyakan pemilih "tidak" adalah kaum muda Yunani yang hampir separuhnya tidak memiliki pekerjaan. Selain itu, banyak para lansia ikut dalam demonstrasi tersebut.
Para pemimpin Eropa lainnya turut memberikan komentar terhadap hasil referendum ini. Menteri Luar Negeri Itali, Paolo Geniloni melalui Twitternya merespons, "Ini saatnya untuk mencoba membuat perjanjian lagi. Tapi tidak ada jalan keluar dari labirin Yunani dengan Eropa apabila mereka lemah dan tidak berkembang."
Sementara itu, Menteri Keungan Belgia berkata akan tetap membuka peluang untuk berbicara kembali dengan Yunani. "Grup menteri keuangan Eropa akan membuka percakapan lagi, dengan menekankan bahwa Yunani harus kembali ke jalan ekonomi yang benar," katanya dalam sebuah wawancara televisi.
Dilaporkan bank-bank di Yunani masih dalam kondisi yang tidak mempunyai uang tunai. Juru bicara pemerintah Yunani, Gabriel Sakellaridis, mengatakan bahwa Yunani telah meminta kepada Bank Sentral Eropa untuk menyuntikkan dana ke bank mereka dalam mekanisme Emergency Liquidity Assistance. (Rie/Tnt)
Advertisement