BEI Masih Optimistis Terhadap Kinerja Emiten

Direktur Utama BEI, Tito Sulistio mengharapkan peran pemerintah segera merealisasikan anggaran sehingga dorong pertumbuhan ekonomi.

oleh Agustina Melani diperbarui 05 Agu 2015, 14:58 WIB
Diterbitkan 05 Agu 2015, 14:58 WIB
Pengamat Ekonomi Beberkan Bumerang Untuk Jokowi
Suasana aktivitas di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (22/10/2014) (Liputan6.com/Andrian M Tunay)

Liputan6.com, Jakarta - Manajemen PT Bursa Efek Indonesia (BEI) masih optimistis terhadap kinerja emiten di pasar modal Indonesia di tengah ekonomi Indonesia lesu.

Direktur Utama BEI, Tito Sulistio menilai saat ini memang kinerja keuangan emiten menurun, namun masih banyak membukukan keuntungan. Kondisi ini berbeda saat 1998, ada kekhawatiran perusahaan rugi. "Kinerja perusahaan turun tetapi masih banyak yang untung. Kinerja bank bagus. Jadi produknya masih bagus," ujar Tito.

Tito menilai selama kinerja emiten itu seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi yang melambat itu masih wajar. Saat ini pihaknya masih menunggu hasil kinerja seluruh emiten hingga pertengahan Agustus 2015. "Selama perusahaan masih bisa bagi dividen dan tidak pecat pegawai so far angka dasar dari bursa masih baik. Tidak jelek dari perekonomian," kata Tito, saat ditemui wartawan di gedung BEI, yang ditulis Rabu (5/8/2015).

Saat ditanya mengenai aksi beli investor susut menjadi Rp 3,6 triliun dari sejak awal tahun hingga penutupan perdagangan saham 4 Agustus 2015, Tito mengatakan aksi jual dan beli investor asing hal biasa. Investor asing melihat sejumlah faktor untuk masuk ke bursa saham mulai dari fundamental perusahaan, ekonomi, situasi pasar keuangan dan politik.

Tito menambahkan, meski transaksi harian investor asing turun, kepemilikan saham investor asing masih mendominasi di pasar modal Indonesia yaitu mencapai 65 persen.

Karena itu, untuk menggairahkan kembali pasar modal Indonesia, Tito mengharapkan peran pemerintah. Pertama, pemerintah diharapkan dapat segera merealisasikan belanja pemerintah dengan mempercepat stimulus yang menggerakkan proyek infrastruktur.

"Itu uang daerah sekitar Rp 250 triliun tidak digunakan maka tolong dipercepat," kata Tito.

Tito juga meminta pemerintah mendorong privatisasi perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Hal ini juga dilakukan sejumlah negara lain untuk menormalisasikan bursa sahamnya. "BUMN harus go public. Itu yang kami minta. Dunia juga begitu," ujar Tito.

Tito juga mengingatkan pemerintah untuk meningkatkan kepercayaan investor." Tim ekonomi Jokowi harus dapat meningkatkan kepercayaan investor," kata Tito.

Sementara itu, dengan melihat kondisi pasar modal Indonesia sekarang, Kepala Riset PT Mandiri Sekuritas John Rachmat juga menetapkan kembali prediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada akhir 2015. IHSG berpotensi sentuh level 4.500 pada akhir 2015. John pun merekomendasikan saham Indonesia masih under weight.

Seperti diketahui, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 8,53 persen sejak awal tahun hingga penutupan perdagangan saham Selasa 4 Agustus 2015. IHSG ditutup ke level 4.781,09 pada perdagangan saham kemarin. (Ahm/Gdn)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya