Liputan6.com, Jakarta - Kinerja emiten properti mencatatkan hasil beragam pada semester I 2015 di tengah ekonomi Indonesia lesu. Akan tetapi, kinerja emiten properti ini dinilai cenderung melambat pada semester I 2015.
Dari sejumlah emiten yang telah melaporkan kinerjanya, emiten properti grup Ciputra mencatatkan kinerja di bawah harapan. PT Ciputra Development Tbk (CTRA) membukukan laba bersih turun sekitar 99 persen menjadi Rp 478,01 miliar pada semester I 2015 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 600,5 miliar. Penjualan turun 10,04 persen menjadi Rp 3,08 triliun pada semester I 2015 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 2,4 triliun.
Sementara itu, PT Ciputra Property Tbk membukukan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun tajam menjadi Rp 20,17 miliar pada semester I 2015 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 126,67 miliar. Hal ini diikuti pendapatan usaha turun menjadi Rp 670,87 miliar.
Advertisement
Analis PT BNI Securities, Thendra Chrisnanda mengatakan kinerja emiten properti pada semester I 2015 cenderung tidak terlalu tinggi. Hal itu lantaran dari kondisi makro ekonomi Indonesia melambat sehingga mempengaruhi daya beli masyarakat. Selain itu, kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) ketat dengan suku bunga acuan di kisaran 7,5 persen juga membebani kinerja emiten properti.
"Kinerja emiten properti tidak terlalu tinggi pada semester I 2015 karena tak lepas dari kondisi makro ekonomi Indonesia. Hal itu mengingat daya beli masyarakat turun sehingga mempengaruhi pembelian properti," kata Thendra, saat dihubungi Liputan6.com,Minggu (9/8/2015).
Selain emiten properti grup Ciputra membukukan kinerja tak sesuai harapan, ada sejumlah emiten properti lain kinerja menurun. PT Alam Sutera Realty Tbk mencatatkan penjualan melemah 10,91 persen menjadi Rp 1,73 triliun pada semester I 2015 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1,94 triliun. Sedangkan laba bersih merosot 11,83 persen menjadi Rp 454,35 miliar pada semester I 2015.
PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) membukukan kinerja naik 37,79 persen menjadi Rp 3,3 triliun sepanjang semester I 2015. Akan tetapi laba turun signifikan 45 persen menjadi Rp 1,4 triliun. Lalu PT Pakuwon Jati Tbk mencatatkan penjualan naik menjadi Rp 2,42 triliun sepanjang semester I 2015. Akan tetapi, laba bersih yang diatribusikan ke pemilik entitas induk turun 10,3 persen menjadi Rp 872,1 miliar pada semester I 2015.
Dalam riset PT Henan Putihrai menyebutkan, penurunan laba bersih PT Pakuwon Jati Tbk sebagian besar disebabkan oleh kerugian kurs mata uang asing sekitar Rp 162,68 miliar pada periode semester I 2015 dari periode sama tahun sebelumnya untung Rp 9,27 miliar.
"Depresiasi rupiah mempengaruhi pendapatan laba perusahaan karena biaya konstruksi termasuk impor dan sumber pembiayaan berdenominasi mata uang asing," tulis riset PT Henan Putihrai.
Thendra menambahkan, kebijakan kelonggaran uang muka Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI) belum terlalu membantu. Hal itu mengingat daya beli masyarakat menurun. "Dengan kebijakan itu belum dapat mengangkat penjualan properti sehingga kinerja emiten properti melambat," kata Thendra.
Meski demikian, ada sejumlah emiten properti membukukan kinerja positif pada semester I 2015. PT Agung Podomoro Land Tbk mencatatkan kinerja penjualan naik 21 persen menjadi Rp 2,77 triliun pada semester I 2015. Hal itu mendukung laba naik 46,9 persen menjadi Rp 507,8 miliar.
Lalu PT Lippo Karawaci Tbk mencatatkan laba bersih naik 15 persen menjadi Rp 775 miliar pada semester I 2015. Sedangkan pendapatan naik 16 persen menjadi Rp 4,75 triliun pada semester I 2015.
Rekomendasi Saham Properti
Rekomendasi Saham Properti
Thendra melihat, emiten properti yang mencatatkan recurring income atau pendapatan berkelanjutan besar dapat memberikan kinerja positif ke PT Pakuwon Jati Tbk. Thendra pun merekomendasikan beli saham PT Pakuwon Jati Tbk dengan target harga Rp 520 per saham.
PT Summarecon Agung Tbk dengan rekomendasi beli dengan target harga Rp 2.150. PT Bumi Serpong Damai Tbk dengan rekomendasi beli di level Rp 2.260.
Sedangkan riset PT Henan Putihrai masih memilih saham PT Summarecon Agung Tbk dan PT Ciputra Surya Tbk di sektor properti. Hal itu mempertimbangkan diversifikasi secara geografis yang dilakukan oleh Perseroan sebagai upaya mempertahankan penjualan di tengah situasi ekonomi melambat.
Untuk Pakuwon Jati, PT Henan Putihrai memberikan rekomendasi netral. Kebijakan pemerintah menyetujui kepemilikan properti asing untuk apartemen mewah dan pelonggaran pada peraturan loan to value berpotensi menjadi katalis positif bagi PT Pakuwon Jati Tbk. Namun, hal itu baru berdampak pada kuartal IV 2015. (Ahm/Ndw)
Advertisement