Dana Investor Asing Masuk ke Bursa Capai Rp 2,3 Triliun

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah menguat sekitar 9,08 persen selama sepekan menjadi 4.589,34.

oleh Agustina Melani diperbarui 10 Okt 2015, 12:00 WIB
Diterbitkan 10 Okt 2015, 12:00 WIB
Pengamat Ekonomi Beberkan Bumerang Untuk Jokowi
Pegawai Bursa Efek Indonesia mengamati pegerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Jakarta, Rabu (22/10/2014) (Liputan6.com/Andrian M Tunay)

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu mencatatkan penguatan sebesar 9,08 persen dari level 4.207,79 pada 2 Oktober 2015 menjadi 4.589,34 pada 9 Oktober 2015.

Penguatan tersebut membuat pelemahan IHSG susut menjadi 12,2 persen secara year to date menjadi 4.589,34 pada Jumat pekan ini. Saham PT HM Sampoerna Tbk mencatatkan kapitalisasi pasar saham terbesar di pasar modal Indonesia. Total kapitalisasi pasar saham mencapai Rp 386 triliun atau 8,1 persen dari total kapitalisasi pasar saham Indonesia. Penguatan IHSG terbesar terjadi pada Senin 5 Oktober 2015 dengan naik 3,2 persen menjadi 4.343.

Penguatan IHSG ini juga didukung dari aliran investor asing yang masuk ke pasar modal Indonesia. Tercatat berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), aliran dana investor asing yang masuk mencapai Rp 2,32 triliun dalam sepekan. Total dana asing keluar dari pasar modal Indonesia mencapai Rp 10,98 triliun sepanjang 2015.

Saham-saham berkapitalisasi besar menjadi penggerak terbesar IHSG pada pekan ini. Saham-saham itu antara lain PT Astra International Tbk (ASII), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).

Sementara saham-saham yang menjadi penahan penguatan IHSG, yaitu saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), PT Aastra Agro Lestari Tbk (AALI).

Berdasarkan riset PT Henan Putihrai, sejumlah sektor saham memperlihatkan tren pelemahan, yaitu sektor saham pertambangan, pertanian dan properti. Diikuti sektor perdagangan dan sektor konsumsi. Sedangkan sektor keuangan dan aneka industri dinilai memperlihatkan tren menguat.

Mengutip laman Bloomberg, yang ditulis Sabtu (10/10/2015), bursa saham Indonesia diperkirakan reli hingga akhir tahun. Hal itu didorong dari pemerintah meningkatkan proyek infrastruktur dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sudah undervalue akan memikat kembali manajer investasi global.

"Titik rendah sudah lewat. Investor asing akan datang lagi," ujar Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Elvyn Masassya.

Ia mengatakan, pemerintah akan membangun infrastruktur mulai dari kereta api, bandara dan pelabuhan laut akan memberikan sentimen positif.

Ini dapat membangkitkan kembali kepercayaan investor asing untuk kembali masuk ke bursa saham. Selain faktor tersebut, spekulasi kalau bank sentral AS atau The Federal Reserve akan menunda kenaikan suku bunga hingga 2016 juga menjadi sentimen yang pengaruhi kenaikan IHSG.

"Valuasi saham murah, ditambah mata uang melemah, dan ada sinyal pemerintah mulai mengerjakan proyek infrastruktur mendorong investor global mulai memburu dan tawar menawar di Indonesia," ujar Joshua Crabb, Kepala Riset Old Mutual Plc seperti dikutip dari Bloomberg.

Meski demikian, dalam riset PT Henan Putihrai menyebutkan kalau situasi global masih belum pasti, dan risiko tetap tinggi di negara berkembang. Analis PT Henan Putihrai menyebutkan kalau kenaikan suku bunga bank sentral AS akan positif atau berdampak negatif kepada IHSG dan rupiah akan tergantung pada kekuatan data ekonomi Indonesia. (Ahm/Igw)*

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya