Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) berbalik negatif pada perdagangan saham Senin sore waktu setempat usai mengalami reli pada pekan lalu.
Pada penutupan perdagangan saham, Senin (Selasa pagi WIB), indeks saham Dow Jones melemah 26,95 poin atau 0,15 persen ke level 17.796,86. Indeks saham S&P 500 susut 2,47 poin atau 0,12 persen ke level 2.086,7. Sedangkan indeks saham Nasdaq turun tipis 1,15 poin atau 0,02 persen ke level 5.103,77.
Baca Juga
Pelemahan indeks saham ini terjadi usai bursa saham AS mengalami reli selama sepekan. Bahkan indeks saham S&P 500 membukukan kinerja terbaik sepanjang 2015.
Advertisement
"Investor juga terkesan dengan data ekonomi yang dirilis pada awal pekan ini. Lainnya khawatir karena pertumbuhan ekonomi mungkin lebih lambat dari yang diharapkan dan penjualan saat musim liburan yang mengecewakan," ujar Stephen Massocca, Chief Investment Officer Wedbush Equity Management LLC, seperti dikutip dari laman Reuters, Selasa (24/11/2015).
Baca Juga
Ia juga mengatakan, indeks saham mengalami reli sangat besar pada pekan lalu. Hal itu tidak mengejutkan bila pasar mengalami koreksi di awal pekan.Ada pun data ekonomi keluar di awal pekan antara lain penjualan kembali rumah di AS mengalami koreksi pada Oktober.
Hal itu lantaran pilihan terbatas untuk pembeli potensial. Selain itu, laporan indeks manufaktur juga mencapai titik terendah dalam 25 bulan pada awal November menunjukkan kalau aktivitas pabrik masih lemah.
Sentimen lainnya yaitu pengumuman akuisisi Allergan oleh Pfizer di awal pekan ini. Saham Pfizer pun turun hampir 3 persen, dan mencatatkan saham alami penurunan terbesar sehingga menyeret indeks S&P 500 ke zona merah. Pfizer dikabarkan akusisi Allergan senilai US$ 160 miliar.
Sementara itu, sektor saham utilitas mencatatkan penurunan terbesar mencapai 1 persen, diikuti sektor jasa telekomunikasi. Sedangkan sektor konsumsi mengalami kenaikan 0,8 persen, yang diikuti sektor saham energi naik 0,7 persen. Kenaikan sektor energi ini dipicu kenaikan harga minyak mentah setelah Arab Saudi sepakat untuk menstabilkan harga. (Ahm/Igw)