Atasi Saham Tidur, BEI Minta Emiten Contoh HM Sampoerna

Bursa Efek Indonesia (BEI) terus mendorong peningkatan kuantitas dan kualitas transaksi saham di bursa Indonesia.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 12 Mei 2016, 15:31 WIB
Diterbitkan 12 Mei 2016, 15:31 WIB
20151230-Penutupan Perdagangan Bursa 2015, Pegawai BEI Tiup Terompet
Pegawai mengenakan topi dan meniupkan trompet usai penutupan perdagangan saham tahun 2015 di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (30/12). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada akhir perdagangan 2015 ditutup hari ini‎. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) terus mendorong peningkatan kuantitas dan kualitas transaksi saham. Saat ini, BEI terus mendorong perusahaan-perusahaan untuk melantai di bursa dan di luar itu BEI juga mendorong agar perusahaan yang sahamnya telah melantai di bursa terus melakukan aksi korporasi. 

Untuk meningkatkan kapitalisasi pasar saham Indonesia, BEI terus mendorong bertambahnya emiten-emiten baru. Sepanjang tahun ini telah ada empat emiten baru di bursa. Perusahaan yang terakhir melantai di bursa adalah PT Bank Ganesha (BGTG). 

BEI tak hanya sekedar meminta perusahaan melantai di bursa namun juga meminta kepada para emiten untuk mengelola dengan baik saham yang telah dilepas di pasar tersebut sehingga menjadi cair (likuid). BEI tak ingin saham-saham yang ada tidak menjadi saham tidur atau saham tak aktif diperdagangkan. 

Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Alpino Kianjaya menjelaskan, poenyebab terjadinya saham tidur sebenarnya ada dua. Pertama karena memang saham yang tersebar di publik tidak banyak. Kedua karena pemegang saham enggan untuk menjual saham yang mereka punya. 

Jika saham tersebut terus tak aktif, besar kemungkinan BEI akan mensuspensi saham tersebut. Agar hal tersebut tidak terjadi, Alpino menyarankan agar para emiten meniru langkah yang dilakukan oleh PT HM Sampoerna Tbk (HMSP). 

"Jadi saham tidur itu tidak berarti jelek. Istilahnya saham tidak likuid 2 hal. Karena jumlah saham sedikit atau yang punya saham tak mau jual. Nah itu kan perusahaan jelek atau bagus? Pasti bagus tapi orang tidak mau jual," jelasnya, Jakarta, Kamis (12/5/2016).

Alpino meminta emiten yang sahamnya tidur mengikuti langkah HM Sampoerna untuk pecah saham atau stock split. Dia mengatakan, hal itu akan menarik minat pelaku pasar karena saham yang tersebar semakin banyak ditambah harga sahamnya menjadi murah.

"Terus ke depannya bagimana? Harus tingkatkan likuiditas contoh Sampoerna lakukan stock split is the best way. Contoh HM Sampoerna stock split 1:25 artinya jumlah saham sedikit menjadi banyak. Dan harganya Rp 100 ribu menjadi cuma Rp 3.000 atau Rp 2.500 untuk tingkatkan likuiditas pasar," jelas dia.

Dia mengatakan, stock split akan memberikan keuntungan bagi banyak pihak. "Untuk meningkatkan likuiditas pasar, investor ritel menikmati sebagai pemegang saham emiten tersebut. Harusnya bangga bendera kita dimiliki banyak pihak," tandas dia. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya