Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona merah pada sesi pertama perdagangan saham di awal pekan ini. Neraca perdagangan Indonesia yang diumumkan pada awal pekan belum memberikan dampak positif ke IHSG.
Pada penutupan perdagangan saham sesi pertama, Senin (16/5/2016), IHSG melemah 28,59 poin atau 0,60 persen ke level 4.733,11. Indeks saham LQ45 susut 0,81 persen ke level 810,41. Seluruh indeks saham acuan cenderung tertekan.
Ada sebanyak 151 saham melemah sehingga menekan IHSG. Sedangkan 105 saham menguat sehingga pelemahan IHSG terbatas dan 83 saham lainnya diam di tempat.
Advertisement
Transaksi perdagangan saham sekitar 120.266 kali dengan volume perdagangan saham 1,7 miliar saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 2,1 triliun. Investor asing melakukan aksi jual sekitar Rp 96 miliar. Sedangkan pemodal lokal melakukan aksi beli bersih sekitar Rp 100 miliar.
Â
Baca Juga
Saham-saham yang menguat dan sebagai penggerak indeks saham antara lain saham KAEF naik 2,9 persen ke level Rp 1.240 per saham, saham KKGI mendaki 4,24 persen ke level Rp 615 per saham dan saham CNKO menguat 3,23 persen ke level Rp 64 per saham.
Saham-saham yang tertekan antara lain saham BMRI susut 3,23 persen ke level harga Rp 9.000 per saham, saham KLBF susut 1,52 persen ke level Rp 1.300 per saham, dan saham UNVR melemah 1,35 persen ke level Rp 43.800 per saham.
Posisi dolar Amerika Serikat di kisaran Rp 13.313. Bursa saham Asia pun cenderung melemah. Indeks saham Hong Kong Hang Seng menguat 1,04 persen ke level 19.921, indeks saham Korea Selatan Kospi susut 0,10 persen ke level 1.965, indeks saham Jepang Nikkei mendaki 0,10 persen ke level 16.428.
Selain itu, indeks saham Shanghai menguat 0,07 persen ke level 2.828, indeks saham Shanghai melemah 0,19 persen.
Ada pun pengumuman neraca perdagangan surplus belum mampu mengangkat IHSG. Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada April 2016 surplus US$ 667,2 juta karena kinerja ekspor yang lebih besar dibandingkan impor. Sementara secara akumulasi, total surplus neraca dagang Indonesia mencapai US$ 2,33 miliar pada Januari-April ini.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo mengungkapkan, pada periode April 2016, realisasi nilai ekspor Indonesia sebesar US$ 11,45 miliar, lebih tinggi dibanding nilai impor yang sebesar US$ 10,78 miliar.
"Jadi ada surplus neraca perdagangan di bulan keempat ini sebesar US$ 667,2 juta. Di April 2015, surplus neraca dagang lebih rendah yakni US$ 478 juta, sedangkan terjadi defisit di bulan yang sama 2014 senilai US$ 1,9 miliar," kata dia saat Konferensi Pers di kantornya, Senin 16 Mei 2016.
Lebih jauh Sasmito menjelaskan, surplus pada April 2016 dipicu positifnya neraca perdagangan di non migas sehingga dapat menutup defisit neraca perdagangan migas yang mencapai US$ 474,3 juta. Secara rinci, minyak mentah mengalami defisit US$ 227,7 juta dan hasil minyak defisit cukup besar US$ 614,2 juta. Sedangkan neraca perdagangan gas tercatat surplus US$ 367,7 juta. Â (Ahm/Ndw)