Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) menurunkan BI Rate atau suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 6,5 persen dan melonggarkan ketentuan loan to value ratio (LTV) dan financing to value ratio (FTV) kredit pembiayaan rumah untuk rumah tapak, rumah susun, dan ruko telah berdampak ke pergerakan harga saham emiten properti.
Berdasarkan data RTI pada Jumat (17/6/2016), pukul 10.02 WIB, sebagian besar saham emiten properti menguat. Saham PT Ciputra Property Tbk (CTRP) naik 11,86 persen ke level Rp 660 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 1.422 kali dengan nilai transaksi Rp 19 miliar.
Selain itu, saham PT Ciputra Surya Tbk (CTRS) menguat 11,52 persen ke level Rp 2.420 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 273 kali dengan nilai transaksi Rp 9,7 miliar.
Baca Juga
Saham PT Greenwood Sejahtera Tbk mendaki 4,2 persen ke level Rp 149 per saham. Saham PT Ciputra Development Tbk (CTRA) menanjak 3,62 persen ke level Rp 1.430 per saham.
Kemudian saham PT Megapolitan Development Tbk naik 3,23 persen ke level Rp 160 per saham. Saham PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) menanjak 2,97 persen ke level Rp 416 per saham. Saham Pakuwon Jati Tbk menguat 2,87 persen ke level Rp 555 per saham. Saham PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) naik 2,21 persen ke level Rp 1.620 per saham.
Sentimen Positif dari BI
Sentimen Positif dari BI
Analis PT Investa Saran Mandiri Hans Kwee menuturkan pelaku pasar merespons positif langkah Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan/BI Rate menjadi 6,5 persen. Selain itu, BI juga merelaksasi aturan loan to value untuk kredit perumahan. Ia menilai, kedua hal itu memberikan sentimen positif untuk properti.
"Dengan penurunan BI Rate dan relaksasi kebijakan kredit properti maka akan meningkatkan penjualan sehingga mendorong kenaikan laba. Ini menaikkan harga saham properti," ujar Hans, saat dihubungi Liputan6.com.
BI memberikan relaksasi ketentuan Loan to Value Ratio (LTV) atau Financing to Value Ratio (FTV) pembiayaan properti untuk rumah tapak, rumah susun, dan ruko. Padda intinya, uang muka alias down payment (DP) rumah menjadi turun
LTV atau FTV sendiri merupakan rasio antara kredit atau pembiayaan yang dapat digunakan bank terhadap nilai agunan seperti properti.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara menerangkan, pada ketentuan yang baru ini rumah tapak tipe>70 meter persegi mendapat fasilitas kredit mencapai 85 persen untuk rumah pertama, 80 persen untuk rumah kedua, dan 75 persen untuk rumah ketiga.
‎Sebelumnya, fasilitas kredit untuk rumah tapak tipe >70 meter persegi sebesar 80 persen untuk rumah pertama, 70 persen untuk rumah ke dua, dan 60 persen untuk rumah ke tiga.
Ia menuturkan, kebijakan BI itu akan mendorong kinerja penjualan sejumlah emiten properti antara lain grup Ciputra, PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), dan PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI).
"Emiten properti itu sangat mengandalkan penjualan putus. Ini berbeda dengan emiten properti antara lain PT Lippo Cikarang Tbk dan PT Pakuwon Jati Tbk yang banyak recurring incomennya," kata dia.
Sementara itu, Analis PT Danareksa Sekuritas Lucky Bayu Purnomo mengatakan BI Rate diharapkan dapat kembali turun secara bertahap sehingga menguji level 6 persen. Sentimen BI Rate itu diharapkan positif untuk mendorong kinerja IHSG dan memberikan stimulus pertumbuhan sektor properti.
"BI Rate turun juga kemudian dapat mendorong masyarakat untuk memperoleh kredit komersial dengan arah single digit," ujar dia.
Selain itu, menurut Lucky sentimen lainnya yang mempengaruhi gerak saham properti yaitu grup Ciputra akan menggabungkan tiga anak usahanya PT Ciputra Development Tbk (CTRA), PT Ciputra Property Tbk (CTRP), dan PT Ciputra Surya Tbk (CTRS) ke dalam entitas PT Ciputra Development Tbk.
Lucky pun merekomendasikan beli saham grup Ciputra antara lain PT Ciputra Property Tbk (CTRP), PT Ciputra Surya Tbk (CTRS), dan PT Ciputra Development Tbk (CTRA). Sedangkan Hans merekomendasikan buy on weakness atau beli saat melemah untuk saham properti. (Ahm/Ndw)
Advertisement