Liputan6.com, Tokyo - Bursa saham Jepang mencatatkan tekanan paling dalam lima tahun. Bahkan bursa saham Jepang alami penurunan terbesar di antara bursa saham Asia.
Sementara itu, harga emas cenderung menguat menjelang akhir pekan ini seiring hasil referendum Inggris menunjukkan kalau masyarakat Inggris ingin keluar dari Uni Eropa (UE).
Â
Indeks saham Jepang turun 8,2 persen yang didorong saham berorientasi ekspor. Yen menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Penguatan yen tertinggi terhadap dalam dolar AS sejak November 2013.
Â
Beberapa perusahaan Jepang memiliki tingkat eksposur tinggi ke Inggris. Hal itu mempengaruhi saham di Jepang. Saham Hitachi turun 10 persen. Sementara itu, saham Dentsu susut 8,9 persen dan Nissan Motor melemah 8,5 persen.
Baca Juga
Di Hong Kong, indeks saham Hang Seng turun 4,7 persen. Saham Standard Chartered Bank Plc melemah 10,11 persen dan saham HSBC Holdings Plc turun 9,55 persen, dan mempengaruhi laju bursa saham. Pelaku pasar khawatir konsekuensi dari Inggris keluar dari Uni Eropa ke ekonomi dan bisnis.
Â
Di Shanghai, indeks saham Shanghai turun 1,19 persen. Dengan hasil voting sementara referendum Inggris yang menunjukkan keluar dari Uni Eropa cukup berdampak ke bursa saham global. Padahal sebagian besar investor menyatakan pihaknya tidak memiliki skenario Inggris akan keluar dari Uni Eropa.
Â
Mata uang Inggris pound sterling pun jatuh ke level terendah dalam 30 tahun terhadap dolar Amerika Serikat. "Kita belum pernah melihat yang seperti ini," ujar Stephen Innes, Senior Trader Oanda Asia Pacific seperti dikutip dari laman Marketwatch, Jumat (24/6/2016).
Â
Sementara itu, Ekonom Oriental Securuties Ltd menuturkan, kemarin masyarakat cukup tenang namun sekarang masyarakat kelihatan gugup. Para investor pun lebih memilih memegang dana tunai sebelum pemilihan di Inggris. "Investor menunggu kesempatan beli ketika bursa sudah turun dalam," ujar dia.
Â
 Sedangkan Global Macro Strategist Saxo Capital Market, Kay Van Petersen pun merekomendasikan para kliennya untuk membeli yen, emas, dan surat utang Amerika Serikat. (Ahm/Ndw)
Advertisement