Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tertekan pada penutupan sesi pertama perdagangan saham, Rabu (9/11/2016). Tekanan IHSG terjadi lantaran hasil sementara pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) menunjukkan calon presiden dari AS partai Republik Donald Trump berpotensi menang.
Pada penutupan sesi pertama, Rabu pekan ini, IHSG melemah 2,05 persen atau 112,48 poin ke level 5.358,19. Indeks saham LQ45 susut 2,53 persen ke level 911,19. Seluruh indeks saham acuan kompak tertekan.
Ada sekitar 235 saham melemah sehingga menekan IHSG. Sedangkan 56 saham menguat dan 68 saham lainnya diam di tempat.
Nilai transaksi harian saham juga cukup ramai. Volume perdagangan saham sekitar 6,65 miliar saham. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 184.800 kali dengan nilai transaksi harian saham Rp 4,41 triliun. Investor asing melakukan aksi jual sekitar Rp 213 miliar.
Baca Juga
Secara sektoral, 10 sektor saham tertekan. Sektor saham tambang turun 2,8 persen, dan catatkan penurunan terbesar. Sektor saham aneka industri susut 2,18 persen dan sektor saham konsumsi merosot 2,17 persen.
Saham-saham yang menguat antara lain saham PSAB naik 4,52 persen ke level Rp 324 per saham, saham INAF menanjak 9,46 persen ke level Rp 4.050 per saham, dan saham AGRO menanjak 9,03 persen ke level Rp 314 per saham.
Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham BUMI susut 2,9 persen ke level Rp 268 per sahan, saham TLKM tergelincir 3,27 persen ke level Rp 4.140 per saham, dan saham ADRO melemah 6,13 persen ke level Rp 1.530 per saham.
Bursa Asia pun tertekan. Indeks saham Jepang Nikkei susut 5,32 persen ke level 16.257,23, indeks saham Hong Kong Hang Seng melemah 3,81 persen ke level 22.035,77, dan indeks saham Shanghai tergelincir 1,53 persen ke level 3.009.
Selain itu, indeks saham Korea Selatan Kospi melemah 3,23 persen ke level 1.938,65, dan indeks saham Taiwan merosot 2,88 persen ke level 8.951.
Analis PT First Asia Capital David Sutyanto menuturkan, tekanan IHSG terjadi lantaran berdasarkan hasil pooling sementara calon presiden dari partai Republik Donald Trump unggul ketimbang calon presiden dari partai Demokrat Hillary Clinton. Hal ini direspons negatif pelaku pasar apalagi kebijakan Trump sangat berbeda dengan Obama.
"Pasar itu lebih memilih Hillary Clinton. Tapi Trump kelihatannya mau menang," ujar David saat dihubungi Liputan6.com.
Ia menambahkan, tekanan IHSG ini jangka menengah. Apalagi sentimen global masih akan mendominasi laju IHSG. "Setelah ditetapkan pemenang presiden AS kemudian bagaimana reaksi bank sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve," kata dia.
David memperkirakan, tekanan IHSG ini akan berlangsung dalam dua hari ke depan. (Ahm/Ndw)
Advertisement