Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung mendatar selama sepekan periode 28 April 2017-5 Mei 2017 usai tertekan 0,5 persen pada pekan lalu.
IHSG turun tipis 0,03 persen dari 5.685,29 pada Jumat 28 April 2017 menjadi 5.683,37 pada Jumat 5 Mei 2017.
Mengutip laporan PT Ashmore Assets Management Indonesia, seperti ditulis Sabtu, (6/5/2017) saham berkapitalisasi kecil cenderung melemah didorong harga komoditas merosot. Sementara itu, saham-saham unggulan lanjutkan penguatan.
Advertisement
Aliran dana investor asing juga masih masuk ke pasar saham sehingga menopang IHSG. Namun, investor domestik yang cenderung merealisasikan keuntungannya.
Di pasar surat utang atau obligasi mampu mengungguli pasar saham pada pekan ini. Meski pun imbal hasil obligasi naik 10 basis poin (bps).
Baca Juga
Adapun sejumlah sentimen pengaruhi pasar modal antara lain dari eksternal yaitu pertemuan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (The Fed).
The Fed pertahankan suku bunga di kisaran 0,75 persen-1 persen usai hasil pertemuan dua hari. Namun, the Fed tetap berada di jalur untuk menaikkan suku bunga ke depan.
Selain itu, the Fed mengabaikan pertumbuhan ekonomi AS dan aktivitas manufaktur yang melambat. The Fed yakin terhadap ekonomi AS ke depan.
Sebelumnya ekonomi AS tumbuh 0,7 persen pada kuartal I 2017, dan ini terendah dalam tiga tahun. Pertumbuhan belanja konsumen rendah telah menekan pertumbuhan ekonomi.
Kondisi ekonomi AS ini berbeda dengan China yang tumbuh lebih cepat. Ekonomi China tumbuh 6,9 persen secara year on year (YoY), dan lebih baik dari harapan. Pertumbuhan ekonomi China didukung belanja infrastruktur dan perumahan.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi zona Euro tercatat dua persen yang didorong kenaikan belanja konsumen dan pertumbuhan manufaktur. Berdasarkan survei industri jasa, produsen, manufaktur dan konsumen, kalau indeks sentimen ekonomi Eropa naik ke level tertinggi pada April. Kenaikan itu didukung permintaan konsumen lebih besar.
Sentimen lainnya yang pengaruhi pasar saham yaitu, Anggota DPR dari Partai Republik pun menyetujui rencana kontroversial soal Undang-Undang Perawatan Kesehatan. Rancangan Undang-Undang (RUU) itu perlu mendapatkan persetujuan Senat sebelum dapat diundangkan. Presiden AS Donald Trump pun berjanji akan melanjutkan rencana pemotongan pajak.
Sedangkan sentimen dari dalam negeri masih soal pertumbuhan ekonomi. Indonesia mencatatkan produk domestik bruto (PDB) tumbuh 5,01 persen secara YoY pada kuartal I 2017. Itu didukung peningkatan ekspor dan belanja pemerintah, tetapi konsumsi swasta melemah.
Pertumbuhan ekonomi kuartal I 2017 ini naik tipis dari periode kuartal IV 2016 sebesar 4,94 persen. Sementara itu, inflasi tahunan tercatat 4,71 persen secara YoY dari 3,61 persen pada Maret 2017.
Ekonomi Indonesia Dorong Aliran Dana Investor Asing
Lalu apa yang dicermati ke depan?
Ashmore menyoroti soal aliran dana investor asing masuk ke pasar saham Indonesia. Sejak pertengahan Maret 2017, pihaknya melihat aliran dana investor asing yang masuk hingga akhir April 2017.
Pemulihan ekonomi Indonesia dan kinerja pendapatan perusahaan mendorong investor asing aktif masuk ke pasar saham. Ashore melihat saham-saham unggulan bergerak lebih cepat dengan penempatan dana yang pasif.
Investor asing terlihat memilih saham-saham unggulan yaitu PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR). Tiga emiten ini menyumbang 20 persen dari kapitalisasi pasar saham Indonesia.
Selain itu, valuasi saham unggulan juga semakin naik. Dalam waktu dekat, ada risiko kenaikan saham-saham unggulan yang berasal dari dana pasif. Hal itu mengingat investor asing menunggu keputusan lembaga pemeringkat internasional S&P untuk menaikkan peringkat utang Indonesia.
"Bila tidak ini membuat valuasi saham kapitalisasi menengah dan kecil lebih menarik terutama karena pertumbuhan pendapatan lebih cepat dan hasil kinerja keuangan kuartal I 2017 yang lebih meyakinkan," tulis Ashmore.
Advertisement