Sempat Tertekan, IHSG Akhirnya Ditutup Menguat ke 5.841,28

Ada sebanyak 151 saham menghijau, sehingga mengangkat IHSG ke zona positif.

oleh Arthur Gideon diperbarui 17 Jul 2017, 16:16 WIB
Diterbitkan 17 Jul 2017, 16:16 WIB
Ada sebanyak 151 saham menghijau, sehingga mengangkat IHSG ke zona positif.
Ada sebanyak 151 saham menghijau, sehingga mengangkat IHSG ke zona positif.

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu ditutup menguat pada perdagangan hari ini, setelah sebelumnya sempat bergerak di dua arah.

Pada penutupan perdagangan saham, Senin (17/7/2017), IHSG naik tipis 9,48 poin atau 0,16 persen ke level 5.841,28. Indeks saham LQ45 juga naik 0,23 persen ke 980,38. Sebagian besar indeks saham acuan bergerak menguat.

Ada sebanyak 151 saham menghijau, sehingga mengangkat IHSG ke zona positif. Sedangkan 172 saham melemah sehingga menahan penguatan IHSG ke level yang lebih tinggi. Di luar itu, 116 saham diam di tempat.

Transaksi perdagangan saham pun tidak ramai. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 268.590 kali dengan volume perdagangan saham 11,9 miliar saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 6,7 triliun.

Investor asing melakukan aksi jual sekitar Rp 30 miliar. Posisi dolar Amerika Serikat berada di kisaran 13.321. Secara sektoral, sebagian besar sektor saham berada di zona merah. Hanya empat sektor yang menguat yaitu pertambangan, infrastruktur, industri dasar dan perdagangan.

Saham-saham yang catatkan top gainers antara lain saham JKSW naik 34,67 persen ke level Rp 101 per saham, saham ERTX melonjak 34,64 persen ke level Rp 206 per saham, dan saham IBST naik 23,81 persen ke level Rp 2.600 per saham.

Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham DGIK turun 30 persen ke level Rp 70 per saham, saham MRAT merosot 15,87 persen ke level Rp 175 per saham, dan saham MREI tergelincir 13,89 persen ke level Rp 3.100 per saham.

Sebelumnya, Analis PT Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menjelaskan, IHSG bergerak variatif karena pelaku pasar masih beranggapan harga saham masih terlalu mahal. Ini imbas dari IHSG yang tembus rekor beberapa waktu lalu.

"Masih adanya imbas pencapaian new high record di pekan sebelumnya membuat penilaian posisi IHSG yang dinilai masih mahal, sehingga berimbas pada maraknya aksi jual," kata dia.

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya