Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang menguat pada perdagangan saham awal pekan ini.
Analis PT Asjaya Indosurya Securities William Suryawijaya menuturkan, IHSG masih akan terus berada dalam rentang konsolidasi wajar. Level support IHSG masih terlihat cukup kuat terjaga ditopang data ekonomi. William menuturkan, rilis data ekonomi yang sudah dirilis mencerminkan kondisi ekonomi masih kuat sehingga jadi sentimen positif untuk IHSG.
"IHSG berpotensi melaju di zona hijau. IHSG akan bergerak di kisaran 6.001-6.142," ujar dia dalam ulasannya, Senin (18/12/2017).
Advertisement
Baca Juga
Sementara itu, Analis PT Reliance Securities Lanjar Nafi mengatakan, IHSG bergerak variasi dengan kecenderungan tertekan. IHSG akan bergerak di kisaran 6.070-6.130.
"IHSG mematahkan level resistance secara teknikal namun melanjutkan penguatan yang jenuh pada level jenuh beli," ujar dia.
Pada perdagangan saham Jumat pekan lalu, IHSG naik tipis 5,76 poin ke posisi 6.119,42. Sektor saham konsumsi memimpin penguatan IHSG dengan didorong saham PT Mayora Tbk (MYOR). Investor asing melakukan aksi jual Rp 717 miliar.
Untuk pilihan saham, Lanjar memilih saham PT Timah Tbk (TINS), PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) untuk dicermati pelaku pasar.
Sedangkan William memilih saham PT Jasa Marga Tbk (JSMR), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dan PT PP Tbk (PTPP).
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Â
Naik Terbatas, IHSG Cetak Rekor Baru pada Pekan Lalu
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tampaknya belum berhenti cetak rekor baru lagi. Usai bergerak di zona merah, IHSG berbalik arah ke zona hijau.
Pada penutupan perdagangan saham Jumat 15 Desember 2017, IHSG naik tipis 5,7 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.119,41. Level IHSG itu tertinggi sepanjang masa. Indeks saham LQ45 melemah 0,26 persen ke posisi 1.030,10. Sebagian besar indeks saham acuan bervariasi.
Menjelang akhir pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.119,41 dan terendah 6.075,88. Ada sebanyak 157 saham menguat sehingga mengangkat IHSG ke zona hijau. Sedangkan 178 saham melemah sehingga menahan penguatan IHSG. 117 saham lainnya diam di tempat.
Total frekuensi perdagangan saham 292.370 kali dengan volume perdagangan saham 21,8 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 10,2 triliun. Investor asing melakukan aksi jual Rp 666,34 miliar di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat berada di kisaran Rp 13.567.
Secara sektoral sebagian besar menguat. Sektor saham barang konsumsi naik 0,92 persen dan catatkan penguatan terbesar. Disusul sektor saham konstruksi mendaki 0,71 persen dan sektor saham manufaktur mendaki 0,45 persen.
Transaksi saham capai Rp 10,2 triliun lantaran ada transaksi saham PT Bank Sinarmas Tbk (BSIM) mencapai Rp 1,5 triliun di pasar negosiasi. Demikian juga transaksi saham PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA) mencapai Rp 1,5 triliun. Di pasar negosiasi, saham BSIM ditransaksikan sebanyak 9 kali dengan harga Rp 880 per saham dan saham SMMA sebanyak satu kali dengan harga Rp 8.000 per saham.
Saham-saham yang catatkan top gainers antara lain saham DWGL naik 24,68 persen ke posisi Rp 394 per saham, saham APLN melonjak 6,93 persen ke posisi Rp 216 per saham, dan saham SRIL melonjak 5,65 persen ke posisi Rp 374 per saham.
Sedangkan saham-saham catatkan penurunan menjelang akhir pekan antara lain saham BUMI tergelincir 5,15 persen ke posisi Rp 258, saham DOID susut 3,87 persen ke posisi Rp 745, dan saham JSMR merosot 3,53 persen ke posisi Rp 6.150 per saham.
Sebagian besar bursa Asia tertekan. Indeks saham Hong Kong Hang Seng turun 1,09 persen, dan catatkan penurunan terbesar. Disusul indeks saham Jepang Nikkei merosot 0,62 persen, indeks saham Shanghai tergelincir 0,80 persen, indeks saham Singapura susut 0,48 persen, indeks saham Taiwan turun 0,44 persen. Sedangkan indeks saham Korea Selatan naik 0,51 persen.
"Perjuangan IHSG meraih level tertinggi sepanjang masa ditambah window dressing," ujar Analis PT Asjaya Indosurya Securities, William Suryawijaya saat dihubungi Liputan6.com.
Ia menuturkan, saham emiten unggulan juga mulai menguat lantaran genjot kinerja menjelang akhir tahun. Hal itu berdampak ke IHSG menjelang akhir pekan ini.
Advertisement