Usai Cetak Rekor Tertinggi, IHSG Dibuka Melemah

Pada pembukaan perdagangan saham, Rabu (24/1/2018), IHSG turun 12,06 poin atau 0,20 persen ke posisi 6.622,38.

oleh Arthur Gideon diperbarui 24 Jan 2018, 09:15 WIB
Diterbitkan 24 Jan 2018, 09:15 WIB
Akhir tahun 2017, IHSG Ditutup di Level 6.355,65 poin
Pekerja tengah melintas di bawah papan pergerakan IHSG usai penutupan perdagangan pasar modal 2017 di BEI, Jakarta, Jumat (29/12). Perdagangan bursa saham 2017 ditutup pada level 6.355,65 poin. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona merah usai mencetak rekor tertinggi. Investor menjalankan aksi ambil untung.

Pada pembukaan perdagangan saham, Rabu (24/1/2018), IHSG turun 12,06 poin atau 0,20 persen ke posisi 6.622,38. Indeks saham LQ45 turun 0,40 persen ke posisi 1.128,99. Sebagian besar indeks saham acuan menguat.

Ada sebanyak 128 saham menguat tetapi tak mampu mengangkat IHSG. Selain itu 51 saham lainnya tertekan dan 91 saham diam di tempat.

Pada pembukaan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi di 6.641,17 dan terendah 6.619,11. Level intraday merupakan level terjadi pada saat perdagangan saham.

Total frekuensi perdagangan saham 39.747 kali dengan volume perdagangan saham 1,1 miliar. Nilai transaksi Rp 745 miliar. Investor asing melakukan aksi jual Rp 11 miliar di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat berada di kisaran Rp 13.314.

Secara sektoral, sebagian besar melemah kecuali kontruksi, pertambangan dan industri dasar. Sektor saham infrastruktur naik 1,41 persen, dan catatkan penguatan terbesar.

Disusul sektor saham barang konsumsi mendaki 0,48 persen dan sektor saham aneka industri menanjak 0,44 persen.

Saham-saham yang mencetak penguatan terbesar adalah ESTI yang naik 21 persen ke level Rp 128. BIPI menguat 11,36 persen ke angka Rp 98. Sedangkan LPPS menguat 6,96 persen ke angka Rp 123.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Prediksi Analis

Akhir tahun 2017, IHSG Ditutup di Level 6.355,65 poin
Pekerja berswafoto dengan latar belakan papan pergerakan IHSG usai penutupan perdagangan pasar modal 2017 di BEI, Jakarta, Jumat (29/12). Perdagangan bursa saham 2017 ditutup pada level 6.355,65 poin. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Analis PT Semesta Indovest Aditya Perdana menuturkan, IHSG akan melemah usai penguatan IHSG selama tujuh hari ini. IHSG akan berada di kisaran support 6.550 dan resistance 6.680 pada perdagangan saham Rabu pekan ini.

"Akan terjadi koreksi sehat di indeks dengan melihat level saat ini. Di tengah minimnya sentimen domestik, dengan investor tetap memperhatikan hasil laporan keuangan pada 2017," ujar Aditya dalam ulasannya, Rabu (24/1/2018).

Sementara itu, Analis PT Asjaya Indosurya Sekuritas William Suryawijaya mengatakan, IHSG berpeluang menguat. Hal itu ditopang aliran dana investor asing yang masuk ke pasar saham. Selain itu, kondisi harga komoditas yang kuat dan kondisi ekonomi yang stabil topang penguatan IHSG.

"IHSG akan bergerak di kisaran 6.538-6.671," ujar William.


Strategi Investasi Saham Saat IHSG Cetak Rekor Tertinggi

20161114-Perdagangan-Saham-Jakarta-AY
Pergerakan saham terlihat di sebuah monitor, Jakarta, Senin (14/11).Tekanan IHSG tersebut juga didorong saham-saham berkapitalisasi besar yang merosot. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Aditya menuturkan, penguatan IHSG normal jika sejalan dengan hasil kinerja emiten. Ia menuturkan, IHSG akan cenderung koreksi usai penguatan selama beberapa hari ini. Aditya memprediksi, IHSG tidak akan turun dalam.

"IHSG akan konsolidasi dahulu," kata Aditya saat dihubungi Liputan6.com, seperti ditulis Rabu (24/1/2018).

Ia menuturkan, di tengah IHSG cenderung menguat, investor dapat wait and see terutama untuk masuk ke saham kapitalisasi besar. Investor dapat kembali masuk bila IHSG berpotensi tertekan.

"Masuk ke saham dengan buy on weakness. Saat ini bisa tahan dulu terutama saham kapitalisasi besar," kata Aditya.

Aditya menuturkan, bila masuk ke pasar saham ini dapat melirik saham lapis kedua dan ketiga. "Saham lapis kedua dan ketiga mulai aktif. Investor bisa masuk saham lapis kedua dan ketiga di sektor tambang dan konstruksi," kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya