Liputan6.com, Jakarta Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu pagi dibuka menguat 28,09 poin atau 0,43 persen ke posisi 6.573,94.
Dikutip dari Antara, Rabu (12/3/2025), sementara itu, kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 naik 4,46 poin atau 0,61 persen ke posisi 736,49.
Advertisement
Baca Juga
Prediksi IHSG
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami koreksi signifikan pada perdagangan Selasa 11 Maret 2025. IHSG ditutup melemah 52,36 poin atau 0,79% di level 6.545,80. Pelemahan ini dipicu oleh kombinasi sentimen eksternal dan domestik yang membebani pergerakan indeks, mendorong investor asing mencatatkan aksi jual bersih sebesar Rp 248 miliar.
Advertisement
Dari sisi global, Pengamat Pasar Modal sekaligus Founder Stocknow.id, Hendra Wardhana menjelaskan tensi perang dagang kembali memanas setelah Amerika Serikat menerapkan tarif baru terhadap Meksiko, Kanada, dan China. Sebagai respons, China turut mengenakan tarif terhadap Kanada, meningkatkan ketidakpastian perdagangan global. Kondisi ini berdampak negatif pada aset negara berkembang, termasuk Indonesia.
Di dalam negeri, tekanan datang dari keputusan Goldman Sachs yang menurunkan peringkat dan rekomendasi atas aset keuangan Indonesia. Langkah ini diambil dengan mempertimbangkan meningkatnya risiko fiskal akibat sejumlah kebijakan Presiden Prabowo Subianto.
Pelemahan rupiah yang turun 0,28% ke level Rp16.335 per dolar AS turut memperburuk sentimen pasar, berbanding terbalik dengan penguatan yang terjadi di akhir pekan lalu.
“Meski IHSG bergerak di zona merah sepanjang sesi perdagangan, indeks masih bertahan di atas area gap support, membuka peluang untuk technical rebound dalam waktu dekat,” kata Hendra, dikutip Rabu (12/3/2025).
Secara teknikal, pergerakan indeks saham diperkirakan berada dalam rentang 6.500 - 6.670 dengan resistance psikologis di 6.600. Potensi rebound ini didukung oleh rilis laporan keuangan emiten yang masih berlangsung, dengan beberapa perusahaan besar menunjukkan kinerja solid.
Peluang Bagi Investor
Menurut Hendra, koreksi yang terjadi dapat menjadi peluang bagi investor untuk mengakumulasi saham dengan valuasi menarik. Beberapa saham yang layak diperhatikan antara lain BBRI dengan target harga 3.920, yang masih memiliki fundamental kuat dan prospek pertumbuhan kredit positif. SSIA juga menarik dengan rekomendasi trading buy di target 1.010, mengingat prospek kawasan industri dan proyek infrastruktur yang sedang berjalan.
“Sementara itu, ANTM dengan target 1.600 bisa menjadi pilihan spekulatif buy, terutama dengan tren harga emas yang masih solid di tengah ketidakpastian global,” jelas Hendra.
Dengan berbagai faktor yang ada, meskipun tekanan pasar masih tinggi, peluang rebound tetap terbuka. Hal ini akan bergantung pada meredanya sentimen eksternal serta hasil laporan keuangan emiten yang mampu memberikan dorongan positif bagi pasar.
Advertisement
