Saudi Aramco Siap IPO pada Semester II 2018

Manajemen Saudi Aramco menyatakan siap menggelar penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) pada semester II 2018.

oleh Agustina Melani diperbarui 27 Mar 2018, 14:19 WIB
Diterbitkan 27 Mar 2018, 14:19 WIB
20151007-Ilustrasi Tambang Minyak
Ilustrasi Tambang Minyak (iStock)

Liputan6.com, New York - Manajemen Saudi Aramco menyatakan siap menggelar penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) pada semester II 2018.

CEO Saudi Aramco Amin Nasser menyampaikan hal tersebut dalam sebuah wawancara yang dikutip dari laman Reuters, Selasa (27/3/2018).Ia menuturkan, proses IPO Saudi Aramco terus berjalan.

“Kami melakukan banyak pekerjaan untuk mempersiapkan perseroan dapat mencatatkan saham,” ujar dia.

Nasser menambahkan, waktu IPO dan pencatatan saham bergantung kepada pemerintah. “Jangan lupa ini adalah proses yang sangat rumit. Ukuran dan kompleksitas Aramcao adalah sesuatu yang membutuhkan waktu,” ujar dia.

Sebelumnya perseroan menjajaki untuk catatkan saham di bursa saham New York, London dan Hong Kong. Perseroan masih mengkaji pencatatan saham tersebut.

Akan tetapi, Saudi Aramco juga akan catatkan saham di bursa saham Arab Saudi bernama Tadawul.Sebelumnya Arab Saudi berencana lepas lima persen saham dari Saudi Aramco. Kalau IPO sukses dapat menciptakan kapitalisasi pasar saham hingga USD 2 triliun.

Hal itu menjadi perusahaan minyak terbesar di dunia tersebut catatkan kapitalisasi pasar saham terbesar.“Perseroan dapat lepas saham baik di dalam negeri dan internasional pada akhir 2018,” ujar Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih.

 

Saudi Aramco Mundur 2019?

20151007-Ilustrasi Tambang Minyak
Ilustrasi Tambang Minyak (iStock)

Sebelumnya, penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) Saudi Aramco kemungkinan mundur dari target semula pada 2018 menjadi 2019. Hal itu lantaran pemerintahan Arab Saudi belum memutuskan tempat untuk menawarkan saham perdananya atau IPO.

Dalam laporan Financial Times dan New York Times menyebutkan kalau penawaran saham perdana Saudi Aramco tertunda. Kemungkinan penjualan saham perusahaan minyak terbesar di dunia itu dilakukan pada 2019.

Pada awal pekan ini, manajemen Saudi Aramco menyebutkan kalau pihaknya sedang mengkaji pilihan tempat untuk mencatatkan saham perdana. Saudi Aramco akan memutuskan waktu tepat. Namun tidak menyebutkan secara detil.Mengutip laman CNN Money, Rabu 14 Maret 2018, berikut tiga alasan investor harus menunggu sedikit lama untuk mengikuti penawaran saham perdana Saudi Aramco:

1. Ukuran dan kesepakatan kompleks

Pemerintahan Arab Saudi menargetkan nilai IPO dapat mencapai US$ 2 triliun dari Saudi Aramco. Akan tetapi, menjual saham lima persen dapat meraup dana sekitar US$ 100 miliar. Jumlah target dana IPO itu termasuk terbesar di atas penjualan saham Alibaba sekitar US$ 25 miliar pada 2014.

Besarnya ukuran IPO, Arab Saudi juga ingin kombinasikan pencatatan saham di bursa saham domestik dan global. Bursa saham global menjadi pilihan yaitu London dan New York. Pemilihan pencatatan saham itu juga jadi pertimbangan risiko hukum.Menteri Energi Arab Saudi Khalid Al Falih menuturkan, proses hukum dan pertanggungjawaban merupakan perhatian besar di AS.

"Pejabat tidak ingin tunduk untuk risiko semacam itu," ujar dia.

Selain itu, Alibaba dan Facebook membutuhkan enam hingga sembilan bulan untuk menyelesaikan persiapan aturan, kepatuhan dan roadshow kepada investor menjelang IPO."Jika sebuah keputusan tidak dibuat pada April, IPO akan dipastikan tertunda hingga 2019 karena semua perencanaan dibutuhkan," ujar sumber.

2. Berharap harga minyak tinggi

Harga minyak sudah berada di level tertinggi sejak ambruk ke posisi US$ 26 per barel pada awal 2016. Harga minyak mentah saat ini ditransaksikan di kisaran harga US$ 60 per barel.

Akan tetapi, harga minyak itu masih di bawah level US$ 100 pada 2014. Setiap dolar AS yang dibuat oleh Aramco akan menarik investor untuk membeli."Mereka kemungkinan ingim lihat harga minyak lebih tinggi sehingga dapat membantu valuasi. Sebagian besar prediksi harga minyak menguat pada 2019," ujar James Reeeve, Chief Economist Samba Financial Group.

Negara OPEC yang dipimpin Arab Saudi dan Rusia memangkas produksi sejak Januari 2017. Produksi minyak dipangkas untuk mengurangi pasokan global. Langkah pemangkasan produksi minyak tersebut pun berlanjut hingga akhir 2018. Akan tetapi, kondisi harga minyak juga masih tergantung dari sejumlah risiko termasuk pasokan global dan permintaan.

3. Peningkatan bursa saham Arab Saudi

Saudi Aramco akan menjadi perusahaan tercatat di bursa saham Arab Saudi untuk pertama kali di Tadawul, Riyadh. Akan tetapi, sebelum melanjutkan IPO, Al Falih menuturkan, pemerintahan Arab Saudi tengah menunggu Tadawul mendapatkan status emerging market oleh MSCI, dan sahamnya masuk jajaran indeks MSCI.Jajaran indeks MSCI merupakan jajaran indeks saham yang biasa direview hingga Juni.

Jika MSCI puas dengan reformasi pasar, status baru ini diharapkan dapat mengubah bursa efek Arab Saudi di mata investor dan menarik puluhan miliar dolar AS dari investor asing.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya