Trump Ancam Kirim Rudal, Wall Street Malah Mendaki

Seluruh indeks utama Wall Street menguat di tengah ketegangan geopolitik di Suriah.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 13 Apr 2018, 05:30 WIB
Diterbitkan 13 Apr 2018, 05:30 WIB
Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Wall Street menguat pada penutupan perdagangan Kamis (Jumat pagi waktu Jakarta) di tengah ancaman serangan militer dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump ke Suriah. Kenaikan bursa saham AS tertolong laporan keuangan perusahaan. 

Mengutip Reuters, Jumat (13/4/2018), indeks saham Dow Jones Industrial Average naik 1,21 persen atau 293,6 poin ke level 24.483,05.

Sementara indeks saham S&P mendaki 21,8 poin atau 0,83 persen ke level 2.663,99, dan Nasdaq Composite menguat 1,01 persen atau 71,22 poin ke level 7.140,25.

Volume transaksi perdagangan di bursa saham AS tercatat sebanyak 6,12 miliar.

Wall Street mampu menguat di tengah konflik geopolitik di Suriah. Dalam tweet-nya Kamis, Donald Trump mengancam akan menyerang Suriah dengan rudal. Namun itu dapat terjadi segera atau tidak secepat itu. Hal itu mengurangi kekhawatiran konfrontasi dengan Rusia.

"Kami mendengar pembicaraan tentang menembakkan rudal, bukan perang dagang," kata Direktur Pelaksana di Robert W. Baird di Milwaukee, Michael Antonelli.

Seluruh indeks utama Wall Street naik ditopang laporan keuangan sejumlah perusahaan yang mereguk untung. Saham sektor teknologi SPLRCT meningkat 1,3 persen.

Saham BlackRock Inc (BLK.N) dan Delta Air Lines Inc (DAL.N) masing-masing naik 1,5 persen dan 2,9 persen.

Ada saham yang untung, ada pula yang buntung. Sebut saja saham Facebook Inc (FB.O) harus jatuh 1,5 persen setelah naik 5,3 persen dalam dua hari ketika CEO Facebook Mark Zuckerberg bersaksi di depan Kongres AS terkait kebocoran data pengguna media sosial itu.

Bukan hanya Facebook, saham Bed Bath & Beyond Inc (BBBY.O) melorot 20 persen setelah proyeksi laba setahun penuh perusahaan meleset dari perkiraan.

Ketegangan Geopolitik

Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street jatuh didorong kemungkinan AS melakukan tindakan militer terhadap Suriah. Hal itu memicu kekhawatiran investor mengenai risiko geopolitik di Suriah.

Ditambah risalah pertemuan bank sentral AS atau the Federal Reserve memicu kekhawatiran pandangan kalau bank sentral AS akan agresif menaikkan suku bunga.

Mengutip laman Reuters, pada penutupan perdagangan saham Rabu (Kamis pagi WIB), indeks saham Dow Jones melemah 218,62 poin atau 0,9 persen ke posisi 24.189,38. Indeks saham S&P 500 tergelicir 14,68 poin atau 0,55 persen ke posisi 2.642,19. Sementara itu, indeks saham Nasdaq susut 25,28 poin atau 0,36 persen ke posisi 7.069,03.

Wall street melemah itu terjadi usai catatkan kenaikan selama dua hari. Kenaikan wall street sebelumnya didorong kekhawatiran mereda terkait potensi perang dagang Amerika Serikat dan China.

Namun, komentar Presiden AS Donald Trump lewat akun media social Twitter soal Suriah memicu kekhawatiran. Donald Trump memperingatkan Rusia akan segera melakukan aksi militer di Suriah. Ia menyatakan “rudal” pun akan datang.

Ketegangan meningkat pun mendorong harga minyak melonjak sehingga meningkatkan sektor saham energi.Sektor saham energi naik satu persen. Sedangkan sektor saham keuangan turun 1,3 persen di wall street.

"Ada kegelisahan apa yang mungkin terjadi dan potensi eskalasi ketegangan dengan Rusia,” ujar Anwiti Bahaguna, Manajer Portofolio Columbia Threadneedle Investments, Kamis (12/4/2018).

Pada awal perdagangan, wall street sempat menguat tipis usai rilis risalah pertemuan bank sentral AS menunjukkan kekhawatiran di antara anggotanya mengenai kenaikan inflasi.

Oleh karena itu, dinilai perlu kenaikan suku bunga lebih cepat.  Sebelumnya bank sentral AS memutuskan menaikkan suku bunga sekitar 25 basis poin. Bank sentral AS juga melihat ekonomi dan inflasi akan menguat dalam beberapa bulan mendatang.

“Risalah itu sedikit negatif. Orang lebih berspekulasi kalau gejolak di pasar karena ketidakpastian geopolitik dan the Fed mempertimbangkan memperlambat kenaikan suku bunga,” ujar John Carey, Manajer Portofolio Amundi Pioneer Asset Management.

Sentimen lainnya, investor juga menanti rilis laporan keuangan kuartal I 2018. Pada Jumat pekan ini, JP Morgan Chase and Co, Citigroup Inc, dan Wells Fargo and Co akan rilis laporan keuangan. Analis mengharapkan kinerja keuangan perusahaan S&P 500 naik 18,5 persen pada kuartal I 2018.

Adapun saham-saham yang melemah antara lain saham Fastenal melemah 6,2 persen. Saham WW Graingers susut 4,4 persen.Volume perdagangan saham tercatat 6,04 miliar saham. Angka ini di bawah rata-rata perdagangan saham 7,29 miliar saham.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya