Indeks Russell 2000 Cetak Rekor Dorong Penguatan Wall Street

Wall street menguat pada penutupan perdagangan Rabu (Kamis pagi waktu Jakarta) .

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 17 Mei 2018, 05:11 WIB
Diterbitkan 17 Mei 2018, 05:11 WIB
Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Wall street menguat pada penutupan perdagangan Rabu (Kamis pagi waktu Jakarta) karena dorongan indeks saham Russell 2000 yang berhasil mencetak rekor ditopang kenaikan sektor saham ritel dan teknologi.

Capaian tersebut di tengah sentimen kenaikan imbal hasil obligasi AS ke level tertinggi dalam tujuh tahun dan kekhawatiran investor atas kondisi geopolitik.

Dikutip dari Reuters, Kamis (17/5/2018), indeks saham Dow Jones Industrial Average melejit 62,52 poin atau 0,25 persen ke level 24.768,93.

Indeks saham S&P 500 naik 11,01 poin atau 0,41 persen ke level 2.722,46 dan Nasdaq Composite menanjak 46,67 poin atau 0,63 persen ke level 7.398,30.

Volume perdagangan di bursa saham AS tercatat sebanyak 6,22 miliar.

Saham-saham berkapitalisasi kecil Russell 2000 sukses mengungguli rival mereka perusahaan yang lebih besar sehingga menorehkan rekor tertinggi. Indeks Russell 2.000 berakhir 1 persen.

"Pencapaian laba bersih saham-saham perusahaan kapitalisasi pasar kecil menjadi penggerak fundamental pasar. Karena dorongan pajak perusahaan yang lebih rendah dan penguatan ekonomi AS," kata Analis.

Saham Macy's Inc melonjak 10,8 persen setelah pengelola department store itu melaporkan kinerja keuangan kuartalannya di atas perkiraan analis. Perusahaan pun mengerek target labanya.

Saham department store saingan, seperti J.C Penney Co Inc (JCP.N), Kohl's Corp (KSS.N), Nordstrom Inc (JWN.N), dan Target Corp (TGT.N) ikut naik. Indeks S&P 500 sektor saham department store naik 5,2 persen atau lompatan harian terbesar selama hampir enam bulan.

Laporan kinerja keuangan Macy mendorong sektor konsumen lebih tinggi setelah data pemerintah menunjukkan percepatan belanja konsumen yang memicu kekhawatiran inflasi dan membawa imbal hasil obligasi pemerintah AS lebih tinggi.

Imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun mencapai 3,10 persen. Untuk pertama kalinya sejak Juli 2011.

"Ketika imbal hasil obligasi AS naik, investor mulai sedikit lebih kompetitif dengan aset berisiko dan saham pada khususnya," ujar Kepala Investasi Northern Trust, Katie Nixon.

 

Penguatan Sektor Saham Teknologi

Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Sementara sektor saham teknologi SPLRCT menguat 0,4 persen sehingga memberi daya dorong besar indeks saham S&P 500, di antara sektor utama lain.

Saham Micron Technology Inc (MU.O) naik 4,6 persen. Sementara saham Faceboon Inc, (FB.O) menjadi penghambat laju indeks S&P 500. Saham perusahaan tersebut turun 0,6 persen di tengah berita CEO Facebook, Mark Zuckerberg akan muncul di depan anggota parlemen Eropa terkait kebocoran data pengguna.

Di sisi lain, kondisi geopolitik masih menjadi bayang-bayang gerak wall street, seperti Korea Utara mengancam tidak menghadiri pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) dengan AS sampai kecemasan investor menjelang negosiasi perdagangan AS dan China yang semakin menambah ketidakpastian.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya