Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi dengan indeks saham Nasdaq turun lebih dari satu persen. Indeks saham Nasdaq tertekan itu didorong sektor saham teknologi yaitu Facebook dan Twitter.
Pada penutupan perdagangan saham Rabu (Kamis pagi WIB), indeks saham Dow Jones naik 22,98 poin atau 0,09 persen ke posisi 25.975,46. Indeks saham S&P 500 turun tipis 8,04 poin atau 0,28 persen ke posisi 2.888,68. Indeks saham Nasdaq tergelincir 96,07 poin atau 1,19 persen ke posisi 7.995,17.
Departemen Kehakiman AS menyatakan akan bertemu dengan jaksa hukum untuk membahas kekhawatiran kalau platform media sosial sengaja "mencekik pertukaran ide secara bebas". Namun Facebook dan Twitter tidak secara khusus disebut. Sentimen itu menambahkan tekanan pada saham teknologi.
Advertisement
Baca Juga
Saham Twitter turun 6,1 persen dan saham Facebook melemah 2,3 persen memberikan kontribusi besar terhadap penurunan Nasdaq dan S&P 500. Namun, indeks Dow Jones sedikit menguat.
Saham teknologi lainnya antara lain saham Alphabet Inc, Snap Inc, dan Microsoft Corp juga tertekan. Investor juga jual saham Amazon dan Netflix Inc sehingga menekan sektor saham konsumsi.
Sektor saham teknologi dan konsumsi alami penurunan besar di indeks saham S&P 500. Indeks saham S&P 500 sektor teknologi turun 1,5 persen dan konsumsi susut 1,1 persen di wall street.
"Karena perusahaan-perusahaan ini telah menjadi sangat menonjol, sehingga menarik pengawasan regulator dan legislator. Mereka tetap memimpin pasar, tetapi ada potensi risiko," ujar John Carey, Direktur Amundi Pioneer Asset Management, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (6/9/2018).
Sektor Saham Energi
Selain itu, sektor saham energi juga menekan S&P 500. Saham Halliburton Co turun hampir enam persen usai perseroan mengingatkan laba dapat tertekan pada kuartal III 2018 didorong aktivitas moderat di Permian Basin.
Selain itu, saham Schlumberger turun 1,5 persen dan GE melemah 2,2 persen.
Sentimen lainnya pengaruhi pasar saham, defisit perdagangan AS mencapai level tertinggi lima bulan pada Juli. Hal ini menurut ekonom dapat meningkatkan pemerintahan AS secara agresif untuk mengejar pendekatan “America First” dalam berdagang.
Data itu muncul di tengah kekhawatiran proposal AS untuk mengenakan tarif impor barang China lebih dari USD 200 miliar dapat segera berlaku usai periode komentar publik berakhir pada Kamis.
Bahkan ketika AS-Kanada kembali negosiasi perjanjian NAFTA atau perjanjian perdagangan bebas Amerika Utara. Selain itu, saham JD.com Inc turun 10,6 persen untuk dua hari berturut-turut.
Volume perdagangan saham tercatat 7,03 miliar saham di wall street. Angka ini lebih tinggi dibandingkan rata-rata 20 hari perdagangan saham sekitar 6,15 miliar saham.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement