Hingga 22 Desember 2020, Pasar Modal Indonesia Himpun Dana IPO Rp 5,4 Triliun

Hingga saat ini masih terdapat 17 perusahaan dari berbagai sektor yang masuk ke dalam pipeline pencatatan saham BEI atau IPO.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 25 Des 2020, 15:32 WIB
Diterbitkan 25 Des 2020, 15:32 WIB
Perdagangan Awal Pekan IHSG Ditutup di Zona Merah
Pekerja tengah melintas di layar pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/11/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada zona merah pada perdagangan saham awal pekan ini IHSG ditutup melemah 5,72 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.122,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) melaporkan, penghimpunan dana dari pencatatan saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) hingga 22 Desember 2020 mencapai angka Rp 5,49 triliun.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Nyoman Gede Yetna mengatakan, situasi pandemi Covid-19 membuat adanya penurunan nilai penghimpunan dana IPO pada 2020 ini dibanding tahun sebelumnya.

Sebagai informasi, terdapat 55 emiten yang melakukan pencatatan perdana saham di 2019, dengan total dana terhimpun mencapai Rp 14,78 triliun.

"Sampai dengan tanggal 22 Desember 2020, total dana dihimpun pada tahun 2020 dari IPO saham adalah sebesar Rp 5,49 triliun," jelas Nyoman, seperti dikutip Jumat (25/12/2020).

Nyoman menyampaikan, hingga saat ini masih terdapat 17 perusahaan dari berbagai sektor yang masuk ke dalam pipeline pencatatan saham BEI.

Berikut rinciannya:

- 6 perusahaan dari sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi

- 2 perusahaan dari sektor Properti dan Konstruksi

- 2 perusahaan dari sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi

- 2 perusahaan dari sektor Perkebunan

- 1 perusahaan dari sektor Pertambangan

- 2 perusahaan dari sektor Miscellaneous Industry

- 2 perusahaan dari sektor Keuangan.

Saksikan video pilihan berikut ini:

OJK: Indonesia Kuasai Pasar IPO di ASEAN Selama Pandemi Covid-19

Akhir tahun 2017, IHSG Ditutup di Level 6.355,65 poin
Pekerja tengah melintas di dekat papan pergerakan IHSG usai penutupan perdagangan pasar modal 2017 di BEI, Jakarta, Jumat (29/12). Pada penutupan perdagangan saham, Jumat (29/12/2017), IHSG menguat 41,60 poin atau 0,66 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan, Pasar Modal Indonesia memiliki jumlah pencatatan saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) tertinggi di antara seluruh negara ASEAN selama pandemi Covid-19.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen melaporkan, jumlah perusahaan yang telah memperoleh pernyataan efektif untuk melakukan IPO hingga November 2020 telah mencapai 46 emiten baru.

"Penambahan jumlah emiten tersebut juga merupakan yang tertinggi jika dibandingkan dengan seluruh negara di kawasan Asean," ujar Hoesen dalam sesi webinar yang diselenggarakan Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (14/12/2020).

Sebagai catatan, BEI hingga 14 Desember 2020 telah kedatangan dua tambahan emiten baru, yakni PT Djasa Ubersakti Tbk (PTDU) dan PT Trimitra Prawara Goldland Tbk (ATAP). Dengan begitu, jumlah IPO di sepanjang tahun ini telah mencapai 48 emiten.

Lebih lanjut, Hoesen menceritakan, Pasar Modal Indonesia juga sebenarnya tak luput dari tekanan pandemi Covid-19. Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat terpuruk di titik terendahnya pada Maret 2020, yakni di posisi 3.937,63.

"Namun pada 7 Desember 2020, IHSG sudah kembali menguat dan berada pada posisi 5.930,76, atau tumbuh minus 5,85 persen year to date," jelasnya.

Adapun pada sesi penutupan perdagangan Jumat (11/12/2020) akhir pekan lalu, IHSG ditutup di posisi 5.938,42 poin, naik 0,08 persen dari sesi penutupan Kamis (10/12/2020) sebelumnya.

Hoesen pun mengatakan, nilai kapitalisasi pasar (market cap) di Bursa Efek Indonesia telah mencapai lebih dari Rp 6.895 triliun, dan jadi yang tertinggi di Asia Tenggara.

"Kondisi ini lebih baik jika dibandingkan dengan peer country di Asean, seperti Singapura yang mengalami minus 12,25 persen, Thailand minus 8,23 persen, dan Filipina minus 7,83 persen," paparnya.

"Berbagai data indikator pasar modal kita di atas menunjukan bahwa kepercayaan publik dan calon emiten terhadap Pasar Modal Indonesia masih cukup tinggi. Dan saya optimistis pasar modal kita ke depan masih akan membukukan kinerja yang lebih baik lagi," ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya