Euforia Pelantikan Joe Biden Angkat Bursa Saham Global

Pelantikan Presiden AS Joe Biden mendapatkan respons positif di bursa saham global.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 21 Jan 2021, 21:32 WIB
Diterbitkan 21 Jan 2021, 20:27 WIB
IHSG Merosot hingga Diberhentikan Sementara
Pergerakan saham pada layar elektronik pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (10/7/2020). IHSG pada perdagangan di BEI turun tajam karena pengumuman Gubernur DKI Anies Baswedan terkait dengan rencana penerapan PSBB secara ketat. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Pelantikan Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Joe Biden memberikan euforia terhadap pasar saham. Baik secara global maupun di dalam negeri. 

Di AS, indeks Dow Jones Industrial Average ditutup naik 0,83 persen menjadi 31.188,38, S&P 500 juga naik 1,39 persen ke 3.851,85 dan Nasdaq Composite menanjak 1,97 persen ke level 13.457,25.

Bursa saham Eropa juga menyambut positif pelantikan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pada perdagangan Rabu, 20 Januari 2021 waktu setempat.

Indeks saham Eropa Stoxx600 naik 0,7 persen yang didukung penguatan sektor saham otomotif. Sektor saham otomotif memimpin penguatan dengan naik 2,7 persen. Sebagian besar bursa utama bergerak di zona positif.

Head of Research PT Mirae Asset Sekuritas, Hariyanto Wijaya menyebutkan, saat ini investor tengah mempertimbangkan implikasi dari kebijakan Joe Biden. Hal ini membawa Wall Street ditutup pada rekor tertingginya dalam perdagangan Rabu, 20 Januari 2021.

"Indeks AS ditutup pada rekor tertinggi baru pada hari Rabu karena investor menyambut pelantikan presiden Joe Biden dan pelaku pasar mempertimbangkan implikasi dari kebijakan pemerintahan yang akan datang," ujar dia.

Bursa saham Asia pun sebagian besar menguat pada Kamis, 21 Januari 2021  setelah wall street melonjak seiring menyambut positif pelantikan Presiden AS Joe Biden. Indeks saham Shanghai melemah 1,07 persen ke posisi 3.621,26. Indeks saham Shenzhen menguat 1,95 persen ke posisi 15.520,60. Sedangkan indeks saham Hong Kong Hang Seng melemah 0,12 persen ke posisi 29.927,76.

Di Jepang, indeks saham Nikkei 225 menguat 0,82 persen ke posisi 28.756,86. Indeks saham Topix mendaki 0,6 persen ke posisi 1.860,64.

Bank sentral Jepang tetap mempertahankan kebijakan moneter dengan suku bunga pinjaman jangka pendek minus 0,1 persen dan imbal hasil obligasi tenor 10 tahun di kisaran nol persen.

Indeks saham Korea Selatan Kospi menguat 1,49 persen ke posisi 3.160,84. Indeks saham di India BSE Sensex melemah 0,34 persen ke posisi 49.624. Indeks saham Australia mendaki 0,79 persen ke posisi 6.823,70.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Tunggu Kebijakan Joe Biden

Hari Pertama Joe Biden Jadi Presiden AS
Presiden Joe Biden saat berada pertamanya di Ruang Oval, Gedung Putih di Washington, Rabu (20/1/2021). Pada hari pertamanya menjabat, Presiden Amerika Serikat Joe Biden menandatangani sejumlah tindakan eksekutif di Gedung Putih. (AP Photo/Evan Vucci)

Head of Equity Ekuator Swarna Sekuritas, David Setyanto juga melihat pergerakan pasar menuju tren pergerakan harga baru. Diketahui sebelumnya, pada masa pemerintahan Donald Trump, kondisi pasar global termasuk obligasi seringkali bergejolak. 

Kondisi tersebut terjadi karena beberapa kebijakan Trump, seperti perang dagang dengan China. Bahkan Trump juga acap kali melontarkan pernyataan yang memantik kontroversi.

"Saya melihat pasar sedang menunggu kebijakan-kebijakan dari Joe Biden. Dalam hal ini terlihat pasar kita bergerak konsolidasi,” kata dia saat dihubungi Liputan6.com.

Merujuk pada kondisi tersebut, David merekomendasikan sejumlah saham komoditas yang bergerak fluktuatif beberapa waktu terakhir untuk bisa dicermati. Antara lain PT Vale Indonesia Tbk (INCO), PT Aneka Tambang Tbk  (ANTM) dan PT Timah Tbk (TINS).

Kondisi berbeda di pasar saham Indonesia. IHSG alami koreksi terbatas pada perdagangan Kamis pekan ini. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah tipis 0,25 persen ke posisi 6.413,89.

Analis PT Binaartha Sekuritas Nafan Aji mengatakan, pelaku pasar merealisasikan keuntungan ketika euforia pelantikan Biden sudah mereda sehingga menekan IHSG.

Selain itu, kebijakan perpanjangan masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) juga memberikan sentimen negatif ke pasar saham.

“Kebijakan perpanjangan masa PPKM juga memberikan sentimen bagi terjadinya aksi profit taking, setelah IHSG berhasil mencapai 6.500, maka aksi profit taking terjadi,” ujar Nafan, saat dihubungi Liputan6.com.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya