Analis Ungkap Alasan ORI19 Jadi Alternatif Investasi Menarik Saat Pandemi COVID-19

Head of Fixed Income Research PT Mandiri Sekuritas Handy Yunianto menyebutkan ada dua faktor membuat ORI019 menarik

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 22 Jan 2021, 11:44 WIB
Diterbitkan 22 Jan 2021, 11:44 WIB
Obligasi Negara Ritel.
Obligasi Negara Ritel.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah akan menawarkan obligasi negara ritel (ORI) seri ORI19 mulai 25 Januari 2021. Analis menilai ORI19 ini masih menarik untuk alternatif investasi.

Head of Fixed Income Research PT Mandiri Sekuritas Handy Yunianto menyebutkan ada dua faktor membuat ORI 019 menarik. Pertama, suku bunga rendah masih akan berlanjut. Baik itu dari suku bunga global ataupun domestik sebagai efek dari wabah COVID-19.

Ekonomi membutuhkan stimulus dari sisi fiskal maupun moneter. Bank Indonesia (BI) bahkan memutuskan mempertahankan suku bunga acuan 3,75 persen pada Kamis, 21 Januari 2021.

Kedua, yakni terkait kondisi yang tidak pasti terkait pandemi COVID-19 di dalam negeri. Hal ini ditunjukkan belum ada penurunan yang signifikan, meskipun ada kabar baik mengenai vaksin. Sementara program vaksinasi masih butuh waktu untuk distribusi dan efektifitasnya. Bahkan kini muncul varian baru dari mutasi COVID-19.

"Sehingga kondisi uncertainty ini, investasi ORI yang memiliki kupon yang menarik dan tidak ada risiko kredit (gagal bayar) menjadi pilihan yang menarik,” kata Handy.

Merujuk pada data DJPPR Kementerian Keuangan, Handy menyebutkan kepemilikan investor ritel di pasar obligasi juga meningkat. Dalam catatannya, investor ritel terus meningkatkan pembelian bersih mereka di Obligasi rupiah Indonesia (INDOGB) mencapai Rp 6,07 triliun.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Investor Ritel

Adapun investor ritel adalah pembeli terbesar kedua setelah bank dalam negeri, yang melaporkan beli bersih sebesar Rp10 triliun. Secara year to date (YTD), pembelian INDOGB investor ritel lebih tinggi daripada pembelian bersih asing, reksa dana, atau bahkan asuransi dan dana pensiun. 

"Kami menduga peningkatan permintaan dari investor ritel disebabkan oleh tren penurunan suku bunga, karena suku bunga BI dan jaminan deposito sama-sama berada di posisi terendah sepanjang masa,” ujar Handy.

Selain itu, dalam situasi pandemi tidak banyak orang yang bepergian dan menghabiskan uang mereka di luar negeri. Handy menilai, pemicu lain yang menyebabkan pembelian eceran obligasi pemerintah secara langsung adalah pajak atas bunga obligasi reksa dana pendapatan tetap yang meningkat bertahap dari 5 persen menjadi 10 persen pada 2021.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya