Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia bervariasi pada perdagangan saham Rabu (27/1/2021). Bursa saham Asia yang bervariasi itu dipicu sentimen International Monetary Fund (IMF) yang menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2021.
Di Jepang, indeks saham Nikkei naik 0,31 persen ke posisi 28.635,21, sementara itu, indeks saham Jepang Topix menguat 0,65 persen ke posisi 1.860,07. Indeks saham Korea Selatan Kospi melemah 0,57 persen ke posisi 3.122,56.
Di China, indeks saham Shanghai mendaki 0,11 persen ke posisi 3.573,34. Indeks saham Shenzhen menguat 0,4 persen ke posisi 15.413,84. Indeks saham Hong Kong Hang Seng cenderung mendatar dengan saham Alibaba naik 2,76 persen.
Advertisement
Baca Juga
Dari data ekonomi, industri China catat pertumbuhan 4,1 persen year on year (YoY) pada 2020. Pada Desember, keuntungan industri di China melonjak 20,1 persen.
Di Australia, indeks saham Australia melemah 0,65 persen ke posisi 6.780,60. Indeks saham MSCI Asia Pacifik di luar Jepang melemah 0,4 persen.
Adapun data outlook ekonomi global terbaru, IMF mengharapkan ekonomi global tumbuh 5,5 persen pada 2021. Angka ini lebih tinggi 0,3 persen dari prediksi Oktober 2020.
"Sekarang banyak bergantung dari hasil virus yang bermutasi dan vaksin untuk mengakhiri pandemi COVID-19. Selain itu, kemampuan menerapkan kebijakan untuk memberikan dukungan yang efektif,” ujar Kepala Ekonom IMF Gita Gopinath, seperti dikutip dari CNBC, Rabu, 27 Januari 2021.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Penutupan IHSG pada 27 Januari 2021
Sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belum mampu bangkit dari zona merah pada perdagangan saham, Rabu, 27 Januari 2021. Akan tetapi, investor asing masih melakukan aksi beli.
Pada penutupan perdagangan, IHSG turun 0,50 persen atau 31 poin ke posisi 6.109,16. Indeks saham LQ45 turun 0,39 persen ke posisi 963,13. Seluruh indeks saham acuan kompak melemah.
Sebanyak 357 saham merah sehingga menekan IHSG. 141 saham menguat sehingga menahan pelemahan IHSG. 136 saham diam di tempat. Pada Rabu pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.154,60 dan terendah 5.998,89. Total frekuensi perdagangan saham 1.410.604 kali dengan nilai volume perdagangan 19,1 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 19,6 triliun. Investor asing beli saham Rp 109,66 miliar. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 109,66 miliar.
Sebagian besar sektor saham menguat kecuali sektor saham pertanian naik 2,48 persen, sektor saham infrastruktur mendaki 1,82 persen dan sektor saham konstruksi menanjak 1,51 persen.
Sektor saham tambang turun 1,84 persen, dan memimpin pelemahan sektor saham. Sektor saham aneka industri tergelincir 1,55 persen dan sektor saham manufaktur turun 1,25 persen.
Saham-saham yang catat penguatan terbesar atau top gainers antara lain saham GLOB melonjak 25 persen ke posisi Rp 420 per saham, saham AGAR naik 22,05 persen ke posisi Rp 476 per saham, saham SMCB mendaki 20 persen ke posisi Rp 1.710 per saham, saham HRUM menanjak 17,27 persen ke posisi Rp 4.890 per saham, dan saham WIKA naik 14,58 persen ke posisi Rp 1.965 per saham.
Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham AGRO merosot 7 persen ke posisi Rp 930 per saham, saham INAF turun 6,99 persen ke posisi Rp 3.460 per saham, saham SKLT tergelincir 6,98 persen ke posisi Rp 1.665 per saham, saham SBAT merosot 6,98 persen ke posisi Rp 120 per saham, dan saham KAEF terkikis 6,98 persen ke posisi Rp 3.600 per saham.
Bursa saham Asia cenderung bervariasi. Indeks saham Hong Kong Hang Seng turun 0,32 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi melemah 0,73 persen, indeks saham Thailand turun 0,47 persen.
Sementara itu, indeks saham Jepang Nikkei naik 0,31 persen, indeks saham Shanghai menguat 0,11 persen, indeks saham Singapura menguat 0,55 persen dan indeks saham Taiwan naik 0,27 persen.
Saham-saham yang dibeli investor asing antara lain saham TLKM sebesar Rp 140,7 miliar, saham BMRI sebanyak Rp 128,6 miliar, saham ACES sebanyak Rp 22,4 miliar, saham ASII sebanyak Rp 18,2 miliar dan saham EXCL sebanyak 17,8 miliar.
Sedangkan saham-saham yang dijual investor asing antara lain saham BBRI sebanyak Rp 117,7 miliar, saham BBCA sebanyak Rp 109,7 miliar, saham UNTR sebanyak Rp 38,6 miliar, saham SMGR sebanyak Rp 31,1 miliar, dan saham ICBP sebanyak Rp 18,3 miliar.
Analis PT Binaartha Sekuritas Nafan Aji menuturkan, kasus COVID-19 di Indonesia tembus satu juta menjadi sentimen negatif bagi pasar. Ditambah kebijakan pemerintah yang memperpanjang masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) dan kenaikan kasus COVID-19.
Dari sentimen global, pasar menanti pengumuman the Federal Reserve dalam menetapkan bunga acuan dan pertumbuhan ekonomi AS.
“Dinamika perkembangan COVID-19 global menyebabkan terjadinya kekhawatiran bagi pelaku pasar,” ujar dia.
Advertisement