Wall Street Anjlok, Indeks Saham Dow Jones Merosot 600 Poin Sambut Akhir Pekan

Di wall street, indeks saham Dow Jones melemah 620,74 poin atau dua persen ke posisi 29.982,62.

oleh Agustina Melani diperbarui 30 Jan 2021, 13:36 WIB
Diterbitkan 30 Jan 2021, 06:21 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Spesialis Michael Mara (kiri) dan Stephen Naughton berunding saat bekerja di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street turun tajam pada perdagangan saham Jumat, 29 Januari 2021. Wall street akhir perdagangan mingguan seperti roller coaster seiring perdagangan spekulatif yang meningkat karena investor ritel membuat pasar gelisah.

Di wall street, indeks saham Dow Jones melemah 620,74 poin atau dua persen ke posisi 29.982,62. Posisi tersebut untuk pertama kalinya ditutup di bawah angka 30.000 sejak 14 Desember.

Indeks saham S&P 500 turun 1,9 persen menjadi 3.714,24 seiring 10 sektor saham tertekan. Indeks saham Nasdaq tergelincir dua persen ke posisi 13.070,69 karena saham Apple melemah 3,7 persen.

Pada pekan ini, indeks saham acuan turun lebih dari tiga persen sehingga membukukan penurunan mingguan terburuk sejak Oktober.

Sepanjang Januari, saham blue chip atau unggulan di indeks saham Dow Jones dan S&P 500 masing-masing 2 persen dan 1,1 persen. Penurunan pada Januari termasuk pertama kali dalam empat bulan. Sementara itu, indeks saham Nasdaq naik 1,4 persen.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Saham GameStop Melonjak

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Director of Trading Floor Operations Fernando Munoz (kanan) saat bekerja dengan pialang Robert Oswald di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Di sisi lain, saham GameStop melonjak 67,9 persen setelah Robinhood menyatakan akan mengizinkan pembelian terbatas saham dan saham lainnya yang termasuk kategori short sell setelah membatasi akses sehari sebelumnya.

Robinhood mengumpulkan lebih dari USD 1 miliar dari investor yang ada dalam semalam. Selain memanfaatkan jalur kredit bank untuk memastikan modal yang diperlukan sehingga memungkinkan perdagangan lagi saham yang bergejolak seperti GameStop.

Investor khawatir jika GameStop terus naik dengan cara yang tidak menentu, hal itu berdampak terhadap pasar keuangan menyebabkan kerugian di pialang seperti Robinhood. Kondisi tersebut juga memaksa dana lindung nilai bertaruh melawan saham untuk sekuritas lain menjual sehingga mengumpulkan uang tunai.

Ada juga kekhawatiran kalau mania GameStop adalah tanda dari gelembung yang lebih besar di pasar. Hal tersebut dapat menyebabkan turbulensi dan memukul keras investor ritel. Sejumlah anggota parlemen juga menyerukan penyelidikan atas kekacauan perdagangan itu.

Komisaris sekuritas dan bursa mengatakan akan melihat tindakan untuk mengungkap jika keputusan tersebut membuat investor rugi.

“Ada terlalu banyak leverage dalam siste, dan kami mulai melihat tanda-tanda bahwa kelebihan leverage ini akan dibatalkan dengan cara yang akan menciptakan hambatan bagi pasar saham dan aset berisiko lainnya selama lebih dari beberapa hari,” ujar Chief Market Strategist Miller Tabak, Matt Maley, seperti dilansir dari CNBC, Sabtu (30/1/2021).

Saham J&J Melemah

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Reaksi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Sementara itu, hasil uji coba baru dari vaksin Johnson and Johnson mengecewakan sejumlah investor karena kurang efektif pada beberapa varian sehingga menganggu sentimen pasar.

 J&J mengatakan, vaksin satu dosis menunjukkan keefektifan 66 persen secara keseluruhan dalam melindungi terhadap COVID-19. Vaksin itu 72 persen efektif di Amerika Serikat, 66 persen di Amerika Latin dan 57 persen di Afrika Selatan setelah empat minggu. Namun, vaksin itu menawarkan perlindungan lengkap terhadap COVID-19. Saham S&J melemah 3,6 persen.

Saham telah menguat ke rekor tertinggi dengan harapan vaksin akan efektif melawan COVID-19 sehingga memungkinkan kembali ekonomi yang mulus sebelum akhir tahun. Mutasi baru yang lebih tahan terhadap vaksin dapat mengubah prospek yang cerah.

Volatilitas Perdagangan Melonjak

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Steven Kaplan (tengah) saat bekerja dengan sesama pialang di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Volatilitas melonjak minggu ini karena hiruk pikuk perdagangan ritel membuat wall street gelisah. Indeks saham Dow Jones melemah 600 poin pada Rabu pekan ini sehingga alami aksi jual terburuk dalam tiga bulan. Saham unggulan di indeks Dow Jones menguat 300 poin pada perdagangan Kamis pekan ini. Indeks volatilitas CBOE atau dikenal VIX melonjak di atas 33 pada Jumat pekan ini.

Pasar juga alami volume perdagangan tertinggi dalam beberapa tahun ini karena investor ritel yang memanas. Pada Rabu, total volume perdagangan mencapai lebih dari 23,7 miliar saham melampaui level selama puncak krisis keuangan pada 2008. Selain itu, volume perdagangan juga mencapai lebih dari 19 miliar saham pada Kamis pekan ini.

Gelombang investor ritel telah memotivasi satu sama lain di forum Reddit WallSreetBets yang panas untuk mengumpulkan nama paling dibenci oleh hedge funds, sehingga menciptakan tekanan pendek besar-besaran di saham. Saham GameStok telah melonjak lebih dari 1.600 persen pada Januari. Saham AMC Entertainment telah menguat lebih dari 500 persen pada Januari/

Waspada terhadap Aksi Spekulasi

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Investor Bill Gross menyuarakan kewaspadaan atas aksi spekulatif yang meningkat pada pekan ini dalam prospek investasi yang dirilis.

“Krisis yang sedang berkembang ini membutuhkan peringatan terhadap aturan dan peringatan media arus utama tentang bahaya ini baik untuk pasar secara keseluruhan dan investor individu,” tulis Gross.

Namun, beberapa percaya karena kerumunan ritel berkonsentrasi hanya pada beberapa nama, pengaruh pada pasar secara keseluruhan harus dibatasi untuk sementara waktu.

“Meskipun kami yakin akan ada lebih banyak masalah yang akan datang, kami tetap optimis. Eksposur pasar dari hedge fund jangka pendek relatif kecil, menunjukkan sedikit dampak ke pasar secara keseluruhan karena develaraging,” ujar Head of Equity Derivatives Strategy Barclays Maneeh Deshpande.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya