Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertahan di zona hijau pada sesi pertama perdagangan saham Kamis, (18/2/2021). Investor asing melakukan aksi beli saham selama sesi pertama.
Mengutip data RTI, IHSG menguat 0,35 persen atau 21,85 poin ke posisi 6.249,58. Indeks saham LQ45 naik 0,37 persen ke posisi 950,12. Sebagian besar indeks saham acuan menghijau.
Pada sesi pertama, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.281,35 dan terendah 6.220,70. Sebanyak 225 saham menguat sehingga mempertahankan IHSG di zona hijau. Sementara itu, 230 saham melemah sehingga menahan pelemahan IHSG. 158 saham diam di tempat.
Advertisement
Baca Juga
Total frekuensi perdagangan saham 771.326 kali dengan volume perdagangan 10,8 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 6,6 triliun. Investor asing beli saham sebanyak Rp 317,03 miliar. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 13.995.
Sebagian besar sektor saham menghijau dan merah. Sektor saham infrastruktur dan perdagangan masing-masing naik 1,09 persen, dan sektor saham tambang menguat 0,58 persen. Sementara itu, sektor saham industri dasar melemah 0,37 persen, sektor saham manufaktur susut 0,25 persen dan sektor saham barang konsumsi turun 0,22 persen.
IHSG menguat di tengah pelaku pasar menanti hasil rapat dewan gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada 17-18 Februari 2021.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan, BI akan menurunkan tingkat suku bunga acuan BI7DRR sebesar 25 bps ke level 3,50 persen. Hal ini mempertimbangkan perkiraan inflasi yang rendah dalam jangka pendek. Terindikasi dari inflasi terutama inflasi inti pada awal tahun ini yang terendah sejak 2003.
“Selain itu, ruang penurunan suku bunga terbuka mempertimbangkan kondisi keseimbangan eksternal yang tetap terjaga,” kata Josua kepada Liputan6.com, Kamis, 18 Februari 2021.
Hal tersebut, lanjut Josua, tercermin dari penurunan defisit transaksi berjalan pada FY20 yang diperkirakan sekitar -0,42 persen terhadap PDB, dan kondisi rendahnya defisit transaksi berjalan diperkirakan masih akan berlanjut hingga kuartal I 2021.
Faktor inflasi yang rendah serta keseimbangan eksternal yang tetap terjaga ini mengindikasikan bahwa kinerja perekonomian belum pulih secara signifikan. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi kuartal IV 2020 yang masih mencatatkan pertumbuhan negatif.
“Dengan penurunan suku bunga acuan BI tersebut juga merupakan langkah lanjutan untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional," pungkas Josua.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Gerak Saham
Saham-saham yang catat top gainers atau melonjak tajam antara lain saham MARI melonjak 31,15 persen, saham ABBA menguat 26,56 persen, saham UNIT menanjak 25 persen, saham PUDP mendaki 24,62 persen, saham BVIC naik 22,35 persen.
Sementara itu, saham-saham yang melemah tajam atau top losers antara lain saham PLAN turun 9,46 persen, saham PURI tergelincir 6,81 persen, saham HOKI susut 6,79 persen, saham YPAS merosot 6,78 persen dan saham VICO turun 6,74 persen.
Advertisement
Aksi Investor Asing
Sedangkan saham-saham yang dibeli investor asing antara lain saham BBRI sebanyak Rp 213 miliar, saham TLKM sebanyak Rp 104,3 miliar, saham BTPS sebanyak Rp 50,1 miliar, saham UNTR sebanyak Rp 15,1 miliar, dan saham TBIG sebanyak Rp 13 miliar.
Selain itu, saham-saham yang dilepas investor asing antara lain saham BBCA sebanyak Rp 37,9 miliar, saham ASII sebanyak Rp 32,7 miliar, saham BMRI sebanyak Rp 29,9 miliar, saham BBNI sebanyak Rp 24,1 miliar, dan saham ICBP sebanyak Rp 9,9 miliar.
Bursa Saham Asia
Bursa saham Asia cenderung bervariasi. Indeks saham Hong Kong Hang Seng turun 1,16 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi melemah 1,23 persen, indeks saham Jepang Nikkei turun 0,26 persen dan indeks saham Singapura susut 0,42 persen.
Selain itu, indeks saham Thailand menguat 0,04 persen, indeks saham Shanghai naik 0,39 persen dan indeks saham Taiwan menanjak 0,30 persen.
Advertisement