DPR AS Sahkan Paket Stimulus COVID-19, Indeks Dow Jones Melonjak

Pada penutupan perdagangan wall street, Rabu, 10 Maret 2021, indeks saham Dow Jones melonjak 464,28 poin atau 1,5 persen ke posisi 32.297,02.

oleh Agustina Melani diperbarui 11 Mar 2021, 06:21 WIB
Diterbitkan 11 Mar 2021, 06:21 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Steven Kaplan (tengah) saat bekerja dengan sesama pialang di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street beragam pada perdagangan saham Rabu pekan ini. Indeks saham Dow Jones melonjak lebih dari 400 poin setelah imbal hasil obligasi AS yang turun.

Selain itu juga didorong sentimen paket stimulus COVID-19 mendorong investor membeli saham yang akan mendapatkan keuntungan dari pemulihan ekonomi lebih cepat dari pandemi COVID-19.

Pada penutupan perdagangan wall street, Rabu, 10 Maret 2021, indeks saham Dow Jones melonjak 464,28 poin atau 1,5 persen ke posisi 32.297,02. Indeks saham S&P 500 bertambah 0,6 persen menjadi 3.898,81 yang dipimpin sektor saham energi dan keuangan.

Indeks saham Nasdaq melemah 0,1 persen ke posisi 13.068,83 setelah naik 1,6 persen. Sebelumnya indeks saham acuan teknologi tersebut menikmati reli 3,7 persen pada sesi sebelumnya.

Di sisi lain, partai Demokrat di DPR mengesahkan paket stimulus senilai USD 1,9 triliun pada Rabu waktu setempat. Kemudian dikirim kepada Presiden AS Joe Biden, sehingga diperkirakan diteken pada Jumat pekan ini. Selain itu, Biden mengatakan cek hingga USD 1.400 harus mulai keluar pada bulan ini.

Adapun saham siklikal atau paling sensitif terhadap pemulihan ekonomi memimpin kenaikan, dan melanjutkan tren yang terlihat dalam beberapa minggu terakhir.

Sektor saham energi di indeks S&P 500 melonjak 2,6 persen, dan mendorong penguatan sebanyak lebih dari 39 persen pada 2021.

Sektor saham industri, material dan keuangan masing-masing naik lebih dari satu persen. “Kekuatan hari ini datang dari saham-saham antara penerima manfaat dari pertumbuhan siklus dan mereka memiliki posisi yang lebih baik,” ujar Direktur Pelaksana Goldman Sachs, Chris Hussey seperti dilansir dari CNBC, Kamis (11/3/2021).

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Indeks Saham Kapitalisasi Kecil Menguat

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Director of Trading Floor Operations Fernando Munoz (kanan) saat bekerja dengan pialang Robert Oswald di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Indeks saham kapitalisasi kecil masuk indeks Russell 2000 mengungguli dengan naik 1,8 persen seiring investor memilih saham-saham yang bernilai tinggi.

Sementara itu, data inflasi yang terkendali meredakan kekhawatiran kenaikan harga yang telah mengguncang imbal hasil lebih tinggi dan membuat bingung investor saham. Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun turun dua basis poin menjadi 1,52 persen.

Departemen Tenaga Kerja mengatakan, harga konsumen naik 0,4 persen pada Februari 2021. Hal ini sesuai dengan harapan dari ekonom yang disurvei oleh Dow Jones. Inflasi naik 1,7 persen secara year on year dan ini sejalan dengan perkiraan.

“Kekhawatiran terbesar yang dialami pasar selama sebulan terakhir ini adalah inflasi yang berjalan lebih panas dari yang kami perkirakan. Jelas inflasi meredakan hal itu, setidaknya untuk hari ini,” ujar Art Hogan of National Securities.


Reli Saham Teknologi Terhenti

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis David Haubner (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Kembalinya reli di saham teknologi terhenti. Saham Tesla merosot 0,8 persen setelah melonjak hampir 20 persen untuk hari terbaiknya dalam lebih dari setahun. 

Suku bunga yang lebih tinggi telah menimbulkan kekhawatiran tentang penilaian untuk saham teknologi. Indeks saham Nasdaq telah jatuh ke wilayah koreksi pada Senin pekan ini. Indeks saham teknologi turun lebih dari 10 persen dari level tertinggi baru-baru ini.

Stimulus yang diantisipasi dan kenaikan suku bunga telah membagi perhatian pasar baru-baru ini. Sebagian besar mendukung saham yang dimanfaatkan untuk pemulihan ekonomi atas saham teknologi dan growth stock yang memimpin selama pandemi COVID-19.

Lelang obligasi AS bertenor 10 tahun yang diawasi secara luas senilai USD 38 miilar dipenuhi dengan permintaan yang memadai. Hasilnya meredakan kekhawatiran di antara para trader kalau beban utang negara yang semakin meningkat akan terlalu berat untuk ditanggung pasar yang akan menekan permintaan obligasi dan memaksa imbal hasil lebih tinggi.

Imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun tetap lebih rendah setelah lelang. Suku bunga acuan melampaui ambang 1,6 persen pada Senin pekan ini. Sedangkan harga obligasi bergerak berlawanan arah dengan imbal hasil.

“Saya pikir obligasi masih oversold pada saat itu. Dari segi harga kami masih dalam kisaran perdagangan yang sangat pasti. Saya pikir kita akan melihat tarif lebih rendah sebelum melihat tarif yang lebih tinggi,” tutur dia.

Di sisi lain UBS pun makin optimistis dengan saham pada 2021 seiring stimulus yang masuk dan belanja konsumen. UBS menaikkan target S&P 500 menjadi 4.250 pada akhir tahun dari posisi sebelumnya 4.100.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya