IHSG Anjlok, Apa Dampaknya ke Pasar Valas dan Obligasi?

Pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sempat terjadi pada Selasa (18/3) tidak akan merambat jauh ke pasar valuta asing (valas) serta obligasi

oleh Septian Deny Diperbarui 19 Mar 2025, 19:07 WIB
Diterbitkan 19 Mar 2025, 19:07 WIB
Pergerakan IHSG Ditutup Menguat
Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas Indonesia, Jakarta, Senin (27/7/2020). Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,66% atau 33,67 poin ke level 5.116,66 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Kepala Strategi Makro Asia Pasifik Bank of New York (BNY) Aninda Mitra menilai pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sempat terjadi pada Selasa (18/3) tidak akan merambat jauh ke pasar valuta asing (valas) serta obligasi, mengingat pasokan dolar AS yang melimpah serta kepemilikan asing atas surat utang pemerintah masih rendah.

“Saya tidak akan mengesampingkan tekanan yang moderat, tetapi masih diragukan apakah ini pasti akan menyebar lebih luas ke valuta asing dan obligasi,” ungkap Aninda dikutip dari Antara, Rabu (19/3/2025).

Aninda menjelaskan, kerentanan Indonesia yang lebih luas terhadap pembalikan cepat modal asing tampak lebih rendah daripada sebelumnya.

Pertumbuhan yang melambat ditambah dengan peraturan yang lebih ketat tentang devisa hasil ekspor akan memastikan likuiditas dolar yang cukup di dalam negeri sehingga rupiah bisa lebih stabil.

Kepemilikan asing atas obligasi rupiah tetap rendah, sekitar 15 persen dari total keseluruhan.

“Angka tersebut jauh di bawah puncak prapandemi yang mencapai hampir 40 persen. Sebagian besar kepemilikan ini mungkin juga dilindungi nilai valuta asing,” terangnya.

Adapun pada penutupan perdagangan sesi I, Selasa kemarin (18/3), IHSG tercatat sempat ditutup melemah 395,87 poin atau 6,12 persen ke posisi 6.076,08.

Sementara itu, indeks LQ45 tercatat turun 38,27 poin atau 5,25 persen ke posisi 691,08.

Imbas dari pelemahan tersebut, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan pembekuan sementara perdagangan (trading halt) sistem perdagangan pada pukul 11:19:31 waktu Jakarta Automated Trading System (JATS).

Pembekuan perdagangan dipicu oleh penurunan IHSG yang mencapai lebih dari 5 persen.

 

Promosi 1

IHSG Anjlok! Trading Halt dan Aksi Jual Besar-Besaran Guncang Pasar

IHSG Ditutup Menguat
Karyawan memfoto layar pergerakan IHSG, Jakarta, Rabu (3/8/2022). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia, Rabu (3/08/2022), ditutup di level 7046,63. IHSG menguat 58,47 poin atau 0,0084 persen dari penutupan perdagangan sehari sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Pasar saham Indonesia mengalami guncangan hebat. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 3,84% ke level 6.223 dan bahkan sempat terkena trading halt setelah menyentuh level kritis 6.011 (7,11%). Kejatuhan ini terjadi di tengah penguatan bursa regional, mengindikasikan bahwa faktor domestik menjadi pemicu utama kepanikan di pasar.

Menurut pengamat pasar modal, Hendra, tekanan besar ini lebih dipicu oleh ketidakpastian kebijakan dan sentimen negatif dibandingkan kondisi fundamental ekonomi yang sebenarnya.

“Pasar saat ini sangat rentan terhadap sentimen negatif, terutama isu-isu seperti RUU TNI yang kontroversial, rumor pengunduran diri Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan, serta aksi jual brutal pada saham-saham konglomerasi seperti BREN (-11,8%), TPIA (-18,4%), dan DCII (-20%),” ungkap Pengamat Pasar Modal sekaligus Founder Stocknow.id, Hendra Wardhana kepada Liputan6.com, Rabu (19/3/2025).

Aksi jual asing juga sangat masif dengan net sell mencapai Rp 2,5 triliun dalam sehari, terutama di saham BBCA, BMRI, dan BBRI, sementara beberapa saham seperti GOTO dan WIFI masih mencatatkan net buy. Dari faktor eksternal, ketidakpastian kebijakan The Fed dan pelemahan rupiah ke Rp 16.425 per USD semakin menekan pasar domestik.

 

Tren Turun

Akhir Pekan IHSG Ditutup Menguat
Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas, Jakarta, Jumat (22/9/2023). (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Secara teknikal, IHSG masih berada dalam tren turun dengan potensi pelemahan lebih lanjut ke level 5.900-6.000 jika tekanan jual terus berlanjut. Namun, jika terjadi rebound, indeks bisa menguji resistance di 6.500-6.700 menjelang kuartal ketiga, yang diprediksi menjadi momen pemulihan.

“Di tengah kekacauan pasar, masih ada peluang di saham-saham tertentu seperti ANTM dengan target 1.700, SCMA di 210, PSAB di 320, dan GOTO di 88. Jika sentimen mulai stabil, saham-saham ini bisa mencatatkan rebound yang menarik,” tambah Hendra.

Untuk menghentikan kepanikan dan mempercepat pemulihan IHSG, Hendra menekankan perlunya langkah konkret dari pemerintah dan regulator, seperti transparansi pasar dengan membuka Broker Summary, kebijakan fiskal yang lebih longgar, serta stabilisasi rupiah.

“Jika langkah-langkah ini dilakukan dengan cepat dan tepat, investor akan kembali percaya diri, dan IHSG bisa bangkit dari keterpurukan ini,” tegasnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya