Investor Khawatir Inflasi, Bursa Saham Asia Merosot Jelang Akhir Pekan

Bursa saham Asia merosot saat pembukaan perdagangan saham mengikuti bursa saham Amerika Serikat atau wall street yang tertekan.

oleh Dian Tami Kosasih diperbarui 19 Mar 2021, 08:55 WIB
Diterbitkan 19 Mar 2021, 08:55 WIB
Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Seorang wanita berjalan melewati sebuah indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Akibat peluncuran rudal Korea Utara yang mendarat di perairan Pasifik saham Asia menglami penurunan. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia melemah pada perdagangan saham Jumat, (19/3/2021) seiring investor khawatir dengan harapan inflasi.

Bursa saham Asia merosot saat pembukaan perdagangan saham mengikuti bursa saham Amerika Serikat atau wall street yang tertekan.

Indeks saham ASX 200 turun 0,58 persen. Sebagian besar sektor saham tertekan yang didorong sektor saham energi dan material masing-masing susut 2,32 persen dan 1,07 persen. Sektor saham keuangan susut 0,1 persen.

Indeks saham Jepang Nikkei tergelincir 0,6 persen, sementara itu, indeks saham Topix merosot 0,32 persen. Indeks saham Korea Selatan Kospi susut 0,84 persen dan indeks saham Kosdaq turun 0,62 persen.

Saham Samsung Electronics melemah 0,84 persen. Saham SK Hynix tergelincir 2,11 persen dan saham LG Electronics turun 1,29 persen.

Di bursa saham AS, wall street tertekan. Indeks saham S&P 500 dan Dow Jones tertekan seiring sektor saham teknologi yang melemah. Bursa saham AS turun imbas imbal hasil obligasi menguat.

Imbal hasil obligasi berlawanan arah dengan harga. Meningkatnya imbal hasil obligasi menunjukkan kepercayaan tentang pemulihan ekonomi dan kekhawatiran tentang inflasi yang dapat membuat saham menjadi kurang menarik bagi investor.

"Itu adalah sesi campuran untuk aset berisiko semalam karena imbal hasil obligasi lebih tinggi setelah pertemuan FOMC. The Fed akan menunggu bukti data yang lebih kuat sebelum menaikkan perkiraan dananya. Hal ini membuat pasar berharap inflasi meningkat sehingga mendorong imbal hasil obligasi naik,” tulis Analis ANZ Research, dilansir dari CNBC, Jumat (19/3/2021).

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Pasar Uang

Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Seorang wanita berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Di pasar mata uang, dolar AS cenderung mendatar di posisi 91,85 terhadap sekeranjang mata uang lainnya.

“The Federal Reserve tidak memiliki rencana untuk menaikkan suku bunga hingga 2023, tetapi pemulihan dolar AS dan kenaikan imbal hasil obligasi memberitahu kami bahwa investor terus tertarik pada prospek ekonomi yang positif,” ujar Direktur Pelaksana BK Asset Management, Kathy Lien.

Lien menuturkan, the Federal Reserve tidak akan dapat menahan dolar AS turun seiring peluncuran vaksin dan pemeriksaan stimulus akan membuat pemulihan kuartal II dan semester II menguat.

Sementara itu, Yen Jepang bergerak di kisaran USD 109,02, melemah dari level sebelumnya di sekitar USD 108,87.Harga minyak turun di Asia pada perdagangan Jumat pekan ini. Harga minyak mentah AS turun 0,55 persen menjadi USD 59,67 per barel. Harga minyak Bren turun 0,51 persen menjadi USD 62,96.

“Harga minyak mentah turun karena kekhawatiran atas melemahnya permintaan dalam jangka pendek semakin dalam. Mengikuti pembaruan terkini dari IEA, EIA, dan OPEC, pertumbuhan permintaan minyak tampaknya akan tetap jauh di bawah perkiraan optimis sebelumnya. Ini terjadi di tengah data ekonomi yang beragam,” tulis Analis ANZ.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya