IHSG Berpeluang Menguat Usai BEI Rombak Susunan Saham di Lima Indeks Acuan

BEI telah melakukan evaluasi fast entry sehingga ada susunan saham terbaru di sejumlah indeks acuan. Bagaimana dampaknya ke IHSG?

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 23 Sep 2021, 20:13 WIB
Diterbitkan 23 Sep 2021, 18:50 WIB
Terjebak di Zona Merah, IHSG Ditutup Naik 3,34 Poin
Pekerja bercengkerama di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). IHSG ditutup naik 3,34 poin atau 0,05 persen ke 5.841,46. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) merombak jajaran emiten dalam indeks saham acuan. Hal itu merujuk pada penyesuaian syarat pemilihan konstituen untuk masuk indeks sehingga memungkinkan emiten dapat dipertimbangkan segera masuk ke dalam konstituen (fast entry).

Dari evaluasi fast entry tersebut, saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) masuk dalam lima indeks acuan mulai 29 September 2021. Saham BUKA masuk IDX30, LQ45, dan IDX80.

Pada tiga indeks acuan itu, periode efektif jumlah saham penghitungan indeks berlaku pada 29 September 2021-Oktober 2021. Periode efektif konstituen pada 29 September 2021-Januari 2022. BEI juga menerapkan evaluasi fast entry pada indeks JII dan JII 70.

Pada indeks ini akan dilakukan penyesuaian tahap 2 jumlah saham penghitungan indeks. Yaitu menetapkan free float+40 persen saham non-free-float serta batasan bobot (cap) sebesar 140 persen. Saham BUKA masuk indeks JII dan JII70. Periode efektif jumlah saham penghitungan indeks pada 29 September 2021-November 2021.

Sedangkan periode efektif konstituen pada 29 September 2021-November 2021. Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menilai, bertenggernya BUKA dalam lima indeks tersebut merupakan sentimen positif bagi emiten all commerce itu. Saham BUKA berpotensi naik karena pelaku pasar yang menggunakan indeks tersebut sebagai acuan, juga akan mempertimbangkan saham BUKA dalam portofolionya.

"Untuk BUKA yang masuk lima indeks sekaligus dampaknya positif. Harganya akan naik karena para fund yang menggunakan indeks tersebut sebagai acuan investasi, akan menambahkan saham BUKA di portofolio mereka,” kata dia kepada Liputan6.com, Kamis (23/9/2021).

Sejalan dengan kenaikan harga saham BUKA, diperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga akan menguat. Pada perdagangan Kamis, 23 September 2021, saham BUKA ditutup menguat 35 poin atau 4,12 persen ke level 885 per saham.

"Saham BUKA nantinya berpeluang menguat dan penguatan nantinya bisa jadi faktor pendorong untuk IHSG,” ujar dia.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Dampak terhadap Emiten yang Terdepak

Pergerakan IHSG Turun Tajam
Pengunjung mengabadikan papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sementara untuk emiten yang terdepak dari saham acuan, kemungkinan juga akan dikeluarkan dari portofolio pelaku pasar. Hal itu akan memicu aksi jual terhadap saham-saham yang keluar dari indeks acuan dan mendorong harga mengalami perlemahan.

"Saham yang dikeluarkan dari indeks tersebut akan dikeluarkan dari portofolio dan tekanan jual untuk saham tersebut meningkat, dan harganya bisa turun,” kata Sukarno.

Adapun saham-saham yang keluar pada sejumlah indeks saham acuan antara lain:

IDX30: PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM)

LQ45: PT Summarecon Agung Tbk (SMRA)

IDX80: PT Link Net Tbk (LINK)

Saham yang keluar pada indeks JII dan JII70:

Indeks JII: PT AKR Corporindo Tbk (AKRA)

Indeks JII70: PT Ultra Jaya Milk Tbk (ULTJ)

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya