Orang Terkaya Ini Beli Miliaran Aset Tether, Ini Alasannya

CEO FTX Sam Bankman-Fried menilai, bertransaksi dengan tether, stablecoin terbesar yang dipatok dalam dolar AS.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 11 Okt 2021, 10:21 WIB
Diterbitkan 11 Okt 2021, 10:21 WIB
Ilustrasi aset kripto, mata uang kripto, Bitcoin, Ethereum, Ripple
Ilustrasi aset kripto, mata uang kripto, Bitcoin, Ethereum, Ripple. Kredit: WorldSpectrum via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - CEO FTX Sam Bankman Fried baru-baru ini mengungkapkan dia telah membeli miliaran tether untuk membantu perdagangan aset kripto lainnya.

Bankman-Fried mengatakan, bertransaksi dengan tether, stablecoin terbesar yang dipatok dalam dolar, memiliki keuntungan utama dibandingkan menggunakan dolar AS.

"Jika Anda adalah perusahaan kripto, bank gugup untuk bekerja dengan Anda," ujar dia, dilansir dari Business Insider, Senin (11/10/2021).

Keuntungan lainnya yaitu kemudahan penggunaannya. Memegang stablecoin seperti tether pada prinsipnya mempertahankan nilai yang sama sambil membuatnya lebih mudah untuk mempelajari kembali ke kripto. Karena pengawasan tether telah meningkat, Bankman-Fried mendaftarkan tether di FTX.

Pedagang kripto lain yang berbicara dengan Bloomberg menggambarkan penggunaan tether sebagai mata uang perantara sebagai standar industri yang efektif, meskipun ada keraguan mendalam tentang apakah stablecoin benar-benar didukung oleh dolar AS.

Beberapa pengguna tether ini bahkan memendam teori konspirasi, lantaran disebut sebagai saluran belakang CIA untuk uang kotor, atau skema pemerintah untuk melacak penjahat.

"Tether adalah cryptocurrency yang bisa berada di FTX, seperti cryptocurrency lainnya. Ini tidak diperlakukan sama persis dengan satu dolar di FTX. Ini adalah kripto yang mengambang bebas,” kata dia.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Harga Bitcoin Naik, Dua Aset Kripto Jadi Perhatian

Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital. Kredit: WorldSpectrum from Pixabay
Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital. Kredit: WorldSpectrum from Pixabay

Sebelumnya, Bitcoin baru saja kembali dengan gebrakan. Aset kripto tersebut sentuh posisi di atas USD 55 ribu atau Rp 783,3 juta (asumsi kurs Rupiah 14.242 terhadap dolar AS) pada Rabu, 6 Oktober 2021.

Ini adalah capaian level tertinggi sejak pertengahan Mei. Minggu ini, kekhawatiran terhadap regulasi AS telah mereda. Setelah Menteri Keuangan Janet Yellen dan Chairman SEC Gary Gensler menegaskan tidak ada rencana pemberlakukan pembatasan pada perdagangan aset kripto.

President Blue Line Capital Bill Baruch berencana memperkuat posisinya di bitcoin akibat anjloknya harga selama musim panas ini. Dari semula USD 32 ribu atau sekitar Rp 455,7 juta. Penurunan harga itu akan bertambah jika harga jatuh di angka USD 20 ribu atau sekitar Rp 284,8 juta.

"Tidak hanya sampai di situ, karena itu tidak akan membuat saya memiliki posisi penuh. Saya akan melakukan lebih banyak penelitian dan coba menemukan di mana lagi saya bisa menginvestasikan uang dalam kripto,” ujar Barusch dilansir dari situs CNBC, ditulis Kamis, 7 Oktober 2021.

Baruch menyoroti dua aset kripto sebagai opsi alternatif dari bitcoin yaitu Algorand dan Solana.

“Sebenarnya saat ini solana adalah holdings tertinggi saya. Waktu yang tepat untuk masuk dan Solana meningkat cukup tajam. Sehingga saya pikir ada potensi untuk meninggalkan investasi dari Solana. Bagisaya, Algorand layaknya Solana dua hingga tiga tahun lalu,” tutur dia.

 Founder New Street Advisors Delano Saporu menyatakan adopsi bitcoin yang lebih besar akan mendukung kenaikan secara berkelanjutan.

"Semakin banyak instritusi yang terlibat di bidan bitcoin. Kami melihat Bank AS akan menawarkan layanan penitipan institusional. Begitu pun dengan Bank of America yang mulai menerapkan penelitian tentang bitcoin. Jadi saya pikir masih banyak ruang tersedia untuk dijalankan,” ujar Saporu.

Saporu menambakan jika berita utama yang lebih konstruktf di aset kripto memiliki efek domino. Dengan menarik lebih banyak uang ke dalam ruang investasi ini.

"Itu akan mendorong sedikit momentum dan lonjakan ke depan jika kita mendapatkan lebih banyak volume dalam pembelian cryptocurrency. Saya pikir kripto akan hasilkan keuntungan yang lebih tinggi. Jadi saya putuskan untuk membelinya. Ini merupakan kesempatan bagi investor untuk menguji kripto,” kata Saporu.

 

Reporter: Ayesha Puri

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya