Saat Evergrande Gagal Hasilkan Cuan dari Jual Unit Jasa Properti

Evergrande membatalkan rencana kesepakatan penjualan bernilai miliaran dolar atas unit manajemen propertinya.

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Okt 2021, 11:32 WIB
Diterbitkan 22 Okt 2021, 11:32 WIB
Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Seorang pria melihat layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Hong Kong - Kesepakatan penjualan saham pengendali di unit manajemen propertinya yang akan redakan krisis utang perusahaan properti terbesar kedua di China Evergrande gagal. Hal ini mendorong perusahaan itu lebih dekat ke potensi keruntuhan.

Evergrande membatalkan rencana kesepakatan penjualan bernilai miliaran dolar atas unit manajemen propertinya, memperburuk krisis keuangan dan berada di ambang kehancuran.

Pada Rabu malam, 20 Oktober 2021, perusahaan menyatakan mengakhiri perjanjian penjualan dan pengendalian terhadap saham Evergrande Property Services. Kontrak ini bersama dengan Hopson (pengembang China) senilai 20 miliar dolar Hong Kong atau USD 2,6 miliar setara Rp 36,7 triliun (asumsi kurs Rp 14.135 per dolar AS).

Kesepakatan itu diumumkan awal bulan ini, lalu dibatalkan oleh Evergrande.Perusahaan saling menyalahkan atas kegagalan kesepakatan. Evergrande mengklaim dalam keterbukaan bursa kalau pembeli tidak memenuhi syarat.

"Pembeli (Hospon) tidak memenuhi prasyarat dalam melakuka penawaran umum atas saham Evergrande Property Service,” tulisa properti kolongmerat pada pengarsipan bursa saham, dikutip dari laman CNN, ditulis Jumat (22/10/2021).

Sementara Hospon mengungkapkan tidak menerima substansi apapun dalam pembatalan penjualan Evergrande ini.

“Hingga saat ini, Hospon telah bersiap untuk menyelesaikan penjualan sesuai dengan kesepakatan,”  ujar dia Rabu, 20 Oktober 2021.

Hopson menambahkan, ada  “pihak lain” ingin mengubah kesepakatan yang telah disetujui, termasuk ketentuan pembayaran yang dianggap tidak dapat diterima.

Saham kedua perusahaan telah disetop dari perdagangan sejak kesepakatan potensial, akhirnya dibuka kembali pada Kamis, 21 Oktober 2021. Saham evergrande anjlok hampir 11 persen dan Hospon tergelincir 5,2 persen saja.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Gencar Incar Investor

Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Seorang wanita berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Beberapa pekan terakhir, perusahaan berusaha menyelesaikan masalah arus kasnya. Dengan menjual beberapa asetnya, seperti sebagian saham di kendaraan listrik, bisnis layanan properti, hingga gedung perkantoran di Hong Kong.

Sayangnya, perusahaan belum kunjung menemukan pembeli.

Ketika pengajuan di bursa pada Rabu, 20 Oktober 2021 Evergrande Group menuturkan tidak ada kemajuan material di penjualan aset lainnya. Pengembang hanya berhasil menjual saham kepada investor lokal saja.

Evergrande melepas sebagian kepemilikannya di Shengjing Bank. Penjualaan menghasilkan dana senilai 10 miliar Yuan atau USD 1,5 miliar (atau Rp 21.2 triliun) pada bulan lalu.

Semakin Tertekan

Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Orang-orang berjalan melewati sebuah indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Bursa saham Asia turun setelah Korea Utara (Korut) melepaskan rudalnya ke Samudera Pasifik. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Saat ini, pengembang properti China terlilit utang mencapai USD 300 miliar setara Rp 4.240 triliun. Dengan total penurunan saham sebanyak 80 persen selama tahun ini.

Kegagalan penjualan dengan Hospon membuat Evergrande berada dalam situasi yang lebih buruk. Perusahaan tampaknya akan gagal membayar bunga obligasi senilai USD 83,5 juta atau Rp 1,18 triliun

dengan denominasi dolar. Waktu jatuh temponya Kamis, 23 September 2021 dan mendekati akhir tenggang waktu selama 30 hari pada Sabtu, 23 Oktober 2021.

Evergrande bukan satu-satunya pengembang properti yang berjuang atasi utang. Baru-baru ini, banyak pengembang lain menyatakan masalah yang sama. Bahkan meminta investor agar memberikan waktu lebih untuk membayarnya atau peringatan potensi default.

Saham Evergrande disetop dari perdagangan pada Kamis. Hal ini karena mengungkapkan pengumuman selanjutnya tanpa disertai rincian lebih lanjut.

Tanggapan Otoritas China

Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Orang-orang berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Pihak berwenang telah mencoba untuk menenangkan situasi para investor yang resah atas risiko penularan.

“Evergrande telah salah mengelola bisnisnya, tetapi risiko terhadap sistem keuangan dapat dikendalikan,” ujar Wakil Perdana Menteri China Liu He di sebuah forum keuangan di Beijing pada Rabu, 20 Oktober 2021.

Dalam pidato yang dilaporkan oleh kantor berita pemerintah China, Xinhua, Liu mengakui apa yang disebutnya "masalah individu" di pasar real estat.

Namun, dia menekankan bahwa risiko umumnya terkendali, kebutuhan modal pengembang properti terpenuhi, dan tren keseluruhan "pembangunan sehat" pasar real estat China tidak akan berubah, menurut Xinhua.

 

Reporter: Ayesha Puri

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya