Wapres Ma'ruf Apresiasi Pasar Modal Syariah yang Tumbuh meski Pandemi COVID-19

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per 30 September 2021 menunjukkan jumlah kepemilikan efek saham syariah tumbuh 45,95 persen

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 11 Nov 2021, 13:37 WIB
Diterbitkan 11 Nov 2021, 13:37 WIB
Wakil Presiden Republik Indonesia Ma’ruf Amin (Dok: tangkapan layar/Pipit I.R)
Wakil Presiden Republik Indonesia Ma’ruf Amin (Dok: tangkapan layar/Pipit I.R)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden RI, Ma’ruf Amin apresiasi capaian pasar modal syariah yang masih tumbuh meski dalam situasi pandemi COVID-19. Ma’ruf Amin mengungkapkan, salah satu keunggulan dari pasar modal syariah Indonesia adalah proses transaksi saham secara end-to-end telah memenuhi prinsip syariah.

"Hal ini harus terus dijaga agar kepercayaan masyarakat terhadap pasar modal Syariah Indonesia semakin kuat," kata Ma'ruf Amin dalam opening ceremony Sharia Investment Week 2021, Kamis (11/11/2021).

Merujuk data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per 30 September 2021 menunjukkan jumlah kepemilikan efek saham syariah tumbuh 45,95 persen year to date (ytd). Sehingga investor menjadi 1.060.304 investor.

Sementara itu jumlah kepemilikan reksa dana syariah tumbuh 66,69 persen ytd. Sehingga menjadi 805.867 investor. Dan jumlah kepemilikan sukuk korporasi tumbuh 26,68 persen menjadi 945 investor.

Data statistik produk per 29 Oktober 2021 menunjukkan nilai kapitalisasi saham Syariah sebesar Rp 3.683 triliun. Nilai sukuk koperasi outstanding sebesar Rp 34,98 triliun, nilai sukuk negara outstanding sebesar Rp 1.152 triliun, dan nilai aktiva bersih Reksadana Syariah sebesar Rp 40,95 triliun.

Ma'ruf Amin juga mengapresiasi berbagai inovasi dan upaya yang telah dilakukan dalam mendorong perkembangan pasar modal syariah Indonesia. Upaya-upaya tersebut antara lain berupa penerbitan 11 peraturan OJK dan 25 fatwa DSN MUI terkait pasar modal Syariah. Serta penerbitan roadmap pasar modal Syariah 2020-2024 oleh OJK.

"Semuanya itu merupakan acuan bagi seluruh pemangku kepentingan agar berbagai upaya pengembangan pasar modal Syariah dapat terlaksana dengan lebih terarah,” ujarnya.

Di sisi lain, Ma'ruf berharap berbagai produk filantropi Islam yang terintegrasi dengan efek Syariah di pasar modal Syariah Indonesia dapat terus dikembangkan. Termasuk securities crowdfunding atau SCF berbasis Syariah sebagai alternatif pendanaan bagi UMKM juga perlu terus dikembangkan.

 

 

p>* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Dorong Literasi Keuangan

20160331- Festival Pasar Modal Syariah 2016-Jakarta- Angga Yuniar
Sebuah layar tentang tabel saham dipajang saat Festival Pasar Modal Syariah 2016, Jakarta, Kamis (31/3). Pertumbuhan pangsa pasar saham syariah lebih dominan dibandingkan dengan nonsyariah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pemerintah secara serius setengah mendorong kemajuan ekonomi dan keuangan syariah di tanah air. Di antaranya dengan fokus pada empat bidang.

Pertama, pengembangan industri produk halal. Kemudian pengembangan industri keuangan syariah, pengembangan dana sosial syariah, serta pengembangan dan perluasan kegiatan usaha syariah.

Ma'ruf Amin mengatakan, seiring dengan upaya-upaya pemanfaatan teknologi digital menjadi salah satu peluang sekaligus tantangan bagi kemajuan ekonomi dan keuangan syariah ke depan. Inovasi berbasis Digital dan perluasan digitalisasi layanan yang terintegrasi ke berbagai sektor menjadi kebutuhan yang mendesak saat ini.

"Tidak hanya untuk memberikan kemudahan akses bagi masyarakat, tapi juga untuk meningkatkan percepatan pertumbuhan investasi syariah,” kata Maruf.

Menurut Ma'ruf, inovasi tersebut harus dilengkapi dengan penyempurnaan perangkat yang mendukung. Seperti big data, intelegensi buatan, blockchain serta teknologi finansial. Pengembangan teknologi digital juga harus didukung oleh kualitas SDM yang adaptif Mandiri produktif serta berdaya saing.

"Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya penyiapan SDM yang bisa memenuhi kebutuhan perkembangan teknologi berbasis digital pada pengembangan ekonomi dan keuangan syariah," ujarnya.

Dalam hal ini, pemerintah memberikan pembekalan sejak dini kepada masyarakat agar melek keuangan dan investasi syariah pada era digital ini memerlukan kerjasama dan kontribusi semua pihak. 

Ia mengungkapkan, hasil survei nasional literasi dan inklusi keuangan tahun 2019 oleh OJK menunjukkan indeks literasi keuangan syariah nasional masih tergolong rendah yaitu baru mencapai 8,93 persen.

"Untuk itu, saya mengajak saudara-saudara untuk terus mendorong upaya edukasi untuk meningkatkan literasi dan pemahaman inklusivitas aspek syariah bagi pelaku pasar modal syariah," ujar dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya