Liputan6.com, Jakarta - Investasi di saham makin diminati masyarakat. Hal ini ditunjukkan dari investor di saham yang meningkat.
Berdasarkan data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), dikutip Minggu, (14/11/2021), jumlah investor di pasar modal mencapai 6.758.335 per 29 Oktober 2021. Jumlah investor ini naik 74,15 persen dari periode 2020 sebesar 3.880.753.
Sementara itu, jumlah investor saham yang tercatat di C-BEST sudah mencapai 3.089.997 per 29 Oktober 2021. Jumlah investor saham ini naik 82,27 persen dari periode 2020 sebesar 1.695.268.
Advertisement
Bicara investasi di saham, ada sejumlah teknik dan strategi investasi yang bisa dilakukan. Salah satu yang dikenal yaitu value investing. Mengutip laman poems.co.id, strategi value investing ini dipakai oleh investor jangka panjang yang memiliki kesabaran untuk membeli saham pada harga rendah, kemudian menjualnya di pada harga wajar.
Baca Juga
"Kita membeli barang yang bagus, ada value, tapi kita bayar jauh di bawah valuenya. Kubu value investing ini concern value dan price,” ujar Investor Value Investing, Lukas Setiaatmadja saat acara Sharia Investment Week, Sharia Value Investing: Best Practice, ditulis Senin (15/11/2021).
Value investing ini berbeda dengan growth stock. Lukas mengatakan, growth stock meilihat potensi pertumbuhan laba perusahaan dan investor bersedia bayar lebih mahal. Berbanding terbalik dengan value investing.
"Inti tidak perlu diperbedakan karena kalau kita beli saham dan bisnis pertimbangkan potensi growth dan valuenya,” ujar dia.
Bagi Anda investor pemula juga dapat menerapkan strategi investasi value investing ini. Lukas pun membagikan sejumlah tips untuk menerapkan value investing bagi investor pemula. Pertama, ketahui apa yang Anda beli.
Lukas menuturkan, mengetahui saham yang dibeli ini dilakukan dengan belajar untuk memahami sebuah saham. Ia ibaratkan seperti menikah, kenapa memilih pasangan dan menikah dengan dia.
“Now what your buy. Belajar untuk memahan sebuah saham ketika membeli. Beli saham ini melihat prospek bisnis ke depan, masa lalu, dan fundamental analisis,” ujar dia.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Hindari Saham Emiten yang Punya Utang Besar
Kedua, Lukas mengingatkan untuk hindari saham emiten yang memiliki utang banyak. Namun, dengan ada daftar efek syariah, ia menilai dapat membantu untuk kurang risiko. “Karena dari sisi prospek sudha melihat balancenya,” ujar dia.
Ketiga, melihat valuasi saham dari price earning ratio (PER) dan price book value (PBV). "Valuasi tricky kadang-kadang. Melihat bisnis dari PE da PBV. PE di bawah lima itu menarik, PBV di bawah satu kali. Cara ini dipakai investor Long Kheng Hong, dan berhasil,” kata dia.
Keempat, melihat penerapan good corporate governance (GCG) oleh emiten. Kelima, tahu risiko. Oleh karena itu, Lukas mengingatkan ketika investasi dengan membeli saham untuk memahami dulu saham tersebut, dan membelinya di harga berapa. “Menurut saya langkah pertama memahami apa yang kita beli. Kedua memahami yang dibeli dan membeli di harga berapa,” ujar dia.
Advertisement