Alasan Netflix Dongkrak Biaya Langganan di Dua Negara Ini

Netflix (NFLX) telah memahami pasar AS dan Kanada kian matang dan terjadi gejolak persaingan sangat ketat.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Jan 2022, 22:43 WIB
Diterbitkan 24 Jan 2022, 22:43 WIB
Ilustrasi Netflix
(unsplash.com/@thibaultpenin)

Liputan6.com, New York -- Netflix akan melaporkan pendapatan kuartal IV pada Kamis pekan ini. Regulator Bursa Amerika Serikat akan menyoroti pelanggaran streaming sementara investor berfokus pada proyeksi penjualan usai Netflix menaikkan harga langganan.

Perusahaan platform streaming film meningkatkan biaya akses pada Jumat, 21 Januari 2022. Aksi ini sebagai upaya meningkatkan harga saham.

"Mereka (Netflix) jelas percaya perusahaan masih memiliki kekuatan harga untuk melakukannya dan memberikan nilai yang luar biasa atas dana investasi,” ujar Senior Vice President Magid, perusahaan konsultan media, Andrew Here. Demikian mengutip laman CNN, ditulis Senin (24/1/2022).

Menurut pandangan Here, Netflix (NFLX) telah memahami pasar AS dan Kanada kian matang dan terjadi gejolak persaingan sangat ketat. Alhasil platform film ini berusaha mengimbangi pertumbuhannya yang lebih lambat dengan harga langganan yang lebih tinggi.

"Menaikkan biaya berlangganan hanyalah satu cara yang terus Netflix lakukan hingga sekarang, meskipun saya tidak yakin untuk berapa lama lagi," kata Hare.

Pada Jumat, 21 Januari 2022, perusahaan media streaming menyampaikan menaikkan harga bulanan untuk langganan AS untuk paket standarnya naik USD 1,50 menjadi USD 15,49. Sementaara untuk paket paket dasarnya melonjak USD 1 menjadi USD 9,99. Sedangkan paket premium meningkat USD 2 menjadi USD 19.99.

Di Kanada, paket standar Netflix juga melonjak USD 1,50 menjadi USD 16,49. Sementara paket premium meroket USD 2 menjadi USD 20,99. Rencana dasarnya tetap tidak berubah. Wall Street senang dengan kenaikan tarif tersebut otomatis mengirim saham Netflix merangkai naik sekitar 2 persen pada Jumat. 21 Januari 2022.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Pertumbuhan Pelanggan Jadi Tantangan Baru Netflix

Ilustrasi Netflix
Ilustrasi Netflix. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat

Analis Senior Rosenblatt Securities Mark Zgutowicz mengatakan Netflix menghabiskan banyak uang untuk konten di seluruh dunia tetapi tak didukung dua pasar terbesarnya yakni AS dan Kanada. Dua tempat ini terjadi pelanggan berkurang tidak seperti beberapa kuartal sebelumnya.

"Kami memperkirakan Netflix akan menggelontorkan USD 17 miliar pada 2021 secara global. Jumlahnya turun dari USD 12 miliar pada 2020, yang merupakan tahun penurunan imbas COVID-19," katanya.

Hal inilah yang membuat investor akan sangat fokus pada laporan kuartal IV Netflix dan seterusnya. Lantaran harga yang lebih tinggi mulai masuk. Jika Netflix terus menghasilkan angka pertumbuhan pelanggan yang biasa-biasa saja, Hare percaya perusahaan perlu melakukan cara lain guna memuaskan para investornya.

"Pertumbuhan pelanggan di AS dan Kanada menjadi cerita yang kurang menarik. Itulah alasan Netflix perlu berbicara terkait pertumbuhan langganan secara global, arus kas positif, konten baru, peluang pertumbuhan baru seperti gim dan model bisnis termasuk pula sasaran pasar baru yang berpotensi hasilkan keuntungan besar," tambah Zgutowicz.

Netflix tetaplah Netflix dan kian populer dengan 213,5 juta penggunanya di seluruh dunia. Menurut Here dalam waktu dekat Netflix terus menjadi layanan streaming utama baik di dalam maupun di luar negeri. Tantangan terbentang di depan untuk Netflix yakni pertumbuhan pelanggan, biaya produksi dan kebiasaan konsumen yang berkembang, kata Hare.

"Mereka telah menemukan kembali industri hiburan dalam dekade terakhir. Sekarang era tantangan dan peluang baru dimulai,’ ungkap Here.

Mayoritas Layanan Streaming Ikut Naikkan Biaya

Ilustrasi Netflix
Ilustrasi Netflix. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat

Satu dolar di sini dan satu dolar di sana mungkin tidak tampak banyak, tetapi itu penting bagi Netflix dan konsumen.

Untuk beberapa konsumen, kenaikan harga  seharga USD 1,50 mungkin terlalu banyak mengingat masuknya layanan dalam beberapa tahun terakhir dari Disney+ ke Peacock hingga HBO Max (yang dimiliki oleh perusahaan induk CNN, WarnerMedia). Streaming memakan dompet konsumen.

Seperti halnya Netflix kenaikan tarif berlangganan juga dilakukan oleh platform streaming film lainnya. Alhasil kenaikan harga ini berpotensi memberikan landasan bagi pesaing streaming perusahaan untuk juga menaikkan harga sendiri di beberapa titik.

"Saya pikir itu berlaku untuk Disney+, saya tidak yakin untuk yang lain seperti Peacock atau Paramount+ karena mereka tidak memiliki konten yang luas seperti Netflix dan Disney (DIS). Lantas memberi HBO Max ruang untuk menaikkan harga juga,” tutur Rosenblatt.

 

Reporter: Ayesha Puri

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya