Bursa Saham Asia Tergelincir, Investor Cermati Kasus COVID-19 di China

Bursa saham Asia Pasifik merosot pada perdagangan Selasa, 12 April 2022 yang dipengaruhi kasus COVID-19 di Shanghai, China.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 12 Apr 2022, 09:11 WIB
Diterbitkan 12 Apr 2022, 09:11 WIB
Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Seorang wanita berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia Pasifik tergelincir pada perdagangan Selasa pagi (12/4/2022), seiring investor terus memantau perkembangan seputar situasi COVID-19 di China.

Data inflasi Amerika Serikat (AS) juga diperkirakan dirilis Selasa malam di Amerika Serikat dan dapat memberikan lebih banyak petunjuk tentang prospek kebijakan the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat (AS).

Indeks Nikkei 225 di Jepang tergelincir 0,84 persen karena saham pembuat robot Fanuc turun lebih dari 3 persen. Indeks Topix turun 0,51 persen. Indeks Kospi Korea Selatan turun 0,36 persen.

Saham Australia juga turun, dengan perdagangan indeks S&P/ASX 200 sedikit lebih rendah. Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang diperdagangkan 0,09 persen lebih rendah.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pada Senin sedang memantau situasi COVID-19 di daratan China. Para pejabat telah berjuang melawan lonjakan besar dalam kasus tersebut. Kota besar China di Shanghai telah menyumbang sebagian besar kasus COVID-19 baru di daratan China dan lockdown sekitar seminggu.

Pada perdagangan Senin, 11 April 2022 waktu setempat di Amerika Serikat, indeks Dow Jones Industrial Average turun 413,04 poin menjadi 34.308,08, sementara indeks S&P 500 tergelincir 1,69 persen menjadi 4.412,53. Indeks Nasdaq Composite yang padat teknologi turun 2,18 persen menjadi 13.411,96.

Tak hanya itu, indeks harga konsumen AS untuk Maret akan dirilis pada Selasa, 12 April 2022 waktu setempat, dengan gedung putih memperingatkan mereka mengharapkan laporan untuk menunjukkan inflasi yang "luar biasa tinggi." Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones memperkirakan data menunjukkan kenaikan harga tahunan 8,4 persen, tertinggi sejak Desember 1981.

"Inflasi AS yang sangat tinggi akan menjaga ekspektasi pasar tetap hidup untuk pengetatan FOMC yang agresif dalam pandangan kami," kata Senior Associate di Commonwealth Bank of Australia, Carol Kong dilansir dari CNBC.

"Kami berharap FOMC akan merespons inflasi dasar yang kuat dengan meningkatkan suku bunga sebesar 50bp pada Mei dan Juni,” kata Kong.

Indeks USD berada di 100,037, sekali lagi melintasi level 100. Yen Jepang diperdagangkan pada 125,53 per dolar menyusul pelemahan kemarin dari bawah 125 terhadap greenback. Dolar Australia berada di 0,7415, lebih rendah dari level di atas 0,744 yang terlihat kemarin.

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Penutupan Wall Street Senin 11 April 2022

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street anjlok pada Senin, 11 April 2022 seiring investor semakin khawatir terhadap imbal hasil obligasi AS. Imbal hasil obligasi AS bertenor tiga tahun akan mulai perlambat ekonomi.

Sementara itu, imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun melonjak di atas 2,79 persen pada awal pekan ini. Level tersebut tidak terlihat sejak Januari 2019 karena bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) menguatkan investor terhadap pengetatan kebijakan moneter ke depan.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Nasdaq anjlok 2,18 persen menjadi 13.411,96. Koreksi indeks Dow Jones terjadi lantaran growth stock yang alami tekanan terbesar. Indeks Dow Jones merosot 413,04 poin atau 1,19 persen menjadi 34.308,08. Indeks S&P 500 susut 1,69 persen menjadi 4.412,53.

Aksi jual terjadi di saham growth stock dan teknologi pada April 2022. Hal itu membuat indeks Nasdaq merosot lebih dari lima persen sepanjang April 2022.

Indeks Nasdaq pun turun 17 persen dari level tertinggi sepanjang masa. Sebelumnya indeks Nasdaq ini menguat pada Maret 2022 dengan kenaikan 3,4 persen.

“Jika kita mengumpulkan apa yang menggerakkan pasar hari ini, saya pikir kita hanya mencerminkan apa yang kita lihat di lingkungan imbal hasil obligasi,” ujar Chief Market Strategist National Securities, Art Hogan, dilansir dari CNBC, Selasa (12/4/2022).

Ia menambahkan, sulit untuk mengetahui apa yang akan memutus siklus itu kecuali suku bunga stabil dan mulai tertekan dalam beberapa minggu.

Gerak Saham di Wall Street

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Kekhawatiran atas  kenaikan suku bunga telah mendorong investor untuk melepas aset yang berisiko. Salah satunya saham teknologi yang menyebabkan tekanan. Saham Microsoft turun 3,9 persen. Saham semikonduktor antara lain Nvidia dan Advanced Micro Devices masing-masing merosot 5,2 persen dan 3,6 persen.

Di sisi lain, harga minyak turun pada awal pekan ini di tengah kekhawatiran lockdown karena COVID-19 di China akan menekan permintaan global. Harga minyak Brent susut 4,18 persen ke posisi USD 98,48 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun 4,04 persen ke posisi USD 94,29 per barel.

Saham energi merosot. Saham Occidental Petroleum melemah hampir 6,3 persen. Saham Diamondback Energy turun 4,8 persen dan ConocoPhilips susut 4,9 persen.

Sedangkan saham maskapai melawan tren wall street yang tertekan. Hal ini ditunjukkan dengan saham Delta Air Lines melonjak 4 persen. Saham Alaska Air Group naik 1 persen, American Airlines Group bertambah 2,3 persen, Southwest Airlines menguat 3,4 persen dan United Airlines Holdings naik 1,1 persen.

Bursa Saham China pada 11 April 2022

Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Orang-orang berjalan melewati sebuah indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Bursa saham Asia turun setelah Korea Utara (Korut) melepaskan rudalnya ke Samudera Pasifik. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Sebelumnya, saham China jatuh pada Senin, 11 April 2022, seiring meningkatnya kekhawatiran kasus COVID-19 di dalam negeri dan kenaikan suku bunga global menambah hambatan regulasi yang terus-menerus.

Melansir Yahoo Finance, sektor teknologi kembali tertekan, dengan indeks Hang Seng teknologi turun 5,2 persen di Hong Kong. Indeks Hang Seng merosot 2,5 persen, sementara Indeks acuan CSI 300 China juga merosot 3 persen.

Bursa saham China menghadapi banyak tantangan di dalam dan luar negeri, menyebabkan investor menjual saham lagi meskipun pada pertengahan Maret ada janji dari pihak berwenang untuk mendukung ekonomi dan sektor properti dan teknologi yang babak belur.

Rekor kasus COVID-19 di Shanghai, lonjakan harga  pabrik China yang lebih dari perkiraan, kekhawatiran tentang peraturan teknologi dan lonjakan imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS) semuanya digabungkan untuk memicu kerugian Senin.

"Sangat sedikit yang bisa optimis,” kata Analis senior di Shanghai PD Fortune Asset Management (LLP), Zhang Fushen.

"Cahaya dari janji kebijakan beberapa minggu lalu mulai memudar, terutama dengan situasi di Shanghai. Ada suasana yang suram,” ia menambahkan.

Regulator pasar modal China memberikan panduan ke perusahaan manajer investasi untuk menahan diri dari aksi jual saham seri A pada Senin, 11 April 2022, menurut sumber.

Namun, indeks CSI 300 melemah ke level terendah sejak 15 Maret karena investor asing menjual 5,8 miliar yuan atau USD 910 juta saham lokal terbesar dalam tiga minggu, berdasarkan data yang dikumpulkan Bloomberg.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya