Bursa Saham Asia Beragam, Indeks Acuan China Pimpin Koreksi

Bursa saham China memimpin koreksi di Asia. Indeks Shanghai melemah 1,19 persen. Sementara itu, indeks Shenzhen susut 2,158 persen.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 11 Apr 2022, 10:32 WIB
Diterbitkan 11 Apr 2022, 10:32 WIB
Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Orang-orang berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia Pasifik dibuka bervariasi pada Senin pagi (11/4/2022) seiring investor mencermati rilis data inflasi China pada Maret 2022.

Bursa saham China memimpin koreksi di Asia. Indeks Shanghai melemah 1,19 persen. Sementara itu, indeks Shenzhen susut 2,158 persen.

Indeks Hang Seng tergelincir 2,21 persen. Saham produsen kendaraan listrik Nio yang tercatat di Hong Kong merosot lebih dari 7 persen. Hal ini setelah umumkan suspensi produksi karena gangguan rantai pasokan seiring dampak COVID-19.

China umumkan rilis data ekonomi inflasi. Inflasi produsen China pada Maret 2022 lebih tinggi dari yang diharapkan. Indeks harga produsen melonjak 8,3 persen dibandingkan tahun lalu. Rilis data ekonomi tersebut diharapkan 7,9 persen.

Rilis data inflasi konsumen China juga menguat lebih dari yang diharapkan pada Maret 2022. Indeks harga konsumen naik 1,5 persen.

Rilis data ekonomi China hadiri di tengah pemerintah China berjuang kendalikan COVID-19 seiring kasus COVID-19 yang buruk sejak awal pandemi COVID-19.

Indeks Nikkei 225 di Jepang tergelincir 0,61 persen di awal perdagangan sementara indeks Topix turun 0,35 persen. Indeks Kospi Korea Selatan turun 0,47 persen. Indeks S&P/ASX 200 Australia naik 0,1 persen. Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang diperdagangkan 0,08 persen lebih rendah.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Indeks Dolar AS

Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Seorang wanita berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

"Saya pikir fakta yang lebih menonjol adalah kesenjangan besar antara CPI dan PPI, dan itu menunjukkan kekuatan harga di antara sebagian besar perusahaan di China lemah dan mendapatkan pukulan pada margin,” ujar Portfolio Manager Vontobel Asset Management, Ramiz Chelat dilansir dari CNBC.

Ia menuturkan, mengingat kasus COVID-19 akan berdampak terhadap lockdown lokal yang lebih banyak.

"Kami pikir Anda harus sangat selektif di China, mencari perusahaan yang dapat memberikan dalam lingkungan yang menantang pertumbuhan," kata dia.

Indeks USD berada di 99,786 setelah baru-baru ini melintasi level 100. Yen Jepang diperdagangkan pada 124,38 per dolar, lebih lemah dibandingkan dengan level di bawah 123,2 yang terlihat terhadap greenback minggu lalu.

Kemudian, dolar Australia berada di 0,7444 setelah penurunan minggu lalu dari di atas 0,763. Harga minyak lebih rendah di pagi hari jam perdagangan Asia, dengan patokan internasional minyak mentah berjangka Brent turun 1,59 persen menjadi 101,15 per barel. Harga Minyak mentah berjangka AS turun 1,67 persen menjadi 96,62 per barel.

Bursa Asia pada Jumat 8 April 2022

Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Seorang pria berjalan melewati indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Rudal tersebut menuju wilayah Tohoku dekat negara Jepang. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Sebelumnya, bursa saham Asia Pasifik beragam pada Jumat (8/4/2022), karena saham teknologi China tergelincir dan investor mengamati situasi COVID-19 di China.

Melansir CNBC, indeks Hang Seng Hong Kong turun 0,24 persen, sedangkan indeks Hang Seng Tech turun 1,83 persen. Saham Alibaba turun 2,47 persen, sementara saham JD.com turun 3,35 persen, serta Meituan kehilangan 2,70 persen.

Bursa saham China bervariasi. Indeks Shanghai naik 0,47 persen, sedangkan indeks Shenzhen turun 0,11 persen ke posisi 11.959,27.

Kasus COVID-19 menjadi fokus di China, dengan Shanghai melaporkan 20.398 kasus baru COVID-19 tanpa gejala dan 824 kasus baru yang bergejala pada 7 April. Kota itu lockdown dalam upaya menghentikan penyebaran virus tersebut.

"Sentimen jangka pendek (untuk saham China) dapat tetap terkendali mengingat pertemuan hambatan makro, penyebaran Omicron, ketidakpastian likuiditas global dan kekhawatiran ketegangan AS/China," menurut catatan Morgan Stanley tertanggal 7 April, dikutip dari CNBC, Jumat, 8 April 2022.

 

Selanjutnya

Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Seorang wanita berjalan melewati sebuah indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Akibat peluncuran rudal Korea Utara yang mendarat di perairan Pasifik saham Asia menglami penurunan. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Sementara itu, analis bank juga mencatat konsumsi domestik di China lamban, dan mengatakan penyebaran virus secara sporadis di luar Shanghai dapat menyebabkan tindakan pengetatan di tempat lain.

Di sisi lain, Nikkei 225 Jepang naik 0,36 persen ke posisi 26.985,80 , sedangkan indeks Topix naik tipis 0,21 persen.

Di Korea Selatan, indeks Kospi naik 0,17 persen ke posisi 2.700,39, dan indeks Kosdaq naik 0,7 persen. Indeks S&P/ASX 200 Australia naik 0,47 persen.

Ahli strategi pasar global di JPMorgan Private Bank, Julia Wang menuturkan, hambatan terbesar untuk pasar Asia saat ini datang dari AS, dengan pasar merespons sinyal hawkish dari The Fed.

"The Fed sedang melihat data inflasi yang jelas-jelas membuat mereka khawatir, dan saya pikir itu diterjemahkan ke dalam selera risiko yang lebih lemah di Asia,” kata dia kepada “Street Signs Asia” CNBC pada Jumat.

Dia juga menambahkan, sampai situasi itu berubah, inflasi di AS akan membebani sentimen pasar di Asia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya