Keran Ekspor Minyak Goreng Kembali Dibuka, Begini Dampaknya untuk Emiten Sawit

Saham-saham emiten yang berkaitan dengan minyak goreng sempat melemah, kembali menguat pada Jumat, 20 Mei 2022.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 20 Mei 2022, 21:28 WIB
Diterbitkan 20 Mei 2022, 21:28 WIB
IHSG Menguat 11 Poin di Awal Tahun 2018
Layar indeks harga saham gabungan menunjukkan data di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Perdagangan bursa saham 2018 dibuka pada level 6.366 poin, angka tersebut naik 11 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) memutuskan membuka kembali ekspor minyak goreng mulai 23 Mei 2022. Hal Ini menjadi angin segar bagi pelaku usaha di industri minyak goreng, yang sempat tertekan oleh larangan ekspor.

Saham-saham emiten yang berkaitan dengan minyak goreng sempat melemah, kembali menguat pada Jumat, 20 Mei 2022.

Mengutip data RTI, saham PT Gozco Plantation Tbk (GZCO) naik 18,56 persen ke posisi Rp 230 per saham. Diikuti saham PT Eagle High Plantation Tbk (BWPT) menguat 8,33 persen ke posisi Rp 78 per saham.

Kemudian saham PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) melompat 7,14 persen ke posisi Rp 600 per saham. Saham PT Cisadane Sawit Raya Tbk (CSRA) menanjak 6,52 persen ke posisi Rp 735 per saham.

Selanjutnya saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) menguat 5,94 persen ke posisi Rp 12.925 per saham. Lalu saham PT Provident Agro Tbk (PALM) bertambah 5,92 persen ke posisi Rp 895 per saham. Selanjutnya saham PT Jaya Agra Wattie Tbk (JAWA) naik 5,56 persen ke posisi Rp 152 per saham.

Pengamat pasar modal yang juga founder Traderindo.com Wahyu Laksono menilai saham mengaami koreksi usai adalah hal yang lumrah. Termasuk IHSG yang harus menyerah dan sempat terkoreksi 4,42 persen ke posisi 6.909,75 pada penutupan perdagangan saham usai libur Lebaran 2022.

"Soal buka larangan ekspor bisa jadi sentimen positif. Namun sentimen global masih rentan menekan IHSG secara umum dan khususnya emiten sawit,” kata dia kepada Liputan6.com, Jumat (20/5/2022).

Untuk jangka pendek dan menengah, Wahyu menilai emiten sawit masih potensial di tengah pelemahan aset lain. Dia menuturkan, Faktor medium term masih bullish, sementara faktor jangka pendek yang bisa membuat emiten sawit menguat yakni adanya oversold atau technical rebound seiring rebound IHSG.

Selain itu, perubahan kebijakan lanjutan yang memicu sentimen positif. Misalnya penyesuaian kuota ekspor, di mana pemerintah dan produsen mulai mencapai keseimbangan.

"Secara fundamental jelas emiten sawit masih punya daya tarik karena mereka elemen signifikan di pasar komoditas, khususnya pangan dan agro industri,” kata Wahyu.

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Bakal Positif untuk Emiten Sawit

IHSG Menguat
Seorang pria mengambil gambar layar yang menampilkan informasi pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (8/6/2020). Seiring berjalannya perdangan, penguatan IHSG terus bertambah tebal hingga nyaris mencapai 1,50 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pada saat bersamaan, global sedang krisis sawit. Dia menuturkan, investasi akan menjadikan emiten ini aset khusus atau pun hedging. Di sini magnet dalam jangka menengah masih akan membuat emiten bagus. Pelemahan saham emiten sawit saat ini bisa jadi akan memberikan tawaran harga yang lebih murah dengan valuasi yang lebih baik.

"Masalahnya sekarang isu fundamental lebih ke arah global. Isu kecemasan pasar atas inflasi dan kenaikan suku bunga the Fed Juga ancaman pertumbuhan dan resesi atau stagflasi,” ujar Wahyu.

Ia menilai, sejumlah emiten sawit yang tengah mengalami tekanan yakni LSIP, TAPG, AALI, SSMS, CSRA, SMAR, FAPA, dan SIMP. “Pelemahan 15-30 persen dari high tahun ini bisa mengancam mereka,” imbuhnya.

Vice President PT INFOVESTA, Wawan Hendrayana menuturkan, ekspor minyak goreng kembali dibuka positif untuk emiten sawit. “Positif tentunya terutama untuk emiten yang besar di ekspor," ujar dia.

Pengusaha Sawit Apresiasi Pembukaan Kembali Ekspor Migor

Petani Sawit di Jambi
Meski harga sawit cenderung belum stabil, komoditi ini tetap menjadi primadona bagi petani di Provinsi Jambi. (Dok. Istimewa/B Santoso)

Sebelumnya, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada Jokowi yang telah membuka kembali larangan ekspor minyak goreng (migor). Kebijakan ini akan menjamin keberlanjutan industri minyak sawit nasional.

"Semoga perdagangan minyak sawit dan turunannya bergairah kembali baik domestik maupun ekspor," ujar Ketua Umum GAPKI Joko Supriyono.

Menurut penuturan Joko Supriyono, para mitra dagang di Eropa, India dan Pakistan menyampaikan terimakasih kepada Presiden RI Jokowi yang telah mencabut larangan ekspor migor.

Selanjutnya, GAPKI akan terus mendukung kebijakan dan program pemerintah Indonesia dalam menyediakan migor curah yang terjangkau bagi masyarakat Indonesia.

"GAPKI terus bekerja keras agar industri sawit yang memiliki peran penting bagi perekonomian Indonesia terus dapat ditingkatkan,” kata Joko.

 

 

Alasan Jokowi Buka Kembali Pintu Ekspor Minyak Goreng

Presiden Joko Widodo (Instagram/@jokowi)
Presiden Jokowi saat berpidato di hadapan menteri-menterinya

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memutuskan kembali membuka ekspor minyak goreng, salah satu produk turunan minyak sawit mentah (CPO).

Keputusan ini diambil lantaran Jokowi menilai kondisi pasokan dan harga minyak goreng di pasar nasional terhitung sudah lebih terkendali.

Selain itu, RI 1 turut mempertimbangkan sektor lapangan kerja di industri minyak goreng, yang banyak terkena dampak akibat larangan ekspor minyak goreng tersebut.

"Berdasarkan kondisi pasokan dan harga minyak goreng saat ini, serta mempertimbangkan adanya 17 juta orang tenaga di industri sawit, baik petani, pekerja dan juga tenaga pendukung lainnya, maka saya memutuskan ekspor minyak goreng akan dibuka kembali pada Senin, 23 Mei 2022," kata Jokowi, Kamis (19/5/2022).

Jokowi kembali memastikan, stok minyak goreng untuk konsumsi masyarakat sudah melebihi kapasitas.

Dia menghitung, pasokan minyak goreng sebelum pelarangan ekspor pada Maret 2022 masih mencapai 64,5 ribu ton per bulan.

Namun, setelah dilakukan pelarangan ekspor di bulan April, pasokan mencapai 211 ribu ton per bulannya, melebihi kebutuhan nasional bulanan. Dan kini, stok nasional berada di kisaran 194 ribu ton per bulan.

"Berdasarkan pengecekan langsung saya di lapangan dan juga laporan yang saya terima, Alhamdulillah pasokan minyak goreng terus bertambah," ungkapnya.

Tak hanya pasokan, Jokowi memastikan harga minyak goreng secara rata-rata sudah lebih terkendali, khususnya untuk produk minyak goreng curah.

"Pada bulan April sebelum pelarangan ekspor, harga rata-rata nasional minyak goreng curah Rp 19.800 (per liter). Setelah adanya pelarangan ekspor, harga rata-rata nasional turun menjadi Rp 17.200-17.600 (per liter)," tuturnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya