Vale Indonesia Garap Mega Proyek Rp 128 Triliun di Sulawesi

PT Vale Indonesia Tbk (INCO) sedang menggarap tiga proyek di Sulawesi. Apa sajakah?

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 14 Sep 2022, 15:30 WIB
Diterbitkan 14 Sep 2022, 15:30 WIB
Paparan publik PT Vale Indonesia Tbk (INCO), Rabu (14/9/2022) (Foto: tangkapan layar/Pipit I.R)
Paparan publik PT Vale Indonesia Tbk (INCO), Rabu (14/9/2022) (Foto: tangkapan layar/Pipit I.R)

Liputan6.com, Jakarta - PT Vale Indonesia Tbk atau disebut Vale tengah garap proyek tiga proyek pengembangan di Sulawesi. Direktur Keuangan PT Vale Indonesia Tbk (INCO), Bernardus Irmanto menyebutkan, nilai investasi dari tiga proyek tersebut mencapai USD 8,6 miliar atau sekitar Rp 128,2 triliun (kurs Rp 14.906 per USD).

“Tiga proyek pengembangan PT Vale dengan total nilai investasi lebih dari USD 8 miliar, ini akan dieksekusi bersama dengan partner,” kata pria yang akrab disapa Anto itu dalam Public Expose Live 2022, Rabu (14/9/2022).

Tiga proyek itu antara lain, proyek Bahodopi dengan investasi sebesar USD 2,5 miliar yang akan dialokasikan untuk tambang dan pabrik. Kapasitas produksi dari proyek ini diperkirakan mencapai 73—80 kilo ton nikel dalam feronikel, ditargetkan mulai dieksekusi tahun ini dan rampung pada 2025.

Proyek ini digarap perseroan bersama Taiyuan Iron & Steel (Group) Co., Ltd (TISCO) dan Shandong Xinhai Technology Co., Ltd (Xinhai) usai penandatanganan perjanjian yang dilakukan para pihak pada 6 September 2022. Para pihak akan membentuk usaha patungan (joint venture) untuk mengembangkan fasilitas pengolahan nikel di Xinhai Industrial Park, Morowali, Sulawesi Tengah.

Mula-mula, Tisco dan Xinhai akan membentuk usaha patungan. Entitas JV milik Tisco dan Xinhai itu kemudian membentuk JV baru bersama PT Vale dengan target kepemilikan Vale sebesar 49 persen, sisanya 51 persen dimiliki oleh JV milik Tisco dan Xinha.

Selanjutnya proyek Sorowako, berupa pengembangan smelter berteknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL).

 

Proyek Sorowako

Tambang Nikel PT Vale di Sorowako, Sulawesi Selatan
Tambang Nikel PT Vale di Sorowako, Sulawesi Selatan (dok: Athika Rahma)

Pabrik HPAL bar ini akan mengolah bijih nikel limonit menjadi produk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) dengan kapasitas produksi tahunan mencapai 60.000 ton produk nikel dalam MHP.

Total investasi senilai USD 2 miliar. Perseroan telah menyepakati kerjasama dengan Zhejiang Huayou Cobalt Company (Huayou) untuk proyek ini.

“Estimasi proyek kami perkirakan bisa dieksekusi mulai 2023 dan akan selesai pada 2026,” imbuh Anto.

Perseroan berencana untuk genggam 30 persen kepemilikan dari perusahaan patungan itu. Sementara sisanya akan dimiliki oleh Huayou atau entitas lain yang mungkin akan bergabung di kemudian hari.

Dengan mitra yang sama, perseroan juga akan membangun fasilitas pengolahan di Pomalaa. Pabrik yang dibangun akan menggunakan teknologi HPAL dengan kapasitas produksi tahunan 120.000 ton Nikel dalam Mixed Hydroxide Precipitate (MSP). Nilai investasi untuk proyek ini adalah sebesar USD 4,5 miliar dan ditargetkan rampung pada 2025.

Pada 21 Juli lalu, perseroan mengumumkan Ford Motor Co. bergabung ke Proyek Pomalaa. Sehingga target susunan pemegang saham akhir adalah PT Vale 30 persen, Huayou 53 persen dan Ford 17 persen.

Vale Indonesia Bersama Taiyuan dan Shandong Resmi Garap Proyek Blok Bahodopi

Perdagangan Awal Pekan IHSG Ditutup di Zona Merah
Pekerja tengah melintas di layar pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/11/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada zona merah pada perdagangan saham awal pekan ini IHSG ditutup melemah 5,72 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.122,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menandatangani perjanjian investasi proyek blok Bahodopi senilai USD 2,1 miliar atau sekitar Rp 31,3 triliun (kurs Rp 14.903 per USD).

Penandatanganan perjanjian dilakukan perseroan bersama Taiyuan Iron & Steel (Group) Co., Ltd (TISCO) dan Shandong Xinhai Technology Co., Ltd (Xinhai) pada Selasa, 6 September 2022.

Nantinya tiga entitas itu akan membentuk usaha patungan (joint venture) untuk mengembangkan fasilitas pengolahan nikel di Xinhai Industrial Park, Morowali, Sulawesi Tengah. Rencananya, perusahaan patungan disiapkan membangun fasilitas dengan delapan lini kapasitas pemrosesan feronikel tanur putar-listrik dan perkiraan produksi tahunan 73.000 metrik ton nikel, bersama dengan fasilitas pendukung.

“Estimasi biaya capex untuk investasi sekitar USD 2,1 miliar untuk pembangunan pabrik di mana di dalamnya termasuk USD 300 juta tambahan fasilitas LNG untuk kurangi emisi karbon,” ungkap CEO PT Vale Indonesia Tbk, Febriany Eddy di Jakarta, Selasa (6/9/2022).

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Keuangan PT Vale Indonesia Tbk (INCO), Bernardus Irmanto menargetkan 70 persen pembiayaan berasal dari pinjaman bank, sisanya 30 persen dari ekuitas masing-masing perusahaan. Adapun semua pihak setuju perseroan akan memiliki 49 persen dari ekuitas perusahaan patungan, sementara TISCO dan Xinhai melalui JV yang lain, akan genggam sisanya yakni 51 persen.

“Secara kepemilikan saham, Vale akan pegang 49 persen sementara partner kami 51 persen… Proses financing sekarang berjalan tapi kami targetkan 70:30. Di mana 70 persen dari pinjaman bank dan 30 persen dari masing-masing shareholder,” kata Bernard.

Kinerja Semester I 2022

Akhir 2019, IHSG Ditutup Melemah
Pengunjung melintas dilayar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (30/12/2019). Pada penutupan IHSG 2019 ditutup melemah cukup signifikan 29,78 (0,47%) ke posisi 6.194.50. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mencatat kinerja positif sepanjang semester I 2022. Perseroan mencatat pertumbuhan penjualan dan laba selama enam bulan pertama 2022.

Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Minggu (31/7/2022), PT Vale Indonesia Tbk meraup pendapatan USD 564,53 juta atau sekitar Rp 8,42 triliun (asumsi kurs Rp 14.931 per dolar AS)pada semester I 2022. Pendapatan perseroan naik 36,05 persen dari periode sama tahun sebelumnya USD 414,94 juta atau sekitar Rp 6,19 triliun.

Beban pokok pendapatan naik 8,25 persen menjadi USD 356,31 juta pada semester I 2022 jika dibandingkan periode sama tahun sebelumnya USD 329,13 juta. Dengan demikian, laba bruto bertambah 142,65 persen menjadi USD 208,22 juta pada semester I 2022 jika dibandingkan periode sama tahun sebelumnya USD 85,80 juta.

Beban usaha naik menjadi USD 8,77 juta pada semester I 2022 dari periode sama tahun sebelumnya USD 2,05 juta. Pendapatan lainnya turun menjadi USD 1,19 juta dari periode sama tahun sebelumnya USD 1,97 juta. Beban lainnya susut menjadi USD 5,12 juta  pada semester I 2022 dari periode sama tahun sebelumnya USD 5,25 juta.

 

 

 

Kinerja Perseroan

IHSG
Pekerja berbincang di dekat layar indeks saham gabungan di BEI, Jakarta, Selasa (4/4). Pada pemukaan indeks harga saham gabungan (IHSG) hari ini naik tipis 0,09% atau 4,88 poin ke level 5.611,66. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Perseroan mencatat laba usaha USD 195,51 juta pada semester I 2022. Laba usaha tersebut naik 142,98 persen jika dibandingkan periode sama tahun sebelumnya USD 80,46 juta. Dengan melihat kondisi itu, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD 150,45 juta atau sekitar Rp 2,24 triliun.

Laba tersebut naik 155,93 persen jika dibandingkan periode semester I 2021 sebesar USD 58,78 juta atau sekitar Rp 877,74 miliar.

Melihat kondisi itu, laba per saham dan dilusi naik menjadi USD 0,0151 pada semester I 2022 dari periode sama tahun sebelumnya USD 0,0059.

Total ekuitas naik menjadi USD 2,30 miliar pada Juni 2022 dari Desember 2021 sebesar USD 2,15 miliar. Total liabilitas perseroan susut menjadi USD 312,29 juta hingga Juni 2022 dari Desember 2021 sebesar USD 318,36 juta.

Perseroan mencatat aset naik menjadi USD 2,61 miliar pada 30 Juni 2022 dari Desember 2021 sebesar USD 2,47 miliar. Perseroan kantongi kas dan setara kas USD 585,92 juta hingga Juni 2022 dari Desember 2021 sebesar USD 508,32 juta.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya