Bank Mandiri Optimistis Kinerja 2023 Moncer

Kinerja keuangan Bank Mandiri menorehkan hasil impresif. Tercatat, pada kuartal II 2022 aset Bank Mandiri tumbuh 13 persen secara yoy dengan kualitas yang terjaga.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 04 Okt 2022, 19:13 WIB
Diterbitkan 04 Okt 2022, 19:13 WIB
Bank Mandiri
Bank Mandiri.

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) optimistis dapat mencatatkan kinerja moncer pada 2023. Keyakinan itu merujuk pada kinerja keuangan perseroan pada 2022 yang solid meski dibayangi resesi global, inflasi, hingga kenaikan suku bunga.

Meski begitu, Direktur Treasury & International Banking Bank Mandiri Panji Irawan mengatakan, fungsi intermediasi perbankan yang masih melaju pada awal kuartal III 2022. Data mencatat, pertumbuhan kredit industri perbankan pada Agustus masih dua digit menembus 10,62 persen yoy.

"Kualitas aset perbankan juga cukup stabil, terlihat dari rasio Non Performing Loan (NPL) industri terjaga di level 2,9 persen pada bulan Juli 2022,” kata Panji dalam Mandiri Economic Outlook kuartal III 2022, Selasa (20/1/2022).

Sejalan dengan itu, kinerja keuangan Bank Mandiri menorehkan hasil impresif. Tercatat, pada kuartal II 2022 aset Bank Mandiri tumbuh 13 persen secara yoy dengan kualitas yang terjaga. Kenaikan itu diikuti oleh peningkatan penyaluran kredit yang tumbuh 12,2 persen yoy.

Dana pihak ketiga (DPK) Bank Mandiri meningkat signifikan sebesar 12,8 persen yoy, lebih tinggi dibandingkan rata-rata industri perbankan yang sebesar 9,1 persen pada periode tersebut.

Untuk itu, dalam menjaga pertumbuhan Bank Mandiri terus melanjutkan transformasi digital dengan meningkatkan transaksi wholesale dan ritel melalui perluasan ekosistem digital. Antara lain dengan memaksimalkan layanan digital  Livin’ by Mandiri untuk nasabah ritel dan Kopra by Mandiri untuk nasabah wholesale.

"Dengan berbagai inisiatif dan modal infrastruktur yang kami miliki, kami optimis kinerja Bank Mandiri akan terus membaik di tahun 2022 dan tetap stabil di tahun 2023, meski di tengah maraknya risiko dan ketidakpastian global serta normalisasi kebijakan domestik,” pungkasnya.

 

Aset Bank Mandiri Tumbuh 13 Persen pada Semester I 2022

FOTO: Uang Beredar pada November 2020 Capai Rp 6.817,5 Triliun
Petugas menata tumpukan uang di Cash Pooling Bank Mandiri, Jakarta, Rabu (20/1/2021). Realisasi M2 relatif stabil dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 12,5 persen. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya,  PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) menyampaikan pertumbuhan kinerja finansial perseroan, pada acara Public Expose Live 2022 yang diselenggarakan Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (15/9/2022).

Pada semester pertama 2022, BMRI berhasil mencatatkan kinerja mentereng yang ditunjukkan dari pencapaian laba bersih sebesar Rp 20,2 triliun atau melesat 61,7 persen secara tahunan. 

Adapun, peningkatan laba bersih didapat dari pendapatan Bunga Bersih perseroan yang meningkat jadi Rp 41,8 triliun, atau tumbuh 19,0 persen secara tahunan.

Pendapatan Non-Bunga sebesar Rp 16,1 triliun, atau tumbuh 1,0 persen tahunan. Total Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp 1.318 triliun, atau tumbuh sebesar 12,8 persen dari periode yang sama di tahun sebelumnya.

Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri, Sigit Prastowo mengatakan dari segi pertumbuhan aset dan total kredit Bank Mandiri pada semester I 2022 juga meningkat. 

“Total asset sebesar Rp 1.786 triliun, atau tumbuh sebesar 13,0 persen Year on Year (YoY). Sedangkan untuk total kredit sebesar Rp 1.138 triliun, atau tumbuh 12,2 persen YoY,” ujar Sigit.

Bunga Acuan BI Naik, Bank Mandiri Tak Pangkas Target Penyaluran Kredit

Bank Mandiri Pimpin Pangsa Pasar Sindikasi Indonesia
Ilustrasi nasabah melakukan transaksi di cabang Bank Mandiri. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) telah menaikkan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin menjadi 3,75 persen pada rapat yang berlangsung pada pekan ini. Kenaikan ini mendpaat sambutan positif dari PT Bank Mandiri Tbk.

Corporate Secretary Bank Mandiri Rudi As Aturridha menjelaskan, kenaikan suku bunga acuan tersebut tidak akan mempengaruhi target bisnis perusahaan. Bank Mandiri tidak akan menurunkan target penyaluran kredit maupun pengumpuan dana.

"Bank Mandiri tetap optimis target pertumbuhan kredit sebesar 11 persen hingga akhir 2022 dapat terealisasi dengan tetap menjaga prinsip kehati-hatian," ujarnya kepada Merdeka.com di Jakarta, Jumat (26/8/2022).

Rudi melanjutkan, sejak awal tahun lalu, Bank Mandiri telah menurunkan suku bunga deposito Rupiah secara agresif berkisar 50 sampai 75 bps dari sebelumnya 3,00 persen pada Maret 2021,menjadi 2,25 persen -2,50 persen pada Juli 2022.

Demikian pula untuk Suku Bunga Dasar Kredit yang secara rata-rata untuk seluruh segmen telah turun 167 bps selama tahun 2021 sampai 2022. "Penurunan terbesar pada suku bunga dasar kredit untuk segmen konsumsi," bebernya.

Adapun, saat ini tingkat likuiditas Bank Mandiri masih berada pada level ample atau likuid. Hal ini tercermin dari posisi Loan to Deposit Ratio (LDR) bank only Bank Mandiri per Juli 2022 yang terjaga pada level 87,48 persen dengan tren pertumbuhan dana pihak ketiga yang optimal serta didominasi oleh dana murah (CASA).

Tercatat per Juli 2022 total dana pihak ketiga (DPK) Bank Mandiri telah mencapai Rp 1.013,08 triliun. Angka ini tumbuh 8,78 persen secara year on year (yoy). Pertumbuhan tersebut antara lain disumbang oleh CASA yang tumbuh 11,82 persen yoy menjadi Rp 768,09 triliun.

"Menurut kami kenaikan bunga acuan tidak terlalu berdampak signifikan terhadap pertumbuhan kredit," pungkasnya.

Keputusan BI

Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia Gratis, Ini Syaratnya
Karyawan menghitung uang kertas rupiah yang rusak di tempat penukaran uang rusak di Gedung Bank Indonessia, Jakarta (4/4). Selain itu BI juga meminta masyarakat agar menukarkan uang yang sudah tidak layar edar. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 22-23 Agustus 2022 memutuskan untuk menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin menjadi 3,75 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 basis poin menjadi 3 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 basis poin menjadi 4,50 persen.

"Keputusan kenaikan suku bunga ini sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memitigasi risiko peningkatan inflasi inti dan ekspektasi inflasi akibat kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) nonsubsidi dan inflasi volatile food," jelas Gubernur Bank Indonesia Perry Wajiyo pda 23 Agustus 2022.

Selain itu juga memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah agar sejalan dengan nilai fundamentalnya dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global, di tengah pertumbuhan ekonomi domestik yang semakin kuat.

Bank Indonesia terus memperkuat respons bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas dan memperkuat pemulihan ekonomi.  

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya