Diminati Generasi Muda, Dana Kelolaan Reksa Dana Malah Turun Terbatas

Kepala Pengawas Eksekutif Pasar Modal OJK Inarno Djajadi mengungkapkan kinerja reksa dana masih mengalami sedikit penurunan.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 14 Okt 2022, 22:27 WIB
Diterbitkan 14 Okt 2022, 22:27 WIB
Konferensi pers OJK, Jumat (14/10/2022) (Foto: Liputan6.com/Pipit I.R)
Konferensi pers OJK, Jumat (14/10/2022) (Foto: Liputan6.com/Pipit I.R)

Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut produk reksa dana menjadi salah satu instrumen investasi yang paling diminati generasi muda. Hal itu tercermin dari porsi investor reksa dana per September 2022 yang mencapai 9,09 juta SID, naik 32,9 persen dibanding posisi akhir tahun lalu sebanyak 6,84 juta SID.

Sementara investor pasar modal secara keseluruhan hingga September 2022 mencapai 9,78 juta SID, naik 30,55 persen dibanding posisi akhir tahun lalu sebesar 7,49 juta SID.

Investor usia di bawah 30 tahun mendominasi sebesar 53,38 persen. Disusul investor usia 31—40 tahun sebanyak 22,23 persen.

"Sektor yang diminati milenial adalah reksa dana, karena yang  namanya milenial modalnya masih cukup kecil. Modal Rp 100 ribu masih cukup, di situ yang paling banyak," ujar Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal I OJK Djustini Septiana, dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (14/10/2022).

Sayangnya, Kepala Pengawas Eksekutif Pasar Modal OJK Inarno Djajadi mengungkapkan kinerja reksa dana masih mengalami sedikit penurunan. Hingga 11 Oktober 2022, Asset Under Management (AUM) atau dana kelolaan reksa dana hingga 11 Oktober 2022 mencapai Rp 834,57 triliun.

Dana kelolaan reksa dana ini turun 1,27 persen dibandingkan posisi akhir tahun lalu sebesar Rp 847,37 triliun. “Sementara itu, total Asset Under Management juga mengalami penurunan sebesar 1,27 persen dari sebelumnya sebesar Rp 847,37 triliun menjadi Rp 836,57 triliun,” papar Inarno.

Menakar Investasi Reksa Dana di Tengah Sentimen Resesi Global hingga Inflasi

7 Keuntungan Investasi Reksa Dana yang Belum Banyak Diketahui Orang
Bagi Anda yang seorang pemula dalam dunia investasi, Reksa Dana bisa menjadi salah satu pilihan investasi terbaik

Sebelumnya, di tengah sentimen ancaman resesi global dan inflasi tinggi dapat menjadi kesempatan untuk masuk investasi reksa dana. Calon investor dan investor pun diimbau untuk tidak panik dan bisa memanfaatkan koreksi di pasar keuangan untuk berinvestasi termasuk reksa dana.

"Penurunan harga (apabila ada) dapat dimanfaatkan sebagai kesempatan untuk masuk di harga rendah," kata Direktur PT Panin Asset Manajemen, Rudiyanto kepada Liputan6.com, ditulis Sabtu (8/10/2022).

Rudiyanto menuturkan, strategi untuk pengelolaan investasi reksa dana sesuai kebijakan.

"Strateginya sesuai kebijakan, misalkan reksa dana pasar uang ya di deposito, reksa dana pendapatan tetap di obligasi dan reksa dana saham di saham," kata dia.

CEO dan Presiden Direktur Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Afifa mengatakan, dari sisi fundamental domestik, pihaknya optimistis dengan kondisi makroekonomi Indonesia yang berada pada siklus pemulihan dan juga didukung ekspor komoditas yang suportif. 

"Faktor tersebut memberi bantalan bagi ekonomi Indonesia di tengah pelemahan ekonomi global," kata Afifa.

Selain itu, di MAMI, untuk menghasilkan portofolio reksa dana yang optimal menerapkan filosofi pengelolaan aset investasi secara aktif yang didasari oleh riset mendalam dan manajemen risiko  yang disiplin. 

"Pembentukan portofolio dilakukan berdasarkan riset yang dilakukan oleh tim investasi MAMI yang profesional dan berpengalaman, serta memanfaatkan jaringan global Manulife Investment Management untuk mendapatkan keunggulan informasi," imbuhnya.

Manajemen Risiko

Awal 2019 IHSG
Pengunjung melintas dekat layar monitor pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (2/1). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pembukaan perdagangan saham 2019 menguat 10,4 poin atau 0,16% ke 6.204. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pemilihan investasi juga ditentukan berdasarkan faktor manajemen risiko untuk memastikan investasi dilakukan secara bijaksana.

Sementara itu, volatilitas pasar dinilai masih dapat terjadi dipengaruhi oleh faktor global karena pasar masih menganalisa dampak dari ekspektasi suku bunga bank sentral AS atau the Fed yang lebih agresif dan juga memperhatikan data ekonomi Amerika Serikat.

"Menurut kami, faktor ini sangat krusial, terutama di kondisi volatilitas global saat ini," ujar dia.

Kemudian, untuk investor yang ingin memiliki investasi reksa dana di tengah sentimen resesi global dan inflasi tinggi, suku bunga tinggi jangan panik.

"Jangan panik, ini bukan pertama kalinya terjadi volatilitas di pasar. Kita sudah sering melalui periode volatitas seperti ini dan pasar dapat kembali rebound seiring dengan pemulihan ekonomi," kata dia.

 

Investasi Jangka Panjang

Pembukaan Awal Tahun 2022 IHSG Menguat
Pekerja melintas di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Senin (3/1/2022). Pada pembukan perdagagangan bursa saham 2022 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung menguat 7,0 poin atau 0,11% di level Rp6.588,57. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Bagi investor dengan horizon investasi panjang, periode pelemahan justru dapat menjadi peluang untuk menambah investasi di harga lebih murah.

"Bagi investor dengan horizon investasi pendek, diversifikasi menjadi kunci untuk meminimalisir volatilitas. Pastikan portofolio Anda juga memiliki porsi reksa dana yang lebih defensif seperti  reksa dana pasar uang atau reksa dana pendapatan tetap tenor pendek," kata Afifa.

Reksa dana saham dapat dipertimbangkan sebagai pilihan karena diuntungkan oleh siklus pemulihan ekonomi Indonesia.

"Namun, di tengah volatiltias global saat ini, diversifikasi ke reksa dana pendapatan tetap dan reksa dana pasar uang dapat dipertimbangkan untuk mengurangi risiko volatilitas portofolio," ujar dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya