Butuh Bahan Bakar untuk Genjot Kinerja, Bank Neo Commerce Bakal Rights Issue Lagi?

Manajemen PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) menyatakan membutuhkan bahan bakar lagi untuk berkembang lebih pesat.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 18 Nov 2022, 23:02 WIB
Diterbitkan 18 Nov 2022, 23:02 WIB
PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) (Foto: PT Bank Neo Commerce Tbk)
PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) (Foto: PT Bank Neo Commerce Tbk)

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) berencana gelar aksi korporasi lagi pada 2023. Direktur Utama Bank Neo Commerce, Tjandra Gunawan mengatakan, perseroan membutuhkan bahan bakar dari sisi pendanaan untuk melanjutkan ekspansi dan pertumbuhannya di masa mendatang.

"Rencana ada, tapi saya tegaskan bahwa ini masih rencana. Kita membuka semua peluang bagi BNC untuk berkembang lebih pesat dan maju lagi. Kalau melihat pertumbuhan kami yang sangat pesat, saya bisa bilang sepertinya kita butuh fuel (bahan bakar) lagi," kata Tjandra dalam paparan publik perseroan, Jumat (18/11/2022).

Sayangnya, Tjandra enggan menyebutkan aksi korporasi apa yang akan ditempuh Bank Neo Commerce pada 2023. Namun, ia optimistis animo masyarakat masih tinggi terhadap Bank Neo Commerce. Sehingga apapun aksi korporasi yang akan digelar, harapannya masih menarik minat pasar.

"Apakah akan melalui rights issue atau private placement, kami buka semua pintu. Karena saya percaya, dengan kinerja kami dengan performa yang ada dan animo market terhadap performa kami, banyak yang cukup tertarik,” imbuh dia.

Bank Neo Commerce saat ini tengah dalam rencananya melakukan rights issue dengan melepas maksimal 2.617.133.843 atau 2,61 miliar lembar dengan harga pelaksanaan Rp 650 per saham. Dengan demikian total dana ditargetkan dapat mencapai Rp 1,7 triliun.

Selain untuk modal kerja, dana hasil rights issue itu sekaligus memastikan perusahaan memenuhi ketentuan modal minimum dari Otoritas Jasa Keuangan Rp 3 triliun pada akhir 2022.

Meski begitu, Tjandra mengungkapkan kemungkinan perseroan melakukan penambahan modal hingga Rp 3 triliun lagi pada 2023. Dengan asumsi dana yang diperoleh pada right issue kali ini masih kurang untuk menunjang ekspansi BBYB ke depan.

"Belum bisa dipastikan, tapi rencananya Rp 3 triliun. Karena uncertainty masih tinggi, kita ukur dulu, jadi apakah Rp 1,7 masih bisa jadi bahan bakar buat ke depan. Saat Rp 1,7 triliun bisa dimaksimalkan, tapi masih butuh bahan bakar, kita cari lagi,” kata Tjandra sebelumnya kepada wartawan di Jakarta.

 

 

Bank Neo Commerce Turunkan Target Dana Rights Issue Jadi Rp 1,7 Triliun

IHSG Awal Pekan Ditutup di Zona Hijau
Pejalan kaki melintas dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG sore ini ditutup di zona hijau pada level 6.296 naik 21,62 poin atau 0,34 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) atau BNC melanjutkan aksi korporasi Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) atau rights issue.

BNC resmi mendapatkan pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Kamis, 10 November 2022.

Mempertimbangkan kondisi pasar dan perekonomian beberapa bulan terakhir, Direktur Utama PT Bank Neo Commerce Tbk, Tjandra Gunawan mengatakan perseroan mengubah target dana yang diperoleh dari rights issue.

"Kami memutuskan untuk mengubah target perolehan dana dari perhelatan rights issue kami kali ini, yang awalnya sebesar Rp 5 triliun menjadi Rp 1,7 triliun. Angka ini sementara kami nilai sangat cukup untuk menjadi fuel bagi BNC  dalam mengeksekusi milestones yang sudah kami rencanakan ke depannya,” kata keterangan resmi, Jumat (11/11/2022).

BNC akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 2.617.133.843 saham baru. Setiap pemegang 18 lembar saham lama yang tercatat dalam Daftar Pemegang Saham per 22 November 2022 berhak memperoleh 5 HMETD.

Satu HMETD memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli satu lembar saham baru dengan harga pelaksanaan Rp 650 per saham, sehingga jumlah dana yang akan diterima oleh BNC adalah sebesar Rp 1,7 triliun.

Dongkrak Kapasitas Pendanaan

20170210- IHSG Ditutup Stagnan- Bursa Efek Indonesia-Jakarta- Angga Yuniar
Pengunjung melintasi layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (10/2). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Dalam prospektus yang diterbitkan, Pemegang Saham Utama BNC, yaitu PT Akulaku Silvrr Indonesia, PT Gozco Capital dan Rockcore Financial Technology Co.Ltd akan melaksanakan secara penuh haknya sesuai dengan porsi kepemilikannya.

Beberapa tanggal penting dalam right issue BBYB antara lain, tanggal pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 24 November 2022, bersamaan dengan periode perdagangan HMETD yang berlangsung pada 24 - 30 November 2022. Akhir pembayaran pemesanan tambahan di 2 Desember 2022, dengan tanggal penjatahan pada 5 Desember 2022 dan tanggal pengembalian uang pemesanan pada 7 Desember 2022.

Rights issue akan meningkatkan kapasitas pendanaan BNC untuk pengembangan bisnis perusahaan sehingga kinerja perusahaan pasca rights issue diproyeksikan akan mengalami pertumbuhan berkelanjutan.

"Pelaksanaan right issue merupakan bentuk komitmen Perseroan untuk selalu mematuhi peraturan dan perundangan yang berlaku, termasuk dalam pemenuhan modal inti. Dan target jumlah perolehan dana Rp 1,7 triliun tersebut akan digunakan perseroan untuk memperkuat modal inti dan sebagai modal kerja pengembangan usaha perseroan,” ujar Tjandra. 

Kinerja Kuartal III 2022

IHSG Ditutup Menguat
Karyawan memfoto layar pergerakan IHSG, Jakarta, Rabu (3/8/2022). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia, Rabu (3/08/2022), ditutup di level 7046,63. IHSG menguat 58,47 poin atau 0,0084 persen dari penutupan perdagangan sehari sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) atau BNC mengumumkan kinerja untuk periode yang berakhir pada 30 September 2022. Pada periode tersebut, pendapatan bunga tercatat naik signifikan sebesar 226,19 persen menjadi Rp 1,48 triliun dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 453,99 miliar.

Bersamaan dengan itu, beban bunga naik menjadi Rp 491,53 miliar dari Rp 251,08 miliar per September 2021. Sehingga pendapatan bunga bersih tercatat sebesar Rp 989,28 miliar, naik 387,58 persen dibandingkan September 2021 sebesar Rp 202,89 miliar.

Mengutip laporan keuangan Bank Neo Commerce pada keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (26/10/2022), pendapatan operasional lainnya pada September 2022 tercatat sebesar Rp 312,27 miliar dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 57,72 miliar.

Terdiri dari pendapatan fee ATM Rp 220,345 miliar, penerimaan kembali aset yang telah dihapusbukukan Rp 50,27 miliar, serta provisi dan komisi lainnya Rp 15,77 miliar. Sementara dari beban operasional bengkak menjadi Rp 1,89 triliun dari Rp 525,35 miliar pada September 2021.

Sehingga perseroan mencatatkan rugi operasional sebesar Rp 595,95 miliar, lebih dalam dibandingkan September 2021 dengan rugi operasional tercatat sebesar Rp 264,73 miliar. Setelah dikurangi pendapatan dan beban non operasional serta beban pajak, Bank Neo mencatatkan rugi bersih Rp 601,17 dari rugi bersih periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 264,74 miliar.

Mengutip keterangan tertulis perseroan, pada periode ini Bank Neo Commerce mencatatkan fee based income yang tumbuh 342,03 persen menjadi Rp 254,14 miliar dibandingkan kuartal III 2021 yang hanya sebesar Rp 57,49 miliar.

Sedangkan dari sisi penyaluran kredit hingga September 2022 tercatat sebesar Rp 8,9 triliun, atau naik 131,77 persen dari Rp 3,84 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Dengan kenaikan kredit itu, pendapatan bunga bersih (NII) sebesar Rp 1,09 triliun, naik 350,78 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 241,8 miliar.

Aset Perseroan

FOTO: PPKM, IHSG Ditutup Menguat
Layar komputer menunjukkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Kamis (9/9/2021). IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore ditutup menguat 42,2 poin atau 0,7 persen ke posisi 6.068,22 dipicu aksi beli oleh investor asing. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sedangkan pencapaian positif di sisi aset, pada September 2022, aset BNC telah mencapai Rp 15,9 triliun atau naik 98,75 persen dibandingkan dengan posisi September 2021 yang sebesar Rp 8,1 triliun. Dari sisi DPK juga terjadi kenaikan sebesar 88,9 persen pada September 2022 menjadi Rp 12,6 triliun, dibandingkan Rp 6,67 triliun di posisi September 2021.

Direktur Utama PT Bank Neo Commerce Tbk Tjandra Gunawan menuturkan, menuju usia hampir dua tahun sejak kehadiran aplikasi Neobank, dan ditopang kinerja positif yang berkelanjutan, BNC semakin menunjukkan eksistensi sebagai solusi bagi kebutuhan nasabah.

"Kami berkomitmen untuk selalu memberikan layanan keuangan yang terbaik dengan terus menambah fitur-fitur dan produk-produk inovatif,” kata dia.

Di sisi lain, sebagai bank umum dan juga perusahaan terbuka, perseroan berkomitmen mematuhi peraturan dan perundangan yang berlaku, termasuk kewajiban pemenuhan modal inti.

"Saat ini, kami di tengah-tengah proses pelaksanaan rights issue dan tentunya akan rampung pada kuartal IV tahun ini. Saya percaya semua pencapaian kami sejauh ini menjadi bukti nyata fundamental bisnis dan keuangan BNC semakin kuat dari waktu ke waktu,” tutur dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya