Liputan6.com, Jakarta - Di tengah ancaman resesi saat ini, terdapat beberapa cara bagi para investor untuk tetap bijak dalam melakukan investasi saham. Pelaku pasar modal menjelaskan, sebaiknya investor tetap berpedoman pada fundamental dan teknikal di tengah kondisi ketidakpastian seperti saat ini.Â
Co-Founder Syariah Saham, Ady Nugraha mengingatkan investor agar jangan sampai isu resesi malah mengacaukan sistem trading atau psikologis trading.Â
Baca Juga
Dengan demikian, Ady pun memberikan langkah sederhana dalam mengatur uang, seperti menetapkan level risiko per bulan (RPB) yang siap ditanggung. Selain itu, menentukan risk per Trade (RPT) dalam setiap rencana trading.
Advertisement
Kemudian, ada titik beli (TB), stop loss (SL), dan take profit (TP) dan juga menghitung range. Terakhir, menetapkan jumlah lotnya dan besaran modal.Â
“Itu menghilangkan sifat gharar dan spekulasi, membuat kita ‘terjaga’ di masa resesi yang diwarnai ketidakjelasan seperti saat ini," kata Ady dalam keterangan resminya, ditulis Selasa (17/1/2023).
Sebelumnya, pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama dua pekan pertama 2023 dapat dijadikan momentum bagi investor untuk berburu diskon saham-saham dengan fundamental baik.
Technical Analyst House of Traders Community, Handi Erawan mengatakan, pasar yang melemah tidak selalu berarti jelek. Namun, kondisi itu justru menjadi momentum untuk membeli saham-saham dengan fundamental baik dengan harga murah.
Membuka tahun ini, IHSGÂ menunjukkan tren melemah dan untuk kesekian kalinya menguji level support. Namun, Handi menilai IHSG memiliki peluang kembali ke level 7.000-an seperti tahun lalu.
"Beberapa saham penggerak IHSG bisa kita manfaatkan momentumnya," kata Handi dalam keterangan resminya.
Â
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Saham Pilihan
Dia menyebutkan, beberapa saham pilihan di sektor perbankan atau finance, sektor metal, serta sektor teknologi dapat diperhatikan. Selain itu, tambahnya, saham-saham consumer non-cyclical, consumer cyclical, dan infrastruktur seiring semakin dekatnya momen Ramadhan dan Lebaran.
"Untuk perbankan ada BBCA, BBRI, BBNI, BMRI, BRIS. Sektor energi atau oil ada AKRA, MEDC, ELSA, RAJA. Sektor metal yakni ANTM, INCO, HRUM," kata dia.
Selain itu, sektor teknologi juga bisa diperhatikan seperti saham GOTO, BUKA, EMTK. Untuk sektor consumer non-cyclical, ada CPIN, JPFA, UNVR, ICBP, INDF. Consumer cyclical lihat ACES, ERAA, ASII. Infrastruktur yang bisa perhatikan, yaitu TOWR, JSMR, EXCL, ISAT, TLKM.
Ia mengatakan, untuk saham-saham sektor energi terutama batu bara, ada potensi terkoreksi karena kenaikan yang masif dalam waktu yang cepat pada 2022.
"Dari Maret-Mei, lalu Juni-Juli naiknya sudah cukup banyak. Sri Mulyani (Menteri Keuangan) juga bilang harga komoditas di 2023 tidak akan setinggi tahun lalu, ini satu inline yang bisa kita pakai dimana harga saham-saham batubara akan balik ke pergerakan harga di area-area dimana mereka biasa bergerak," ujar dia.
Â
Â
Â
Â
Advertisement
Faktor Bebani IHSG
Dalam kesempatan yang sama, Senior Economist PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rully A. Wisnubroto menilai pasar modal dalam negeri sedang diuji dengan tren yang terus melemah pada dua pekan pertama 2023. Namun demikian, dalam dua hari terakhir terlihat IHSG sudah mulai menguat ke posisi 6.641,8.
"(Pelemahan) year to date-nya sudah 3 persen. Ini (IHSG) menjadi salah satu yang kurang baik atau mungkin yang paling jelek di antara bursa-bursa global lainnya," katanya.
Kendati demikian, ia mengaku kondisi tersebut tidak terlalu mengherankan. Dia menilai salah satu penekan IHSG pada dua pekan pertama tahun ini karena adanya profit taking menyusul pencapaian positif IHSG sepanjang 2022 yang menguat lebih dari 4 persen (yoy).
"Jadi tidak terlalu mengherankan kalau di awal tahun ini terjadi koreksi. Terlihat ada capital outflow di pasar domestik, yang telah terjadi juga pada Desember," ujar dia.
Sepanjang dua pekan pertama 2023, arus modal asing keluar pasar saham Indonesia mencapai Rp 5,2 triliun. Adapun, jika diakumulasikan sejak Desember 2022, arus modal asing keluar pasar saham Indonesia mencapai sekitar Rp 26 triliun.
"Kalau dengan rata-rata kurs sekitar Rp15.500, itu ekuivalen sekitar USD 1,7 billion," kata dia.