Bos BRI Pastikan Perbankan Indonesia Baik-baik Saja, Jauh dari Episentrum Silicon Valey Bank

Kebangkrutan SVB telah mengguncang sistem keuangan global dan mendorong pihak regulator di Amerika untuk turun tangan mengatasi permasalahan tersebut.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 16 Mar 2023, 16:15 WIB
Diterbitkan 16 Mar 2023, 16:06 WIB
Direktur Utama BRI, Sunarso
Direktur Utama BRI, Sunarso saat Konferensi Pers Virtual Pemaparan Kinerja Keuangan Triwulan II Tahun 2020 via Zoom, 19 Agustus 2020.
Liputan6.com, Jakarta SVB Financial Group atau Silicon Valey Bank, bank yang berfokus pada startup di Amerika Serikat diumumkan menjadi bank terbesar yang mengalami kegagalan sejak krisis keuangan 2008. 
 
Kebangkrutan SVB telah mengguncang sistem keuangan global dan mendorong pihak regulator di Amerika untuk turun tangan mengatasi permasalahan tersebut.
 
Terkait dengan hal tersebut dan pengaruhnya terhadap perbankan nasional, Direktur Utama BRI Sunarso memastikan jika kondisi industri perbankan Indonesia saat ini dalam kondisi solid dan memiliki eksposur risiko yang minim atas kolapsnya salah satu bank di Amerika Serikat, Silicon Valley Bank (SVB) tersebut.
 
“Perbankan di Indonesia, utamanya BRI, jauh dari episentrum krisis tersebut. Hal ini tercermin salah satunya dari permodalan yang kuat serta likuiditas yang memadai,” kata Sunarso dalam keterangan resminya, Kamis (16/3/2023).
 
Hingga akhir 2022 tercatat CAR BRI (konsolidasian) berada di level sangat kuat sebesar 25,54 persen dan LDR (konsolidasian) terjaga di level 87,09 persen.
 
Sunarso juga kembali mengingatkan bahwa sebelumnya BRI berhasil melewati krisis berkali-kali, dari krisis moneter pada 1998 hingga krisis yang diakibatkan oleh pandemi COVID. 
 
“Saat ini perbankan Indonesia sangat taat dalam penerapan BASEL dalam hal risk management-nya, sehingga pembentukan modal juga cukup tebal," kata dia.
 
Di sisi lain pengawasan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terhadap bank juga sudah sangat baik, di samping itu, Bank Indonesia juga terus memberikan dukungan dalam pemenuhan likuditas.
 
“Saat ini kita tetap harus optimis tapi tidak jumawa dan tidak sembrono. Jadi tetap kita jalankan prinsip-prinsip good corporate governance, risk management yang baik, saya kira itu kuncinya. Jadi optimis tapi juga tetap harus hati-hati dan kita punya tools itu semua, terutama di perbankan,” imbuhnya.
 
 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya