Wall Street Anjlok Setelah Diskusi Plafon Utang Amerika Serikat Buntu

Diskusi plafon utang Amerika Serikat (AS) yang tampak buntu bayangi wall street pada perdagangan Selasa, 23 Mei 2023. Indeks Nasdaq pimpin koreksi.

oleh Agustina Melani diperbarui 24 Mei 2023, 06:56 WIB
Diterbitkan 24 Mei 2023, 06:56 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street lesu pada perdagangan Selasa, 23 Mei 2023. Hal ini seiring diskusi plafon utang yang sedang berlangsung tampaknya buntu.(AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan Selasa, 23 Mei 2023. Hal ini seiring diskusi plafon utang yang sedang berlangsung tampaknya menghasilkan sedikit kemajuan.

Dikutip dari CNBC, Rabu (24/5/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 melemah 1,12 persen ke posisi 4.145,58. Sedangkan indeks Nasdaq merosot 1,26 persen ke posisi 12.560,25. Indeks Dow Jones terpangkas 231,07 poin atau 0,69 persen ke posisi 33.055,51.

Beberapa pelaku pasar menafsirkan kurangnya pembaruan besar pada negosiasi  plafon utang sebagai tanda kalau anggota parlemen mungkin sedang berkuang untuk maju sebagai harapan.

Investor telah mengamati dengan cermat negosiasi batas utang di Washington, berharap untuk kepastian lebih lanjut karena apa yang disebut tanggal X 1 Juni 2023 yang diharapkan oleh Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen semakin dekat. Beberapa anggota partai Republik mempertanyakan keakuratan tanggal potensi gagal bayar utang yang diproyeksikan ini.

Pada Senin, 22 Mei 2023, Ketua DPR AS Kevin McCarthy dan Presiden AS Joe Biden bertemu di Gedung Putih dalam sebuah diskusi yang digambarkan oleh Ketua DPR sebagai “produktif” dan “profesional” meski pembicaraan selama satu jam berakhir tanpa resolusi.

“Kami mengirimkan sinyal yang sangat negatif tentang kemampuan untuk menjalankan ekonomi, apalagi menjadi jangkar bagi seluruh dunia. Dan pasar sejauh ini benar-benar menanganinya dengan sangat baik,” ujar Ekonom Allianz Mohamed El-Erian dikutip dari CNBC.

 

 

Kekhawatiran Resesi Berlanjut

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Spesialis Michael Mara (kiri) dan Stephen Naughton berunding saat bekerja di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Ia sangat terkesan dengan stabilitas pasar baru-baru ini. El-Erian memandang S&P 500 sebagai harga yang wajar meskipun angin sakal baru-baru ini dan ketidakpastian seputar langkah suku bunga the Federal Reserve (the Fed) berikutnya.

Sementara anggota parlemen harus mencapai resolusi atas kesengsaraan plafon utang. Sandi Bragar, Chief Client Officer Aspiriant tetap berhati-hati karena kekhawatiran resesi terus berlanjut. Sejarah baru-baru ini menunjukkan kemungkinan penurunan akan terjadi ketika the Federal Reserve menyelesaikan siklus kenaikan suku bunga.

“Semua orang merasa seperti ada pesta di pasar dan ingin berpartisipasi. Saya tidak berpikir bahwa ini benar-benar waktunya untuk terlalu bersemangat dulu. Ada alasan untuk berhati-hati di sini,” ujar dia.

Kinerja Saham di Wall Street

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/ llyod blazek)
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/ llyod blazek)

Di sisi lain, saham Apple melemah 1,5 persen setelah mengumumkan kesepakatan produksi chip bernilai miliaran dolar Amerika Serikat dengan Broadcom. Saham Broadcom naik 1,2 persen. Sempat naik 5,7 persen seiring investor aktivis meminta perusahaan untuk menjajaki penjualan.

Saham kasino Caesars, MGM, dan Wynn semuanya turun lebih dari 5 persen jam terakhir sesi perdagangan Selasa, 23 Mei 2023.

Sementara itu, Bloomberg melamporkan kalau China akan melihat puncak 65 juta infeksi COVID-19 dalam gelombang berikutnya menjelang akhir Juni 2023, mengutip seorang pejabat kesehatan senior. Pejabat itu menuturkan akan melihat sekitar 40 juta infeksi per minggu pada akhir Mei sebelum mencapai puncaknya.

Saham produsen COVID-19 melonjak pada perdagangan Selasa pekan ini. Saham Moderna naik 9,4 persen, sementara itu saham BioNTech dan Pfizer masing-masing naik 10,1 persen dan 2,6 persen.

Pergerakan itu terjadi di tengah laporan potensi gelombang baru infeksi COVID-19 di China yang dapat sebabkan jutaan kasus baru setiap minggu.

 

Penutupan Wall Street pada 22 Mei 2023

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street beragam pada perdagangan saham Senin, 22 Mei 2023. Indeks S&P 500 menguat tipis seiring pelaku pasar di wall street menunggu pertemuan terkait diskusi plafon utang.

Dikutip dari CNBC, Selasa (23/5/2023), indeks S&P 500 naik tipis 0,02 persen ke posisi 4.192,63. Indeks Dow Jones melemah 140,05 poin atau 0,42 persen ke posisi 33.286,58. Indeks Nasdaq bertambah 0,5 persen ke posisi 12.720,78.

Pergerakan saham pada awal pekan ini membuat indeks Nasdaq ke penutupan tertinggi dan level intraday tertinggi sejak Agustus. Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Ketua DPR Kevin McCarthy bertemu pada Senin pukul 17.30 waktu setempat.

Pertemuan itu untuk membicarakan plafon utang dengan hanya 10 hari tersisa sebelum tanggal paling awal yang dikatakan Menteri Keuangan AS Janet Yellen kalau AS secara realistis dapat gagal bayar.

Negosiator veteran di kedua belah pihak melanjutkan pembicaraan Senin pagi di Capitol, tetapi pemangkasan belanja wajib pemerintah tetap menjadi kendala utama. Partai Republik bersikeras untuk kurangi pengeluaran ke level awal 2022, tetapi Biden menuturkan, pemotongan apa pun tanpa kenaikan pajak tambahan tidak mungkin dilakukan.

“Investor mulai khawatir tentang apa yang terjadi dengan pembicaraan plafon utang, tetapi di sisi lain, ekonomi masih cukup kuat, pasar kerja sangat kuat,” ujar Chief Investment Officer Independent Advisor Alliance, Chris Zaccarelli dikutip dari CNBC.

Rata-rata tiga indeks utama menguat. Dipimpin oleh saham teknologi, saham terus menguat meski ada ketidakpastian di Washington dan inflasi yang ketat dngan indeks S&P 500 melayang tepat di bawah level 4.200.

 

Menanti Rilis Data Ekonomi AS

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Reaksi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Sementara perdagangan saham teknologi mungkin akan berjalan lebih jauh, beberapa di wall street mengatakan luasnya pasar yang lebih kuat diperlukan agar reli dapat berlanjut dalam jangka panjang.

“Jika pasar tidak berpartisipasi, maka ini akan berakhir. Luasnya pasar yang lebih kuat dapat terjadi setelah pertemuan the Federal Reserve pada Juni,” ujar CEO Defiance ETFs, Sylvia Jablonski.

Adapun sejumlah data ekonomi akan rilis pada pekan ini antara lain pembacaan kedua untuk produk domestik bruto (PDB) kuartal II 2023 yang dijadwalkan Kamis pekan ini, dan ukuran pengeluaran konsumsi pribadi, ukuran inflasi yang disukai the Federal Reserve (the Fed) akan dirilis Jumat pekan ini. Sementara itu, rilis risalah the Fed pada Rabu pekan ini. Risalah tersebut dapat menjelaskan bagaimana bank sentral terhadap kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut.

Di sisi lain, musim laporan keuangan mereda pada kuartal I 2023, tetapi sejumlah laporan keuangannya yang lain masih rilis yakni Zoom Video, Lowe’s dan Dick’s Sporting Goods.

Infografis Ekonomi RI Jauh Lebih Baik dari Negara Lain
Infografis Ekonomi RI Jauh Lebih Baik dari Negara Lain (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya