Liputan6.com, Jakarta - PT Kimia Farma Tbk (KAEF) telah menyelenggarakan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PM-HMETD) I atau rights issue. Dalam aksi tersebut, Kimia Farma mendapatkan dana Rp 315 miliar dari menerbitkan Obligasi Wajib Konversi (OWK).
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Kimia Farma Lina Sari menuturkan, penerbitan OWK tersebut telah direalisasikan pada Februari 2023. Adapun, jumlah dana hasil OWK yang diterima setelah dikurangi emisi sebanyak Rp 307 miliar.
Baca Juga
"Penggunaanya sesuai dengan prospektus. Memang kami gunakan untuk modal kerja perusahaan. Jadi artinya kita sudah merencanakan pembelian bahan baku, pemeliharaan bangunan, utilisasi pabrik, demikian pula dengan riset dan penelitian," kata Lina dalam paparan publik di Jakarta, Rabu (31/5/2023).
Advertisement
Selain itu, ia menyebut, penggunaan dana hasil OWK tersebut belum digunakan secara maksimal. Dengan demikian, dana tersebut masih tersisa sekitar Rp 180 miliar.
"Kalau penggunaannya belum maksimal, April penggunaanya kita di angka Rp 180 miliar kurang lebih, jadi masih ada sisa ya," ujar dia.
Di samping itu, Kimia Farmajuga berkomitmen untuk terus mencetak pertumbuhan kinerja yang solid dan menjaga keberlanjutan bisnis, KAEF menerapkan strategi bisnis yang konsisten. Kimia Farma Group secara end-to-end akan terus melakukan optimalisasi potensi value chain dan menyediakan pengalaman best-in-class bagi konsumen.
"Kimia Farma sebagai integrated healthcare company, senantiasa memperhatikan pentingnya mengelola portofolio produk, pengelolaan rantai pasok, dan menjaga operational excellence," kata David Utama, Direktur Utama Kimia Farma.
Dengan demikian, Kimia Farma optimistis kinerja perseroan akan bertumbuh pada tahun ini. Selain itu, perseroan juga mengincar pertumbuhan pendapatan Rp 11,6 triliun dan laba bersih Rp 130 miliar pada akhir 2023.
Kimia Farma Bidik Laba Bersih Rp 130 Miliar pada 2023, Siapkan Belanja Modal Rp 1,2 Triliun
Sebelumnya, PT Kimia Farma Tbk (KAEF) telah menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) Rp 1,2 triliun pada 2023. Dana belanja modal tersebut salah satunya berasal dari internal perseroan.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Kimia Farma Lina Sari menuturkan, belanja modal Rp 1,2 triliun telah digunakan sekitar Rp 90 miliar untuk tanah bangunan, mesin, kendaraan dan juga inventaris.
"Kami tidak bisa memberikan rincian detail tapi kami gunakan untuk empat kegiatan tadi," kata Lina dalam paparan publik di Jakarta, Rabu (31/5/2023).
Selain itu, belanja modal juga difokuskan untuk ritel dan klinik ke depannya. Sementara itu, belanja modal pada 2022 mencapai Rp 593 miliar yang digunakan untuk semua lini, termasuk untuk manufaktur hingga klinik.
Di sisi lain, Kimia Farma juga mengincar pertumbuhan pendapatan Rp 11,6 triliun dan laba bersih Rp 130 miliar pada akhir 2023. "Di akhir 2023 itu Rp 11,6 triliun. Kalau target net income Rp 130 miliar," kata dia.
Tak hanya itu, perseroan juga bakal gencar melakukan ekspansi pada 2023. Kimia Farma menargetkan penambahan apotek baru sebanyak 90 unit.
Meski demikian, Direktur Utama Kimia Farma David Utama mengaku masih banyak tantangan yang dihadapi perseroan dalam menjalankan bisnisnya. Dengan begitu, perseroan akan menggenjot dari sisi sumber daya manusia (SDM) dan memberikan pelayanan terbaik.
"Pekerjaan rumah kita masih banyak untuk memperbaiki struktur operasional kita di Kimia Farma," kata David.
Advertisement
Ekspansi Kimia Farma
Sebelumnya, PT Kimia Farma Tbk (KAEF) melalui anak usahanya, PT Kimia Farma Apotek (KFA) bakal gencar melakukan ekspansi pada 2023. Kimia Farma menargetkan penambahan apotek baru sebanyak 90 unit.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Kimia Farma Lina Sari mengatakan, pihaknya menargetkan penambahan apotek baru sebanyak 90 unit. Sejalan dengan ekspansi tersebut, perseroan juga mengincar pertumbuhan pendapatan Rp 11,6 triliun dan laba bersih Rp 130 miliar pada akhir 2023.
"Di akhir 2023 itu Rp 11,6 triliun. Kalau target net income Rp 130 miliar," kata Lina dalam paparan publik di Jakarta, Rabu (31/5/2023).
Selaras dengan komitmen perusahaan untuk terus mencetak pertumbuhan kinerja yang solid dan menjaga keberlanjutan bisnis, KAEF menerapkan strategi bisnis yang konsisten. Kimia Farma Group secara end-to-end akan terus melakukan optimalisasi potensi value chain dan menyediakan pengalaman best-in-class bagi konsumen.
"Kimia Farma sebagai integrated healthcare company, senantiasa memperhatikan pentingnya mengelola portofolio produk, pengelolaan rantai pasok, dan menjaga operational excellence," kata David Utama, Direktur Utama Kimia Farma.
Pertahankan Likuiditas Keuangan
Perseroan juga mempertahankan likuiditas keuangan yang kuat untuk mengelola modal kerja dan ekspansi bisnis. KAEF terus berfokus melakukan inovasi produk dan layanan agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat baik di dalam negeri maupun luar negeri.
Sementara itu, peningkatan kinerja bisnis perusahaan pada awal tahun ini, mendorong Kimia Farma untuk terus melanjutkan pengembangan bisnisnya. Pada 2023, Kimia Farma secara konsolidasi menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) di kisaran Rp1,2 triliun. Dana itu disiapkan untuk pengembangan segmen ritel, manufaktur, dan untuk pengembangan bisnis.
Adapun, strategi pengembangan bisnis di Kimia Farma dilakukan dengan mengakselerasi inovasi produk dan layanan, serta penguatan bisnis. Salah satu bentuk pengembangan bisnisnya, perseroan menguatkan portfolio end-to-end business dan mengembangkan kategori produk vitamin, mineral dan suplemen (VMS).
Advertisement